Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 : Praduga tak bersalah
Ezar terpana sesaat.
Suara lembut Zara saat menyebut namanya terasa sejuk masuk ke relung hatinya.
" Ternyata ini terdengar lebih indah ketimbang saat kamu meneriaki nama ku seminggu lalu." Ujarnya terkekeh, kini dia sudah berani mengusili Zara.
Ekspresi Zara seketika berubah. Mengingat betapa kasar mulutnya hari itu membuatnya jadi merasa bersalah.
" Saya minta maaf." Katanya lemah.
Ezar terperangah, maksudnya bukan begitu, tapi sepertinya Zara menanggapi lain lelucon Ezar.
" Eh.., bukan begitu..aku hanya bercanda." Ujarnya tanpa sengaja mendekatkan tubuhnya ke Zara.
Zara kaget bukan main. Jaraknya dengan Ezar kini begitu dekat.
" Hmmm...Bisa bergeser sedikit?" Ujarnya sungkan.
" Kenapa? Kau tidak suka?"
" Bukan seperti itu, hanya risih saja." Ujar Zara menatap ke arah lain.
" Aku suami mu, kenapa harus risih?" Ezar terus menggoda Zara.
Zara jadi salah tingkah. " Saya mengantuk." Zara mencoba menghindar degan membalikkan tubuhnya membelakangi Ezar.
Ezar mengulum senyum sembari menghela nafas. " Baiklah, aku liat kamu memang sudah sangat mengantuk." Goda Ezar kembali. Karena sedari tadi, tak di lihatnya Zara menguap sekalipun, bahkan binar matanya masih begitu terang tidak memperlihatkan tanda tanda ingin terlelap.
*
*
Di tempat berbeda tepatnya di Brawijaya Hospital, seorang gadis muda baru saja membuka matanya setelah beberapa jam lalu sempat tidak sadarkan diri.
Netranya memandang ke sekeliling, dan indera penglihatannya hanya bisa menangkap warna putih yang begitu dominan.
Tampak raut wajahnya berubah." sial....Apa aku sudah mati?" Matanya masih berputar menatap setiap sudut ruangan. " Benar...aku memang sudah mati." Tangisnya pecah. Dia mulai mengingat dosa dosa yang sering dia lakukan pada abi dan umi nya. " Aku belum sempat meminta maaf pada abi dan umi..hiks..hiks.."
" Aretha Hanum Mahawira." Panggil seseorang yang baru saja masuk.
Gadis yang di panggil Aretha itu menoleh. " Mbak Dila?"
" Kenapa menangis?" Tanya Dila setelah melihat Aretha mengusap kedua matanya.
" Tidak.." Ujarnya tidak mau berterus terang.
Dila tersenyum sinis. " Kenapa...Kau pikir kau sudah mati dan tidak sempat meminta maaf pada om Damar dan tante Anisa?"
Aretha terkejut. " Bagaimana mbak bisa tau?"
Dila mendekati tempat tidur, berdiri tenang sembari melipat kedua tangannya di dada. " Wajah mu yang mengatakannya. Berhenti membuat abi dan umi mu khawatir Retha!!"
Aretha tertunduk. " Maaf."
" Allah masih mengizinkanmu bertaubat dan membiarkan mu hidup lebih lama. Jadi mulai sekarang, perbaiki tingkah lakumu."
Aretha tertunduk dalam. Lama ia terdiam, sampai sebuah pertanyaan terlontar dari mulutnya dan membuat Dila harus bisa menahan emosi. " Bagaimana motor ku?"
Dila sudah mengangkat tangan, jujur saat ini ingin sekali ia menoyor kepala adik sepupunya itu.
Aretha menggeleng pelan. " Jangan memukulku. Mbak tau kan kalau kepalaku cedera."
Dila menghela napas kasar. " Aku tau dan bahkan sangat tau apa yang terjadi padamu. Andai teman mbak tidak menemukanmu di waktu yang tepat. Mungkin sekarang pikiran bodoh mu itu akan segera jadi kenyataan." Ketus Dila. " Kau sangat beruntung, meski dia masih koas sama sepertiku, tapi kepintarannya di atas rata rata." Dila memuji Zayn.
" Lalu di mana teman mu itu mbak? Aku ingin mengucapkan terima kasih."
" Ucapan terima kasihmu nanti mbak sampaikan. Saat ini kau tidak bisa bertemu dengannya, dia sedang sibuk."
" Apa dia tampan?" Tanya Aretha tersenyum mesum.
" Sangat tampan. " Jawab Dila.
Aretha memperbaiki posisinya." Mungkinkah dia kekasihmu?" Goda Aretha.
" Dasar anak ini." Dila sudah mulai emosi." Aku pergi. Tante Nisa akan datang sebentar lagi."
Dila melangkah keluar meninggalkan Aretha. Di depan pintu, Dila berbalik. " Motormu sudah tante Nisa buang."
Pintu tertutup. Dila menghilang setelah membuat kepala Aretha berdenyut. " Ya Allah, setengah miliar ku...."
*
*
Dari balik jendela besar, Ghina menatap nyalang Zara yang baru saja keluar dari mobil Ezar. Tangannya mengepal kuat. Jika tidak sedang berada di antara kumpulan residen, mungkin Ghina sudah meneriaki Zara atau bahkan berlari keluar dan menarik kerudung panjang gadis cantik itu.
Seorang residen tanpa sengaja melihat ke arah luar dan menemukan apa yang di lihat Ghina." Bukan kah dia koas idolanya Brawijaya?"
