Berpenampilan cupu dan kampungan membuat Viera selalu menjadi bahan bullyan teman-teman di sekolahnya. Tidak ada satu pun dari teman-teman di sekolahnya yang bersikap baik kepada dirinya. Dia dianggap rendah dan pantas untuk ditindas. Tapi tidak dengan Hiko, pria tampan yang selalu bersikap baik kepada dirinya dan menjadi satu-satunya orang yang mau berteman dengannya. Kedekatan Viera dan Hiko berhasil membuat para wanita di sekolah Viera semakin membenci Viera. Mereka terus membully Viera tanpa ampun. Viera hanya bisa diam dengan setiap perlakuan buruk yang dilakukan kepada dirinya. Hingga akhirnya suatu ketika, pertemuannya dengan ayah kandungnya yang ternyata seorang konglomerat membuat hidup Viera berubah drastis dan membutnya ingin membalas setiap perlakuan buruk teman-temannya kepada dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 - Hanya Dia Yang Baik
"I-tu, aku menunggu Ibu datang menjemputku." Balas Viera. Suaranya terdengar tersendat-sendat akibat rasa gugup yang menerpa.
Dahi Hiko mengkerut. Pria itu menatap wajah Viera dengan tatapan bingung. "Kenapa menunggu ibu kamu menjemput? Kamu kan bisa pulang sendiri. Nih ada sepeda!" jari telunjuk Hiko menunjuk sepeda Viera yang masih wanita itu pegang.
Viera yang masih merasa gugup berusaha untuk bisa tenang. Jangan sampai karena kegugupannya itu membuat Hiko jadi bingung dengan sikapnya.
Tanpa membuang waktu terlalu lama, Viera langsung saja memberitahu Hiko alasan dirinya menunggu jemputan sang ibu. Namun bukannya mengerti, Hiko justru semakin bingung kenapa ibu Viera datang menjemput dan mau mengiringi Viera pulang sekolah.
"Hiko!" Suara Putri yang berasal dari belakang tubuh Hiko membuat niat pria itu terhenti hendak bertanya pada Viera.
Hiko membalikkan tubuh. Menatap wajah Putri dengan tatapan datar.
Putri yang ditatap tak langsung mengeluarkan suara kembali. Dia justru menatap pada Viera dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kenapa belum pulang juga? Dan kenapa berbicara dengan si cupu ini?" Tanya Putri ketus.
"Memangnya siapa dirimu sehingga mengaturku seperti itu?" Dengan tatapan tak suka, Hiko bertanya pada Putri. Walau wanita itu terlihat sangat cantik dan seperti seorang primadona, namun tak membuat Hiko mudah tertarik kepada dirinya.
Kedua tangan Putri terkepal. Dia tidak terima Hiko bertanya seperti itu di saat ada Viera.
Viera yang berada di tengah perdebatan kedua orang itu akhirnya bisa terbebas dari perdebatan saat melihat kedatangan ibunya.
"Ibu." Dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya, Viera menyapa wanita yang sudah melahirkannya ke dunia.
Putri yang melihat kedatangan sosok ibu Viera menatapnya dengan tatapan sinis. "Gak anaknya, gak ibunya, ternyata sama-sama kampungan!" Cibir Putri dalam hati.
"Hiko, Putri, aku pamit pulang dulu." Kata Viera tanpa berani menatap wajah Putri.
Hiko menganggukkan kepala. Pria tampan itu kemudian menghampiri Violet dan menyalimi wanita itu.
Sementara Putri, dengan sikap sombongnya dia masih memilih tetap diam di tempat. Jangankan menyalimi Violet, membalas perkataan Viera saja dia tidak ingin.
Viera akhirnya pergi meninggalkan sekolah sambil mengeyuh sepeda jadulnya. Violet yang bertugas mengiringi putrinya pun membawa motornya dengan kecepatan pelan di belakang sepeda yang Viera kayuh saat ini.
Hampir dua puluh menit melakukan perjalanan menuju rumah kontrakan, Viera dan Violet pun akhirnya tiba di rumah kontrakan sederhana mereka.
"Pria tadi teman kamu, Viera?" Tanya Violet setelah masuk ke dalam rumah bersama Viera.
Viera mengangguk pelan. Sudut bibirnya tersenyum tipis karena sang ibu mempertanyakan tentang sosok Hiko.
Violet dapat melihat keanehan di wajah putrinya saat menjawab. "Tampan ya dia." Lanjut Violet sambil menatap Viera dengan intens.
Viera mengangguk pelan dengan gerakan tubuh yang terlihat mulai salah tingkah. Melihat itu membuat Violet menyimpulkan sesuatu di dalam benaknya.
"Kamu suka sama dia, nak?" Tanya Violet lembut. Dia merasa harus memastikan perasaan putrinya.
Viera dengan cepat menggelengkan kepala. "Ti-tidak, Bu. Viera gak suka."
"Kalau tidak suka lalu kenapa wajahnya tegang begitu?" Tanya Violet sambil menahan senyum.
Kepala Viera tertunduk. "Aku hanya kagum saja, Bu. Dia pria yang baik. Hanya dia satu-satunya orang di sekolah yang mau berteman baik denganku." Balas Viera.
Senyuman di wajah Violet luntur seketika karena mengetahui putrinya hanya memiliki satu orang teman yang baik kepadanya di sekolah.
***
Selamat datang di karya shy teman-teman tersayang. Jangan lupa berikan rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️, like, komen dan giftnya teman-teman🤗
Dan jangan lupa follow instagram @shy1210 untuk seputar info karya. Terima kasih🤗🤗