NovelToon NovelToon
BETWEEN THE NUMBERS

BETWEEN THE NUMBERS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / BTS / Cinta pada Pandangan Pertama / Office Romance
Popularitas:714
Nilai: 5
Nama Author: timio

Satu digit, dua, tiga, empat, lima, hingga sejuta digit pun tidak akan mampu menjelaskan berapa banyak cinta yang ku terima. Aku menemukanmu diantara angka-angka dan lembar kertas, kau menemukanku di sela kata dan paragraf, dua hal yang berbeda tapi cukup kuat untuk mengikat kita berdua.

Rachel...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jelas Berbeda

" Tapi menurut gue cakepan kak Vano deh." diam-diam Vano tersenyum di belakang sana.

" Kak Vano dingin, kaku, lempeng banget, Kalau Pak Samuel kan ramah, murah senyum, Duh salting gua."

Tuk tak tuk tak... Langkah high heels mengarah kepada mereka.

" Pagi Kak Vano." seru Rachel.

Seketika dua admin yang tadinya bergunjing itu saling bertatapan dan langsung menoleh kebelakang mereka. Vano tersenyum lebar kepada mereka berdua yang seketika menunduk dalam. Melihat ekspresi aneh dari kedua admin itu Rachel sedikit bingung.

"Ada apa ya kak? ", tanya Rachel menghentikan langkahnya tepat didepan Vano.

"Oh ngga, ayo ke gudang WS sebentar, aku mau cross check Ws yang udah kamu estimasikan."

"Iya, kak."

Mereka berdua pergi meninggalkan kedua admin yang sudah berwajah kecut itu.

🍀🍀

Pria dan wanita dewasa yang dipisahkan rak buku itu sedang sibuk. Hanya terdengar bunyi kertas yang dibalik, atau suara berisik pena yang saling bertabrakan didalam casenya, atau bunyi key board yang ditekan-tekan.

"Rachel." Vano yang pertama memecah suasana hening mereka.

"Iya, kak."

"Ada seminar Numbers di hotel De Lunar nanti setelah makan siang. Biasanya di hadirin aku sama mama, kebetulan mama lagi di luar kota. Kamu mau ikut nggak? ", tanya Vano tapi Rachel malah terpaku dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Rachel... ".

"Hah? Aah... Gimana ya kak. Aduh.. Hmm.. Aaa.. Ummm... ", Rachel bingung menjawab apa dan ketika ia menoleh Vano sudah berdiri di sampingnya di antara rak buku sekat mereka. "Gimana kalau Kak Vano aja asisten yang lain aja."

"Misalnya? ".

"Mikhaela."

"Dia bukan asisten pengajar Rachel, dia admin. Beda spesialiasinya dengan kamu. Cari alasan yang masuk akal dikit bisa nggak? Kamu takut ketemu Pak Samuel kan?", tuding Vano tanpa basa-basi. Rachel mengangguk dan tersenyum ragu.

"Kamu takut apa? Memangnya Kamu buat salah apa? Toh dia yang salah."

"Eh bener...", spontan Rachel menjawab keningnya berkerut.

"Kalau kamu menghindar terus dia malah makin penasaran sama kamu, atau jangan-jangan kamu juga masih suka ya sama dia. Ayo ngaku aja.",goda Vano.

"Ohhh big no...", kesalnya tiba-tiba dengan suara meninggi sambil berdiri.

Bahkan Vano pun langsung kaget dibuatnya. " ogah banget." serunya melangkah sambil misuh-misuh dan masuk ke toilet.

"Gua salah ngomong ya? Kenapa malah pergi? ", heran Vano dan kembali ke mejanya dengan perasaan bingung.

15 menit kemudian, pintu toilet dibuka dan Rachel muncul dengan setelan dan tampilan yang berbeda. Make up nya dibuat agak tegas tapi tidak menor, rambutnya yang ia Tata lebih rapi dan modis. Vano sampai melotot dibuatnya, Rachel tidak pernah muncul dengan penampilan seperti itu.

"Pak direktur saya ikut seminarnya." serunya dengan senyum sumringah.

"Oh o-okay." jawab Vano gelagapan.

🍀🍀

Benar saja, sesampainya Samuel langsung terlihat di lobby hotel. Rachel langsung berdiri lebih tegap dan memasang wajah datarnya, padahal dalam hati ia sudah menjerit tidak karuan.

" Lindungi aku Kak Vano", begitu kira-kira.

Samuel bergerak mendekati mereka dan senyum yang mengarah kepada Rachel. Melihat hal itu dan dengan sengaja merangkul Rachel, mendorong pinggang kecil itu dengan tangannya agar berjalan lebih cepat.

"Ayo Rachel lebih cepat udah mau mulai acaranya." serunya.

Rachel menghempaskan napasnya dengan lega, ternyata pak direktur tampan di sampingnya ini sangat paham situasi. Posisi duduk mereka berada di tengah-tengah aula.

