Felycia gadis yang cantik, periang, lucu dan punya banyak Sahabat, namun tidak ada yang tau rahasia apa yang sedang ia sembunyikan. satu-satunya sahabat dia yang paling dekatpun tidak mengetahuinya.
mau tau apa yang di sembunyikan Felycia. mari ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sani iswanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab19. Selamat Datang
Dua bulan kemudian...
"Oeee.. Oeee. Oeee.." suara tangisan bayi menggema di sebuah ruangan bersalin.
"Selamat ya bu, anaknya laki-laki, ganteng.!" ucap dokter yang membantu persalinan Felycia, bayi yang baru lahir itu kemudian di berikan kepada suster untuk segera di bersihkan.
"Terimakasih dok.!" ucap Felycia, dokter itu pun mengangguk seraya pamit keluar dari ruangan tersebut.
Setelah beberapa menit Felycia sudah di pindahkan ke ruangan rawat inap, begitu pun bayi nya, kini bayi itu sedang di dalam pangkuan Felycia.
Willy yang mendengar cucunya telah lahir mendadak pulang dari Singapura, rupanya sang kakek tidak mau tertinggal untuk menyaksikan sang cucu lahir ke dunia.
"Selamat ya, sekarang kamu sudah menjadi ibu.!" ucap Willy seraya mengelus kepala sang bayi.
"Iya pah, makasih ya papa udah mau nerima kelahiran cucu papa, meski-.!" Felycia menghentikan ucapannya, lalu buliran bening itu keluar dari sudut mata nya.
"Sudah-sudah, kamu jangan berlarut dalam kesedihan, kita besarkan anak ini sama-sama.!" Willy tersenyum sambil menatap penuh sayang sama anak semata wayangnya.
"Cklek!" suara pintu terbuka, terlihat Oma Sita membawa segelas teh manis hangat untuk Felycia, Sita tersenyum sambil berjalan. "Eh cicit oma, dari tadi nen mulu.!" ucap nya.
Felycia serta Willy terkekeh. "Iya nih, padahal kakek mau gendong!" tutur laki-laki yang baru
menginjak usia 53 itu.
Bayi itu menggeliat seolah merespon ucapan sang kakek, lalu Felycia memberikan bayi nya sama papa nya karena ia di suruh minum teh dulu.
"Ngomong-ngomong kamu mau ngasih dia nama siapa.? Ucap sang nenek sambil meletakkan gelas teh yang sudah di minum setengahnya oleh Felycia.
"Iya nih papa penasaran!" jawab Willy.
"Kenzie Atmadja". Ucap Felycia
"Wah nama yang bagus" ucap Oma Sita, Willy pun tersenyum dan setuju atas nama yang di berikan untuk sang cucu.
\*\*\*\*\*
Sore itu juga Felycia di perbolehkan pulang, sang Oma sudah menyiapkan kamar khusus untuk cicitnya.
"Gimana, kamu suka.?" tanya Sita saat memperlihatkan kamar yang bernuansa biru itu, Felycia melirik ke semua penjuru kamar yang sudah penuh dengan peralatan bayi.
"Suka Oma, makasih ya.!" ucapnya sambil tersenyum.
"Sama-sama, kalau kamu perlu apa-apa bilang sama Om.!" ucap Sita sambil mengelus pundak cucu nya.
Lalu Felycia pun berjalan ke arah box bayi, ia ingin menidurkan bayi nya yang sejak tadi tidur pulas di gendongan.
"Hati-hati.!" ucap Sita, sangat pelan takut cicitnya terbangun.
Setelah menidurkan bayi nya, Sita dan Felycia pun keluar dari kamar tersebut. Felycia yang melihat sang papa sedang bersantai menghampirinya begitu juga dengan Sita.
"Kalau kamu ingin melanjutkan kuliah kamu, kita pulang ke jakarta.!" ucap Willy saat anaknya baru saja mendudukan diri di sofa.
Felycia belum menjawab pertanyaan dari papa nya, ia memikirkan banyak kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kalau kembali ke jakarta, apalagi kembali ke kampus tempat kuliahnya dulu sudah pasti akan bertemu Sahabat-sahabatnya.
"Jangan buru-buru Will, kasian Fely dia baru saja melahirkan." ucap Sita.
"Aku gak maksa bu, kalau dia belum siap ya gak papa.!" jawab Willy sambil menyeruput kopi nya.
"Kalau kuliah disini boleh gak pah.?" Felycia bersuara setelah beberapa menit merenungi untuk mengambil keputusan yang tepat.
"Oh boleh, boleh banget sayang!" ucap Willy antusias. Sita pun setuju dengan keputusan cucunya.
"Lagian kalau kita kembali ke jakarta, kita mau tinggal dimana sedangkan rumah itu udah kita jual.!" ucap Felycia, sang Oma juga membetulkan apa yang di ucapkan cucunya. Meskipun bagi Willy hal gampang kalau hanya untuk membeli sebuah rumah saja.
"Berarti harus ada yang jaga kenzie saat kamu pergi kuliah?" ucap Willy kembali.
"Ada Oma, tenang aja!" jawab Sita tiba-tiba.
"Jangan, ibu sudah tua." Willy, tidak memberi izin untuk mengurus sang cicit.
"Iya, nenek itu harusnya jangan capek-capek ya, biar nanti Fely cari baby sitter buat Kenzie.!"
"Nah papa setuju".
Oma Sita pun mengangguk dan pasrah saja, selama cicitnya masih satu rumah itu tidak masalah baginya. Yang penting ia bisa melihat tumbuh kembang cicit satu-satunya.
\*\*\*\*
"Bisa kah kamu menuruti kata-kata ibu, sampai kapan kamu sendiri terus.?" ucap wanita paruh baya yang terbaring di ranjangnya.
Laki-laki yang sedang duduk di samping ibunya itu tidak bergeming.