Semua menoleh ke arah Zara yang melangkah masuk.
" Kau benar. Bukan cuma di Brawijaya, di kampus juga sama ." Ucap salah seorang di antaranya.
" Dokter Bayu memberinya privilege. Minggu pertama dia di stase bedah sudah di ikutkan operasinya dokter Bayu." celetuk yang lain.
" Tapi yang aku dengar dari teman angkatannya, kalau dia lulus sarjana kedokteran dengan nilai cumlaude. Kalian tau sendirikan, dokter Bayu sangat perfeksionis dan pemilih. Jadi ku rasa itu hal wajar. Dokter bayu bukan orang sembrono yang memasukkan sembarang orang ke dalam kamar operasinya. Ya meski masih banyak di antara kita yang punya pikiran yang sama kan? Kalau dokter bayu menyukai koas cantik itu."
" Benar sekali, aku pun berpikir demikian." Semua tertawa.
Ghina menyimak diskusi ketat yang membicarakan wanita yang baru saja keluar dari mobil kekasih hatinya. Giginya gemeretak, amarahnya mulai tersulut. Kini dia menganggap Zara sebagai saingannya.
Tawa yang memenuhi ruangan itu seketika menghilang begitu melihat dokter Bayu keluar dari kamar.
" Pagi dok." Sapa mereka.
" Pagi, apa yang kalian bicarakan? Terlihat asik sekali."
" Tidak ada dok, hanya pembahasan biasa saja."
Zara lewat di dekat mereka sembari menunduk dan membungkuk sebagai bentuk penghormatan untuk senior seniornya.
" Assalamualaikum dok." Sapanya tanpa melihat siapa pun yang sedang berada di sana.
" Waalaikumsalam." Jawab mereka kompak.
Dokter Bayu menatap Zara hingga menghilang dari pandangannya. Bukan hanya dokter Bayu, tapi semua pria yang berada di tempat itu tak bisa mengalihkan mata mereka dari pesona seorang Zara Damazal.
Sialnya, kejadian itu terpantau oleh mata elang Ezar yang masih berada di depan pintu.
Ekspresinya berubah menjadi dingin apalagi setelah melihat bagaimana residen residen itu memandangi istrinya." Berpakaian tertutup begitu saja mampu menarik perhatian banyak pria." Itulah yang dia pikirkan.
Dan pikiran itu menciptakan sebuah perasaan aneh dalam dirinya. Dia kesal, marah dan ingin melampiaskan kemarahan itu dengan mencongkel mata setiap pria yang berani memelototi istrinya.
" Pagi dok."
Lamunan Ezar buyar ketika seorang wanita baru saja lewat di depannya.
" Pagi." Balas Ezar.
Setelah sarapan, mereka berangkat ke tempat di mana akan di adakan baksos yaitu sunatan massal.
Dan kebetulan tempat itu berada tepat di sebelah pesantren Al Hidayah.
Zara sangat antusias, karena setelah kemarin tidak sempat bertemu dengan eyangnya, hari ini bisa terwujud. Tapi, ada satu yang kembali membuatnya tak bersemangat. Kakaknya. Zayn belum juga kembali dan Zara tidak ingin ke pesantren tanpa Zayn.
Zara menghela napas panjang. Tidak ada lagi pekerjaan berarti yang harus dia selesaikan. Tinggallah dia duduk di pojokan merenung sembari menulis di tanah dengan ranting kayu yang dia temukan beberapa saat lalu.
Dari kejauhan, Ghina melihat jika Zara sedang sendirian. Ghina pun berniat menghampiri. Tapi niatnya itu ia batalkan ketika melihat seorang pria yang sangat tampan lebih dulu menghampiri Zara dan menepuk pundak wanita itu.
" Jilbabnya saja yang besar, ternyata jalang juga." Gumamnya sembari berdecih. Ghina mengira jika Zayn adalah kekasih Zara.
Dan kecurigaan itu semakin terbukti ketika Zayn yang mengulurkan tangannya segera di tanggapi Zara dan balik memegang tangan Zayn. Mereka berjalan beriringan keluar dari tempat pelaksanaan baksos setelah lebih dulu mengantongi ijin dari Ezar.
Tak menyia nyiakan kesempatan itu, Ghina pun memotret kemesraan keduanya.
Dokter Bayu lewat di sekitar Ghina.
" Dok, selamat siang." Sapa Ghina sopan.
" Siang dokter Ghina. Sudah ketemu bang Ezar belum?" Tanya Bayu.
" Dia lagi sibuk, nanti saja, aku takut mengganggu." Katanya dengan nada bicara yang sengaja di lembut lembutkan. " Oiya dok. Bukankah wanita ini salah satu koas di stase bedah?" Tanya Ghina memperlihatkan gambar Zara.
" Iya benar. Kenapa?"
" Ini pacarnya ya dok, mereka terlihat mesra sekali, saya pikir ada peraturan jika tidak boleh berpacaran dengan sesama jika masih sementara sekolah."
" Ohh,, ini. Yang aku tau dia bukan pacar nya, tapi suaminya."
" Suami!!"
...****************...
marwah msih 5 thun tpi ucapn ny gk sesuai umur. bolh karakter ny dibuat ank yg cerdas, tpi jangn brlebihn smpe bhas urusn mnikh🙏
yg penting sekuelnya "Zayn " segera rilis kakakk 😃😃😃
sehat2 selalu 🤲🏻🤲🏻
tinggal lnjut ke kisah'y zayn aja kasihan kn dia udh maju tua blm ketemu hilal'y 😂✌