"Nggak usah terlalu cemas gitu, selama di samping aku kamu aman." seru Vano.

Rachel tersenyum ceria menunjukkan deretan gigi rapinya serta mengacungkan dua jempolnya.

"Aduh... Hati gua yang nggak aman kali ini." ringis Vano dalam hati.

"Hai, Ra...". Seru Samuel dan duduk begitu saja di samping Rachel, lihat hal itu jelas mana tidak terima dan spontan menarik tangan Rachel agar bangkit dan segera Vano bertukar tempat duduk dengannya, dan sekarang Vano lah yang berada di tengah-tengah. Bersebelahan Vano dan Samuel bergelut melalui tatapan tajam mereka masing-masing.

"Kak... ", seru Rachel sedikit berbisik.

"Hmm? ", jawab Vano sekenanya karena matanya masih saling adu dengan mata Sam.

"Kak... ", bisik Rachel lagi.

"Apa Rachel? ", tanya Vano kini melihat ke arah Rachel.

"Tangan aku." Lirihnya.

"Oh.. M-mmaaf. " cicitnya salah tingkah.

Kehadiran Samuel benar-benar ancaman bagi Vano, ia sangat terganggu, dan sedikit kesal kenapa Rachel harus berdandan seperti itu, secantik itu, bukan hanya ia yang terpesona, pria brengsye*k mantannya itu juga. Sampai seminar yang berlangsung tiga jam itu pun berakhir Vano tetap duduk di tengah-tengah, menjadi sekat antara Samuel dan Rachel.

🍀🍀

📞 Vano : Halo pak Yoo, kami sudah selesai. Kita balik sekarang. Hah? A-apa? Mogok? Oh ya udah pak.

Rachel mendekat melihat Vano agak lesu ketika mematikan telepon itu.

"Kenapa kak?".

"Mobil mogok, Hel. Gimana ya? Naik taksi mau?".

"Naik odong-odomg juga boleh kak, yang penting sampai hehe."

"Astaga, Rachel, kamu... Ahahaha...". Tawa Vano meledak.

"Ohhh pencipta langit dan bumi, hatiku hampir tidak tahu diri lagi ini, bisa stop ngga." jerit gadis itu dihatinya melihat pria tampan yang katanya dingin se dingin batu sungai itu malah tertawa lepas seperti ini, menunjukkan gummy smilenya yang indah, gigi kecilnya yang membuat Rachel ingin mmmphhh...

Ngerti kan? Masa ngga ngerti?

"Rara.... ", teriak seseorang dari belakang mereka.

Rachel sudah kelewat kesal, ia memejamkan matanya pertanda sedang mengontrol emosinya, bukan hanya dia, Vano juga sudah merubah tawanya tadi menjadi ekspresi datar sedatarnya, alisnya hampir menyatu.

"Rara...".

"Nama saya Rachel pak pengawal, R - A - C -H-E-L, alphabetnya banyak." Lugas Rachel, Vano tersenyum miring.

"Kamu mau balik? Di luar hujan? Mau aku antar?", Sam sama sekali tidak perduli dengan ekspresi kesal mereka.

"Tidak pak, Terima kasih."

"Gua udah telepon pak Yoo tadi, kebetulan juga mobil lu mogok kan? Rachel bareng gua aja."

"Hah?", Rachel tidak habis pikir, apa yang sedang di pikirkan Samuel saat ini. Tidak. Pertanyaannya adalah apakah otaknya memang berfungsi atau tidak.

"Ra, ayo." Ajak Samuel.

"Saya mau naik taksi aja pak pengawas, bareng ka Vano."

"Udah denger kan lu." Frontal Vano.

"Rara..."

"NAMA GUA RACHEL @+#&$&#&#&#_#_'#H#&@&@_@." Rachel melotot, marah se marahnya, kesabarannya habis untuk pria tampan yang tidak tahu malu ini.

Bukan hanya Samuel yang melotot, Vano juga menutup mulutnya bahkan mata sipitnya tiba-tiba melebar, gadis sederhana yang kelihatan sangat kalem dan tidak bisa marah ini rupanya bisa mengumpat selancar dan sejelas itu.

"Udah ya Samuel, stop. Gua cape anjir berurusan sama lu, gua muak, gua udah nahan-nahan supaya mulut gua ini ngga kasar ke elu, tapi ngga bisa nahan ya setan kalo lu gara-garain terus. Sekali gua bilang jangan ya jangan, engga ya engga, apa susah banget ya paham gua ngomong apa? Lu kira dengan lu begini gua luluh? Belajar paham lagi? Mimpi aja lu sampe kura-kura manjat pohon... ", kesalnya berapi-api, sapp... Ia menarik tangan Vano menjauh dari Samuel yang mematung.

