"Apa-apaan ini?" teriak Alexa.
"Nikah sama gue!" perintah Niko.
"Gak mau!" tolak Alexa.
"Lo nolak siap-siap gue hancurin karier lo!" ancam Niko.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penerbangan Ke Swiss
Tahu seberapa kesal Alexa pada Nicholas saat ini? Yang jelas tidak bisa diungkapkan hanya dengan kata. Bagaimana tidak? Nicholas memberitahu jadwal penerbangan ke Swiss dua jam setelah mereka selesai berenang.
Mereka bahkan belum packing!
Keduanya sudah berada di dalam kamar. Setelah mandi merek duduk di tempat yang berbeda, tetapi saling mempertemukan pandangan dengan ekspresi yang bertolak belakang.
Alexa duduk di tepi tempat tidur dengan tangan terlipat di dada. Ia duduk dengan raut wajah masam dan juga cemberut. Tatapannya mengarah pada Nicholas yang tengah duduk di sofa, memperlihatkan tatapan penuh permusuhan. Terlihat pria itu bertelanjang dada, bagian bawahnya hanya ditutupi oleh handuk berwarna putih.
Berbeda dengan Alexa, Nicholas terlihat lebih santai, ekspresinya juga datar. Pria itu duduk bersandar pada punggung sofa, ditangannya terselip satu batang ber-nikotin, pandangannya dipertemukan dengan Alexa. Wajah wanitanya terlihat cemberut.
"Kenapa lagi? Masih kurang tadi di kolam?" ledek Nicholas. Pria itu menghisap rokoknya kemudian mengepulkan asapnya.
"Lo keterlaluan. Gue belum packing," maki Alexa lantas berdiri masih dengan tangan terlipat di dada.
"Gak usah bawa pakaian ganti. Lagian pakaian lo gak ada yang bagus?" ucap Nicholas membuat Alexa mendengkus.
"Ejek aja terus," gerutu Alexa.
Nicholas menegakkan posisi duduknya, mencondongkan tubuhnya ke depan, mematikan rokok di dalam asbak keramik. "Gue kasih Amex ke lo bukan buat lo anggurin. Beli pakaian yang bagus. Bukan beli pakain sampah kaya gitu," ucap Nicholas sarkas.
Betapa kesal Nicholas melihat sebagian banyak model pakaian Alexa terbuka.
"Boleh beli pakaian seksi?" tanya Alexa. Ekspresi wajahnya dibuat seimut mungkin.
Nicholas tidak langsung menjawab. Ia berdiri mendekat ke arah Alexa, menarik pinggang Alexa, mengikis jarak di antara mereka.
"Lo cuman boleh pakai pakaian seksi di depan gue. Tapi kalau lo mau pakai pakaian seksi di depan umum, itu berarti lo udah siap jadi jalang!" ucap Nicholas pelan, tapi kalimatnya menusuk di hatinya.
Alexa mendorong dada Nicholas membuat jarak di antara mereka.
"Dasar pria menyebalkan! Kenapa setiap kata yang keluar dari mulutnya hanya bisa menyakiti hati orang lain saja," gerutu Alexa tanpa menghentikan langkahnya. Ia berniat untuk keluar dari kamar.
"Berani lo keluar dengan keadaan lo kaya gitu, gue bersumpah akan masukin lo di depan semua orang yang ada di sini!" hardik Nicholas.
Pergerakan tangannya langsung terhenti, ketikan tangannya baru akan menyentuh handle pintu. Tanpa berbalik Alexa menurunkan pandangannya. Mulutnya menganga baru sadar jika dirinya hanya memakai handuk yang melilit di dadanya.
Baru setelah itu Alexa berbalik, menatap Nicholas dengan senyuman bodohnya. Ekspresi Alexa berubah dalam sekejab. "Gue lupa belum pakai baju."
"Lupa atau lo emang sengaja mau godain pria yang ada di rumah ini!" sergah Nicholas.
"Gue gak serendah itu, sialan!" maki Alexa.
"Ngomong apa tadi?" tanya Nicholas geram.
"Gak ngomong apa-apa," elak Alexa.
"Bagus ngomong kaya gitu. Gue suami lo, Alexa!" bentak Nicholas.
"Lo yang mancing gue duluan!" balas Alexa, matanya bahkan sudah berkaca-kaca. Hatinya sakit mendengar semua makian Nicholas.
"Lo jangan nguji kesabaran gue Alexa!" bentak Nicholas.
"Terserah!" Alexa mengusap air matanya sambil berjalan ke walk in closet, meninggalkan Nicholas yang begitu menyebalkan.
Nicholas sendiri mengumpat, mengangkat lengan kekarnya untuk menggusar rambutnya ke belakang. Ia lantas menyusul Alexa ke walk in closet. Terlihat Alexa sedang berdiri memunggungi dirinya. Meskipun tidak melihat secara langsung Nicholas jika Alexa menangis.
Nicholas menghembuskan napas kasar lantas memeluk Alexa dari belakang. "Gue gak suka bibir lo yang manis ini ngomong kasar."
Alexa tidak bergeming, tidak membalas ucapan Nicholas juga, ia sibuk mengusap air matanya yang masih menetas.
Nicholas kembali menarik napas berat sebelum menarik lengan Alexa, memaksa wanita itu untuk melihat ke arahnya. Tangan Nicholas bergerak untuk mengusap jejak air mata yang ada di pipi Alexa.
