10 tahun Anna dan Alam menikah dan mereka tidak pernah bertemu sekalipun, karena Anna harus melanjutkan pendidikan dan pengobatannya di Luar negeri.
Dan disaat Anna kembali, pernikahannya harus disembunyikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DASW BAB 15 - Karin Dokter Anestesi
Anna tidak bisa menjalankan operasi bedah sendirian, dia membutuhkan bantuan salah satu dokter Anestesi di rumah sakit ini.
Dokter anestesi adalah dokter spesialis yang bertanggung jawab dalam proses pembiusan sebelum pasien menjalani operasi.
Setelah meminta perawat itu untuk menyiapkan ruang operasi, Anna segera menemui Karin, dokter Anestesi yang dia kenal saat pesta kecil penyambutannya di cafe beberapa hari lalu.
"Dokter Karin, Dokter! tunggu!" panggil Anna, dilihat nya Karin yang hendak berlalu keluar dari ruangan.
"Dokter Anna."
"Dokter Karin bantu aku."
Anna lantas menjelaskan kondisi yang terjadi saat ini. Tentang Pricilla yang harus segera ditangani. Bisa saja operasi tetap dilaksanakan malam hari, namun Anna sungguh tidak tega melihat wajah pucat anak itu menunggu untuk di tangani.
"Maaf Dokter Anna, aku tidak bisa. Aku yakin dokter Anton punya alasan sendiri kenapa dia menjadwalkan operasi nanti malam."
"Alasan apa? menunda kesembuhan pasien itu bukan alasan, ruang operasi kosong, semua alat tersedia dan lengkap. Lalu apalagi alasannya?"
"Bukan begitu Dok, sudah berapa lama Pricilla menunggu?"
"Sudah dari tadi pagi, jam 5 dini hari dia masuk. Dan sekarang dokter Anton sedang mengikuti Seminar. Apa seminar itu lebih penting daripada mengangkat sakit yang di derita pasien."
"Tapi tetap saja ini menyalahi prosedur Dok, apalagi dia bukan pasien Anda."
"Aku mohon Donter Karin, aku yang akan menanggung semuanya."
Karin tidak langsung menjawab, dia nampak berpikir dan membuang nafasnya kasar.
"Operasi itu tidak akan lama, kita hanya butuh waktu 1 jam. Tapi kenapa Pricilla harus menahan sakitnya lama-lama."
"Baiklah, Aku akan melihat kondisi Pricilla terlebih dulu," jawab Karin akhirnya dan Anna mengangguk dengan bibir yang tersenyum.
Anna memimpin langkah untuk membawa Karin melihat kondisi Pricilla saat ini.
Dan dia pun ikut terenyuh, pihak keluarga pun selalu memohon untuk anaknya segera ditangani. Sang ibu bahkan mengatakan jika dia akan merubah jalur masuk sang anak di rumah sakit ini. Dari menerima subsidi menjadi jalur umum. Andai jalan gratis yang dia tempuh adalah penyebab lambatnya penanganan sang anak.
Anna menggeleng dengan keras, tidak ada perbedaan diantara keduanya. Baik umum atau pun subsidi semuanya diperlakukan sama.
Saat itu juga Anna mengatakan jika operasi akan dilaksanakan dan Karin tidak membantah.
Anna sebagai dokter bedah, Karin dokter Anestesi dan 3 perawat lainnya adalah Tim yang akan menangani Pricilla di ruang operasi.
Sebelum masuk ke ruang operasi para perawat itu sangat ragu. Namun ketika sudah berada di dalam, mereka semua melakukan tugasnya dengan yakin dan penuh keyakinan bahwa operasi ini akan berhasil.
Selesai Karin kini giliran Anna yang mulai bergerak, kedua tangannya bergerak hati-hati dan mulai melakukan operasi.
Semuanya berjalan dengan baik.
Para perawat itu bernafas lega ketika melihat kemampuan Anna. Bahkan terkesan takjub.
Selesai dioperasi Pricilla kembali masuk ke ruang pemulihan. Di ruangan ini, Anna kembali memantau tanda-tanda vital pasien, seperti tekanan darah, denyut jantung, dan laju napas pasien.
Dan semuanya normal.
Anna tersenyum, tinggal menghadapi beberapa orang yang setelah ini akan menyalahkan dia. Atau siap-siap mendapatkan surat peringatan karena sudah melanggar prosedur rumah sakit. Atau lebih parahnya lagi dia akan langsung dikeluarkan.
"Setelah ini masalah besar akan menimpa Anda, kenapa masih sempat-sempatnya tersenyum?" ucap Karin, ketika dia dan Anna sudah keluar dari ruangan Pricilla.
"Tidak masalah, melihat kesembuhan Pricilla sudah membuat ku bahagia."
"Berteman dengan Anda mengerikan juga, karier ku juga bisa terancam."
"Jangan begitu Dok, kamu membuat ku merasa bersalah."
"Kamu memang salah."
Keduanya terkekeh.