Mulut gadis bertubuh kecil itu masih komat-kamit mengeluarkan segala kekesalannya, sementara tangannya masih setia kokoh menjabat jemari direktur tampan yang senyum-senyum menikmati moment itu.

Deg

Spontan Rachel berhenti, seolah baru tersadar dari kesurupannya. Wajahnya tiba-tiba merah, bukan karena terpesona atau apa, tapi karena malu. Malu sekali. Setan dengan mulut jahanam dalam dirinya keluar hari ini, tepat didepan Vano. Ia spontan melepas genggaman tangannya.

"K-kaak... M-ma-maaf... ", cicitnya.

"Ppffttt..... Ahahahhaha..... ", tawa Vano benar-benar meledak. Pria itu tertawa lebar.

Akhirnya mereka menaiki bus, mereka duduk berdampingan. Dingin dan hening tapi tidak dengan hati keduanya. Vano sangat bersyukur hari itu hujan, ia jadi paham bagaimana rasanya se payung berdua. Meski dengan menahan rasa malunya, ia masih kuat menahan mati-matian rasa ingin bunuh dirinya didepan Vano. Ia sangat ingin menghilang saat ini.

"Ngga usah malu begitu, rupanya gadis cantik yang kelihatan jinak ini barbar juga." Ledek Vano.

"Apa? Apa katanya? Cantik? Cantik katanya? Gua? Ka Vano bilang gua cantik? Gimana-gimana? Boleh minta di ulang ga sih? Gua mau rekam, ahh Rachel ganjeng." dia mengumpat dalam hati.

"Maaf kak, aku ngga maksud. Kesalku ke dia udah di ubun-ubun banget."

"Udah lah, Hel. Sekali-kali memang perlu dikasarin manusia satu itu."

"Tapi kok dia ngomong santai banget ya ke kakak. Ngga ada takut-takutnya gitu."

"Sebenernya kita sepupu."

"HAH?! ".

Rachel benar-benar terkejut.

"Biasa aja, Hel. Ngga usah syok begitu. Ini pertama kalinya aku main hujan-hujanan di hidupku, jangankan main hujan, pegang payung aja baru kali ini."

"Waaah... Kakak mau flexing ya ke aku." Sindir Rachel.

"Hahahha... Ya engga lah. Jujur ini. Baru kali ini beneran, seru ya, seneng aja gitu. Apalagi yang pertama ini bareng orang yang aku suka. Suka banget malah."

Deg deg boom

Rachel tertegun.

"Agsgshsgdgsnnshsganabbsvsgsgshueushsvegdgshnansbshsshhshsgsga", entah apa yang Rachel umpat kan dalam hati untuk menyalurkan kupu-kupu yang berkerumun di ususnya.

"Aku suka kamu, Rachel. Banget." Tegasnya menatap Rachel.

Rachel hanya diam, sedang berusaha meluruskan semua saraf yang tiba-tiba saja mengeriting di kepalanya.

"Gua ngga siap anj denger confessan begini. Jantung gua nanti copot, donor mahal." Umpatnya dan lagi-lagi dalam hati.

Tiba-tiba saja Vano menyandarkan kepalanya di bahu Rachel yang akan kadarnya itu. Bau khas wangi rambut kepala pria putih pucat itu menyinggahi indra penciuman Rachel.

"Jangan banguni aku kalo belum sampe ya, Hel. Pikirkan yang aku akui tadi. Aku nunggu."

"OOHHHHH NEPTUNUS... GUA PENGEN NYEBUR KE ATLANTIS, KETEMU SPONGE BOB, ADUHH... GIMANA INI? NYERI SEMUA ANJIR, NYERI... ", masih berteriak dalam hatinya.

Rachel tidak tahu harus apa, ia hanya diam bahkan tidak menjawab satu pun pertanyaan Vano, ah tidak, pria itu tidak menanyakan apapun, ia hanya memberi pernyataan. Pernyataan yang membuat Rachel sudah ingin guling-guling di pojokan.

Seorang pria tampan, rupawan, kaya raya, pewaris tunggal, bagaimana bisa ia menyukai gadis malang ini?

Gadis malang yang membela dirinya sendiri seumur hidupnya.

Mengumpulkan rupiah agar tidak kelaparan, kehujanan, dan kepanasan.

Hanya gadis biasa yang tumbuh tanpa kasih sayang orang tua, ia bahkan tidak tahu siapa dan dimana orang tuanya, masih hidup atau bagaimana.

Kita tidak merindukan apa yang tidak pernah kita miliki bukan?

Jadi, menurutnya tidak ada rasa rindu yang benar-benar ia tujukan, dan entah juga kepada siapa.

Tidak ada.

Ia hanya hidup berdasarkan logikanya, setidaknya itulah yang membuatnya bertahan sejauh ini. Hingga ia bertemu dengan pria yang hampir sempurna ini, dia berbeda.

Jelas berbeda...

.

.

.

TBC... 💜

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!