"Maaf." Nicholas membungkuk, mengecup kening Alexa dalam jeda waktu sedikit lebih lama.
-
-
-
Tepat pukul lima sore Alexa dan Nicholas sudah berada di area bandara, tepatnya di salah satu landasan pacu. Disitulah Alexa berada, berdiri dengan anggun, memakai dress warna hitam ketat dengan panjang sampai batas lutut. Jika biasanya Alexa memakai pakaian sedikit terbuka, kini demi pergi ke Swiss ia menurut pada Nicholas. Memakai pakaian tertutup.
Alexa terbengong sesaat melihat apa yang ada di hadapannya. Ia pikir mereka akan terbang ke Swiss dengan pesawat komersil, tetapi rupanya Nicholas sudah menyiapkan pesawat pribadinya. Miliknya sendiri, bukan milik keluarganya.
Seberapa kaya sebenarnya suaminya itu?
"Mau masuk atau mau tetap berdiri di situ?" ejek Nicholas.
Alexa tersenyum sinis saat mendengar perkataan Nicholas. Pria di hadapannya seperti memiliki dua kepribadian, kadang bersikap manis, kadang juga bersikap buruk.
Alexa lantas berjalan mendekati Nicholas, membiarkan pria itu merengkuh pinggangnya. Keduanya lantas masuk ke dalam pesawat.
Mereka sudah berada di dalam sebuah private jet yang akan membawa mereka ke Swiss. Mereka duduk bersebelahan di dalam pesawat itu. Senyum membingkai di wajah Alexa, melihat interior pesawat itu. Mewah dan indah.
"Terima kasih," ucap Alexa tiba-tiba, membuat Nicholas langsung menoleh ke arahnya. "Lo tahu ... gue sudah lama ingin pergi ke Swiss. Dan akhirnya gue bisa ke sana."
Ya, Alexa memang harus berterimakasih, setelah pertengkaran mereka tadi tidak membuat Nicholas membatalkan perjalanan mereka ke Swiss.
"Ini gak gratis, Alexa," ucap Nicholas.
Alexa mendengkus lantas mengerucut bibirnya. Harusnya udah ketebak, jika Nicholas melakukan hal baik padanya, pasti ada sesuatu di belakangnya. "Lo udah punya segalanya. Lo mau apa lagi dari gue."
Nicholas tidak langsung memberikan jawaban. Ia justru menatap lekat Alexa, membuat wanita itu menjadi salah tingkah.
"Kenapa liatin gue kaya gitu?" tanya Alexa menahan debaran jantungnya.
Lagi-lagi Nicholas tidak menjawab, justru semakin mendekatkan wajahnya. Saking dekatnya keduanya bisa sama-sama merasakan hembusan napas satu sama lain. Jarak keduanya sangat dekat, hanya tinggal beberapa centi saja untuk berciuman.
"Nick —"
"Gue gak butuh apa-apa dari lo. Gue cuma butuh lo nurut." Nicholas menukas ujaran Alexa.
GLEK
Alexa menelan salivanya sendiri untuk membasahi tenggorokannya yang mendadak mengering. Hanya itu yang Nicholas minta.
"Oke …." Alexa mengangguk patuh.
"Good girl." Nicholas memberikan kecupan di bibir Alexa.
Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan. Burung raksasa itu juga sudah mulai bergerak.
Langit sudah mulai gelap, waktu juga sudah menunjukkan pukul 9 malam. Pasangan suami istri itu masih duduk dalam diam dengan kegiatan masing-masing. Nicholas sesekali mencuri pandang pada Alexa, perempuan itu sudah menguap untuk beberapa kali.
"Ayo ke kamar," ajak Nicholas.
"Kamar?" tanya Alexa bingung. "Di pesawat ini ada kamar?" tanya Alexa.
"Hmmm." Nicholas bergumam untuk menjawab pertanyaan dari Alexa.
Nicholas lebih dulu bangun, setelah itu membantu Alexa. Keduanya melangkah ke bagian belakang pesawat, ada satu kamar di sana.
"Seberapa kaya lo sampai bisa memiliki perawat pribadi semewah ini?" Alexa merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk dengan posisi terlentang. Membiarkan Nicholas mengungkungi dirinya, sontak Alexa mengalungkan kedua tangannya di leher Nicholas.
"Kenapa lo ingin tahu?" tanya Nicholas.
"Hanya ingin tahu saja," jawab Alexa.
Nicholas mendengkus kemudian menyembunyikan wajahnya di leher Alexa, mencium aroma wangi yang memenangkan dirinya. Tangan pria itu menyingkap dress yang Alexa kenakan, mengusap paha wanitanya. Alexa berontak, tentu tidak. Alexa tidak akan keberatan selama Nicholas tidak kasar.
"Jawab dulu, seberapa kaya?" tanya Alexa lagi membuat aktivitas Nicholas terhenti.
"Cukup untuk bayar harga diri lo," jawab Nicholas asal.
"Hah, dasar menyebalkan!" maki Alexa. "Percuma lo minta maaf juga, ujung-ujungnya sikap lo kaya gini lagi." Alexa mencibir lantas mengerucutkan bibirnya.
"Tidur! Gak usah cerewet." Nicholas mengecup kening Alexa. Suaranya yang lembut membuat Alexa merasa tenang.
nicholas yang ngelakuin itu ke Alexa, dan dia baru tahu setelah sekian lama,, makanya dia ada bersama Alexa sekarang