[𝐄𝐥𝐝𝐡𝐨𝐫𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬#𝟏]
ON GOING!!!
Percayakah kalian dengan sesuatu yang berbau sihir?. Di Eldhora itu sudah menjadi hal yang lumrah. Namun tak hanya karena penyihirnya, ada keluarga bangsawan, ksatria, dan roh yang diberi kesempatan kedua menjadi satu dalam tempat ini
Alarice Academy. Sebuah sekolah yang menjadi tempat impian semua warga Eldhora. Cerita ini tentang Esther, seorang bangsawan yang memiliki takdir luar biasa
Bersama dengan anak-anak dari asrama lain, mereka diberi tugas untuk menyelesaikan apa yang belum terselesaikan di masa lalu
Apakah mereka mampu mengalahkan kegelapan yang telah lama terkunci, ataukah nasib Eldhora akan terjebak dalam lingkaran tak berujung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FILIA_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 06
...𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈 𝙱𝚈 @𝙴𝙲𝙻𝙸𝙿𝚂𝚅𝙴𝙽𝚄𝙴...
...•...
...*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*...
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
"Master!"
Valent masuk ke ruangan kepala sekolah dan menemukan pria berjenggot itu duduk seperti sudah tahu dia akan datang
"Kau terlihat bersemangat ya, Valent."
"E-ekhem, aku berhasil memberikan Empyreal Circlet pada Esther dan…"
"Sesuai dugaan ku kan?. Hoho, aku ini lebih berpengalaman anak muda."
Valent menatap datar. Antonious bangkit dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju rak buku, tangannya meraba disana mencoba menemukan buku yang ia cari
"Master mencari ap-."
"Ah ini dia!. Hoho aku sempat khawatir karena ku kira sudah hilang, kemarilah Valent."
Buku itu ditaruh dan debunya langsung terbang kemana-mana membuat Valent terbatuk-batuk, tapi rupanya itu bukan masalah besar untuk Antonious
"Buku apa ini?. Terlihat sudah sangat lama." Antonious tersenyum
"Ini adalah buku tentang … kelima benda keramat milik para pahlawan."
...Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ...
"WOAHH!!" Teriakan heboh terdengar dari ruang ganti
Dimana Esther kini menatap dirinya yang sudah memakai seragam Orion Roylt sampai matanya tidak percaya
"A-ada apa?!" seru Triton dari luar
"Tidak apa-apa!. Haha aku memang bagus memakai apapun ya."
Seragam khusus Orion Roylt adalah rompi. Mereka hanya menggunakan kemeja putih berkerah dengan celana panjang dan sepatu boot, kemudian dilapisi oleh rompi dan juga jubah. Kecuali kemeja, semua yang dipakai berwarna coklat melambangkan para bangsawan
"Aku selesai!. Bagaimana?!"
"Kau terlihat bagus. Tapi, kau sungguh mau melakukannya?. Atlas itu sudah masuk Orion sejak di angkatan kedua karena kehebatannya."
"Benarkah?. Tapi tak masalah, sebenarnya aku kesal kenapa dia tak jujur saja siapa namanya. Dan lagi sama sepertiku, dia tidak tau apa-apa tentangku kan?" Triton tertegun
Sementara itu berita tentang pertandingan Atlas dan Esther menyebar dengan cepat ke seantero akademi
"PERMISI!"
Valent dan Antonious terkejut saat salah seorang guru masuk tanpa mengetuk pintu dan ngos-ngosan
"Frederic ada apa?"
"D-di lapangan saat ini tengah ramai!"
Kembali lagi ke lapangan, Esther tak menduga ada banyak murid yang ingin menonton. Sebenarnya dia tahu kalau mereka semua sangat mendukung Atlas
"Lapangannya unik. Oval ya, seperti lapangan kuda. Apa aku harus berlari keliling atau-."
"Esther!" Sang empunya nama terkejut dan menengok ke kursi penonton
"Alan?"
"Ambil ini." Alarion melemparkan sebuah Gladius yang langsung ditangkap Esther
Gadis itu mengagumi Gladius yang berbalut sarung pedang berwarna emas dan juga hitam dengan corak-corak yang menyatakan kalau pedang pendek itu benar-benar kuno
"Ini alat media Orion Roylt?. Terimakasih!" Esther kembali masuk ke lapangan
"Esther ambil ini~."
"Oh tentu saja akan ku ambil, terimakasih Yang Mulia~."
Alarion melirik kesal kedua temannya yang mengejek, sementara dua temannya lagi asyik menertawakan
Esther melirik ke lantai dua dimana para guru memperhatikan dari sana, mereka sama sekali tak berniat menghentikan. Termasuk para pemimpin akademi
"Artinya ini pertandingan harga diri. Tapi kalau bermain tanpa tau aturannya bukannya percuma ya," gumam Esther merutuki otaknya yang bodoh
Suara sorakan heboh muncul, Atlas tampak masuk ke lapangan dengan pakaian Orion Alkemis. Seragam utama mereka adalah tali pinggang berisi benda-benda yang sudah dicampuri sihir
Hanya satu benda itu saja yang berbeda selebihnya sama. Kemeja putih berkerah, celana panjang dan boot serta jubah yang semuanya berwarna hijau
Atlas mengepalkan tangan kirinya dan kehebohan itu seketika berhenti membuat Esther tertegun
"Karena kau anak baru biar ku jelaskan cara bermain dan peraturannya. Orion terbagi menjadi dua babak dengan waktu bermain lima belas menit dan lima menit jeda. Tugas pemain adalah memasukkan Coreball, bola bercahaya yang punya tulisan-tulisan kuno ini, ke dalam gawang portal milik lawan."
