Dyah permata baru saja menyelesaikan sekolahnya dia hanya berdua dengan adiknya yang berusia tujuh tahun. Dia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Bagaimana jika dia bertemu dengan anak perempuan yang berusia tiga tahun memanggilnya bunda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutia al khairat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdua dengan aquira
Dyah melihat seorang putri kecil tertawa bersama papinya terlihat bahagia ketika membuat istana, dia memikirkan sesuatu apa perlu dia membiarkan mereka berdua saja itu lebih baik.
" Fathan temani kakak ke sana" kata Dyah, menunjuk penjual minuman, Fathan melihat kakaknya dan menatap Aquira terlihat bahagia bersama Azka dan dia menanggukan kepalanya.
" Maaf tuan boleh kami pergi sebentar" kata Dyah, Azka hanya menanggukan kepalanya karena dia asyik memperhatikan putrinya bermain pasir.
" Terimakasih tuan ayo Fathan" kata Dyah, memegang tangan adiknya menuju penjual minuman.
Hampir sepuluh menit tapi Dyah belum juga kembali Aquira sudah mulai bosan bermain pasir dan mencari Dyah.
" Hwa bunda, huhuhu" Aquira menangis membuat Azka bingung karena putrinya tak mau dia gendong.Azka yang tak tahu berbuat apa karema tak putri tak mau di bujuk.
Terpaksa dia menggendong putrinya yang sedang meronta minta turun. Mami Atika melihat putranya kembali dengan cucunya menangis dalam gendongannya tapi dimana Dyah dan Fathan.
" Cucu cantik oma kenapa, lalu dimana Dyah dan Fathan" kata Mami Atika, menghapus air mata Aquira. "Ira mencari pengasuhnya mam setelah bosan bermain, kalau soal mereka Azka tidak tahu" kata Azka, mengangkat bahunya.
" Emangnya Dyah tak minta izin padamu" kata Papi Ammar. Azka memikirkannya.
" Ya tadi dia pamit dan katanya hanya sebentar tapi sudah 10 menit mereka belum datang" kata Azka dengan dinginnya.
Mami Atika tersenyum mengerti kenapa Dyah mengajak Fathan menjauh dari putra dan cucunya.
" Sepertinya Dyah memberimu waktu lebih lama bersama Ira, gunakan kesempatan ini" kata Mami Atika menepuk punggung putranya dan meninggalkan Azka dan Aquira.
Azka hanya diam menyaksikan kepergian orangtuanya dan melihat Aquira melihatnya. Azka tersenyum memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang.
" Mami, papi khawatir meninggalkan mereka berdua" kata Papi Ammar melihat putra dan cucunya dari kejauhan.
" Papi jangan khawatir putra kita itu bisa mengatasinya jika kita selalu bersama mereka, kapan mereka bisa berduaan" kata Mami Atika, mengajak suaminya minum di sebuah kedai.
Aquira terus memanggil Dyah hingga mata pengunjung tak tak jauh dari mereka menatap.
" Ira ingin mencari bunda" kata Azka. Aquira menanggukan kepalanya sambil merentangkan tangannya hingga Azka menggendong putrinya.
Mereka mencari keberadaan Dyah kemana-mana hingga tangisan Aquira semakin menjadi.
" Hwa hwa Ira ingin bunda" kata Aquira menangis histeris, hingga seorang ibu mendatangi mereka merasa kasihan melihat Aquira tak mau berhenti tangisannya.
" Maaf pak ada apa dengan putri, anda? " seorang ibu yang juga menggendong putrinya. Azka yang sejak tadi melihat sekitarnya dan menatap ibu yang memanggilnya.
" Putriku mencari bundanya" kata Azka terpaksa menyebutkan nama bunda karena putrinya terus memanggil bunda.
" Maaf pak kalau saya menanggu bagaimana anda mengajak putri anda bermain kuda-kudaan, mungkin dia lebih tenang mungkin saja bundanya juga mencari kalian" kata ibu, menunjuk ke arah permainan tak jauh dari sana.
Azka melihatnya memang ada permainan untuk anak dan banyak anak yang bermain disana.
" Terimakasih bu" sahut Azka. Ibu menanggukan kepalanya meninggalkan Azka membawa putrinya ke area permainan.
" Ira lihat ada permainan, Ira mau bermain apa? " Azka menepuk punggungnya. Ira menitip terlohat banyak permainan dan matanya menjadi bersinar, Azka juga tersenyum melihat putrinya sudah berhenti tangisan.
Aquira menunjuk ke arah mobil listrik yang berada di hadapannya.
" Ira ingin menaikinya" kata Azka, Aquira menanggukan kepalanya. Azka menaiki mobil listrik bersama Aquira, mereka bermain bersama tanpa mereka sadari ada empat pasang mata mengintip mereka.
" Terimakasih Dyah" kata Mami Atika, mengelus rambutnya dan Dyah menanggukan kepalanya karena dia juga bahagia melihat Aquira merasa senang.