Atlas menunjuk kedua gawang portal yang berbentuk huruf Y
"Mungkin terlihat mudah tapi ada pada Drogon yang akan mencoba menghalangimu untuk menang. Dan juga Flux Crystal, bola kristal yang sekali dapat bisa langsung menang. Coreball punya tiga poin dan Flux Crystal lima belas. Intinya kalau kau dapat dua puluh poin maka kau menang."
"Lalu peraturannya?" Atlas menyeringai
"Tak ada. Kau bisa lakukan apapun di lapangan, biar membunuh sekalipun." Esther tertegun dan menatap tajam
Tatapannya teralihkan pada anak-anak Orion Alkemis yang memasuki lapangan
"Bukannya ini pertandingan kita saja?!" seru Esther kesal
"Kau bodoh ya. Orion itu pertandingan kelompok berisi lima orang."
Esther berdecak kesal karena tak mengetahui itu
"Siapa bilang dia sendiri?"
Semuanya tertegun. Dari arah kursi penonton keluar empat orang yang tak disangka-sangka
Erynn dari Valora dengan pedang, sarung tangan besi dan seragam Orionnya yang berwarna abu-abu. Freya dari Novare dengan sapu terbang di tangannya dan seragam berwarna ungu ditambah selendang yang melilit lehernya
Renji dari Ignis dengan seragam berwarna biru dan bandana yang menutup mulutnya. Dan terakhir yang tak disangka Esther, Ophelia yang sama satu asrama dengannya namun memakai kemeja coklat
"Ophelia, kau kan angkatan kedua!" kata Esther
"Emang kenapa?. Dia juga masuk saat seusia ku kan?"
"Hey!. Mana bisa kelompoknya campuran!"
"Kau bodoh ya. Jelas-jelas tidak ada peraturannya kan, artinya kami boleh melakukan apapun," sahut Erynn dingin
Perempuan Alkemis itu menggeram kesal karena omongannya justru melawannya balik
"Bagaimana?" kata Esther. Atlas diam dan mengangkat pundaknya sambil tersenyum
"Yahh sudah terlanjur begitu. Kita mulai saja."
Masing-masing kelima anggota bersiaga. Sang wasit masuk ke tengah lapangan sambil membawa sebuah kotak besar
"Semuanya bersiap!. Tiga dua … SATU!"
Kotak itu terbuka dan dua bola langsung melesat mencoba melarikan diri. Esther melompat dan dalam sekejap berhasil menangkap Coreball, dia kemudian berlari menuju gawang lawan dan dihadang oleh dua Alkemis
"Jangan sentuh tuan putri!" Erynn langsung melayangkan kedua tangan besinya hingga dua anak Alkemis itu mundur
"Terimakasih Erynn."
"Kau tak punya waktu untuk berterimakasih kan?" Esther terbelalak dan terhempas sedikit dengan ujung bibir berdarah ketika Atlas menghajarnya
Laki-laki berambut merah itu mengambil alih Coreball
'Sial. Ini sih bukan pertarungan harga diri, pertarungan berdarah!'
"Kak!. Kau baik'saja?!" Ophelia datang dengan panik sampai tak menyadari satu anggota Alkemis menembakkan sebuah sihir
Renji yang melihat itu dengan cepat terbang ke arahnya dan melindungi Ophelia
BRUAKK
"Renji!" seru Ophelia melihat Renji yang terhempas dan seperti tidak sadarkan diri
"Haha kalian tak akan bisa mengalahkan kekuatan sihir kami!"
"Hoi." Perempuan itu terbelalak dan menjerit kesakitan saat Esther dari belakang menyayat punggungnya
"Yang namanya palsu, tetap saja palsu."
Semuanya terkejut saat Esther mengangkat Gladius nya membuat perempuan Alkemis itu hampir menangis ketakutan
"Esther disana!" Freya tiba-tiba berteriak sambil menunjuk Atlas yang berlari cepat menuju gawang mereka dengan Coreball di tangannya
"Aku harus menyelesaikan disini dulu." Semuanya tertegun
"Esther!" seru Erynn
"CK baiklah-baiklah." Esther berlari ke arah Atlas
"Kau tak bisa menandingi kecepatanku." Atlas menggesek sepatunya dan melesat memasukkan Coreball ke gawang kelompok Esther
"Tiga poin untuk Alkemis!"
Terdengar seruan dari kursi penonton Alkemis. Tapi bukan itu yang menarik perhatian Esther, dia melihat ke ujung dimana dua monster kelelawar dibebaskan setelah ada yang mendapat poin
"GRAHH!!"
"Ini benar-benar … merepotkan."
...T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇...