Ayla tak menyangka kalau pria yang sudah dengan mati matian dia lupakan malah serumah dengannya, bukan jadi suaminya tapi jadi adik iparnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Airishna Alba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16 lelaki lain
Setelah kepergian pemuda itu, Ayla kembali duduk termenung di sofa apartemennya, memandangi jendela yang menampilkan pemandangan kota yang sibuk.
Pikirannya terus menerus terhanyut pada kenangan dengan Reno, lelaki yang kini telah menjadi bayang-bayang dalam hidupnya. Setiap detik, setiap hembusan angin, terasa seperti menusuk hatinya.
Sudah satu bulan sejak Ayla melarikan diri dari rumahnya, hanya membawa baju yang menutupi tubuhnya yang kurus. Rasa takut dan trauma selalu menghantuinya, namun saat ini dia merasa perlu untuk melupakan segalanya.
Ayla ingin menyibukkan pikirannya dengan sesuatu yang lebih bermanfaat, dan tentu saja pekerjaan adalah jawabannya.
"sepertinya aku harus mencari kesibukan, aku tidak bisa berdiam diri disini, bisa bisa nanti aku stress dan tak sadar bun_uh diri... ihh memalukan.. masa aku harus mati muda dengan cara yang mengenaskan" ayla bergidik ngeri saat mengingat berita yang dilihatnya di tv tentang wanita yang meninggal dengan cara seperti itu.
Dengan langkah pasti, Ayla berdiri dari sofa dan memutuskan untuk mencari pekerjaan. Dia tahu bahwa tidak mudah bagi seorang perempuan tanpa pengalaman dan kualifikasi yang cukup, namun dia tidak mau menyerah begitu saja.
Ayla mengenakan pakaian terbaik yang ia bawa ke apartemen itu dan membenarkan rambutnya sebelum meninggalkan apartemennya.
Langit cerah menyambut langkah Ayla yang keluar dari gedung apartemen. Ia terpaku sejenak, memandang sekelilingnya yang takjub dengan keindahan kota.
Meski polusi sedikit meresahkan pandangan, namun beberapa pemuda tetap anteng berduaan di sekitar jalan itu.Tetapi kenyataan segera menghantamnya bahwa dia harus segera mencari pekerjaan.
Ayla memejamkan matanya sejenak, mengumpulkan keberanian, sebelum melangkah dengan langkah pasti.
"kamu harus bisa ayla, setidaknya pikirkan kesehatan mentalmu"
Mengarah ke arah selatan gedung apartemen itu, Ayla akhirnya berhenti di depan sebuah kafe yang ramai diserbu oleh pengunjung. Ia memutuskan untuk mencoba melamar di sana.
tanpa memperdulikan persyaratan yang mungkin diperlukan. Ayla ingin mencoba nasibnya, dan tidak hirau dengan penolakan yang mungkin dia terima.
Dengan hati yang berdebar, Ayla melangkah masuk ke dalam kafe. Aroma kopi harum menyergap hidungnya, sementara suara gemerincing piring dan obrolan para pengunjung menggema di telinganya.
Ia berjalan menuju meja kasir, di mana seorang pria paro baya sedang sibuk mengatur pesanan.
" Apa ada yang bisa saya bantu, Bu ?" tanya pria itu ramah.
" A-aku ingin melamar pekerjaan di sini, " ucap Ayla ragu.
Pria itu menatap Ayla dengan heran sejenak sebelum tersenyum.
"Ah, tentu saja. Tapi biasanya kami membutuhkan karyawan dengan pengalaman, Bu. Apa Anda memiliki pengalaman sebelumnya? "
Ayla menelan ludah, berusaha memutar otak untuk mencari jawaban yang tepat.
" Saya tidak memiliki pengalaman formal, tapi saya belajar cepat dan siap bekerja keras "
Pria itu tertawa kecil.
"Baiklah, saya akan memberi Anda kesempatan. Kami membutuhkan seorang pelayan untuk membantu di kafe ini. Apakah Anda bersedia? "
Mata Ayla berbinar senang.
" Tentu saja pak saya bersedia. Terima kasih banyak, Pak "
Dengan langkah ringan, Ayla menuju ke dapur kafe dan mulai belajar cara mengatur pesanan dan menyajikan minuman.
Meskipun terkadang kesulitan, ia tetap gigih dan tidak menyerah. Satu demi satu, Ayla memperoleh pengalaman baru dan keterampilan yang berguna.
Hari berganti hari, tanpa terasa kini Ayla semakin mengukir prestasi dengan kerja keras dan dedikasinya yang tinggi. Kafe tempatnya bekerja semakin ramai dan populer di kalangan pengunjung setia.
Ayla merasa bangga dengan pencapaian yang telah ia raih, dan untuk pertama kalinya sejak kabur dari rumahnya, dia merasa hidupnya memiliki arti dan tujuan yang jelas.
Namun di balik senyumannya yang cerah, Ayla masih sering diganggu oleh bayang-bayang masa lalunya. Mimpi buruk, kilatan wajah Reno yang penuh kemarahan, selalu menghantuinya di malam hari.
Hingga suatu hari, ketika Ayla pulang ke apartemennya setelah selesai kerja, ia melihat sesosok laki laki berdiri di depan pintu apartemennya.
Darahnya membeku, keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Dengan langkah ragu, Ayla mendekati pintu dan bergerak dengan hati-hati. Dan di hadapannya, berdiri sosok yang telah lama ia hindari yaitu Aldy, suaminya ..
"Ayla, kau tidak bisa kabur dari ku selamanya", desis aldy dengan suara yang penuh ancaman.
Namun kali ini, Ayla tidak akan begitu saja menyerah. Ia telah menemukan kekuatannya dalam bekerja, dan tidak akan membiarkan aldy menghancurkan semuanya.
Dengan langkah mantap, Ayla menatap tajam aldy dan berkata,
"aku tidak akan pernah kembali padamu. Biarkan aku hidup tenang. "
"tapi mengapa kau pergi begitu saja dariku, hanya karena masalah sepele. mungkin kita harus bicara sebentar"
"cukup, ku rasa sudah tidak ada lagi yang harus di bicarakan" ucap ayla tanpa memandang aldy
"tapi mengapa?.. apa ada yang salah dengan ku? aku minta maaf. tolong pulang lah. aku sudah lama mencari mu kesana kemari" jelas aldy dengan mata sendu dan mencoba menggenggam tangan Ayla namun di tepis nya.
"maaf sudah merepotkanmu, tapi diantara kita sudah tidak ada lagi yang harus di bicarakan"
"Lalu apa yang harus ku katakan pada papa dan mama juga paman dan bibi mu jika mereka menanyakan tentang mu.? "
ayla terdiam sejenak, menghirup nafas nya dalam dalam, menimang setiap keputusan yang akan ia ambil. keputusan yang akan mempengaruhi kehidupan nya.
"kau tidak perlu takut, nama mu tidak akan tercoreng sedikit pun di depan keluarga mu maupun keluarga ku " ucap ayla sambil menatap aldy untuk pertama kalinya
"maksudmu? aku tidak paham "
"aku sudah memiliki lelaki lain, pujaan hati ku yang baru" ucap ayla akhirnya. walaupun pada kenyataannya ia kini seorang diri. meski dia tinggal di apartemen laki laki, tapi orang itu sama sekali tidak ada dengan dirinya.
Aldy terdiam sejenak, sebelum akhirnya menerima keputusan Ayla. Dengan langkah gontai, ia meninggalkan apartemen Ayla. jiwa nya seakan di tampar habis habisan oleh pengakuan ayla.
Wanita yang sejak dulu tidak pernah banyak tingkah selama menjadi kekasih aldy, kini begitu cepatnya ia berubah.
aldy semakin membawa langkahnya menjauh, meninggalkan secercah harapan baru bagi Ayla untuk memulai hidup baru tanpa rasa takut dan trauma.
Dengan langkah mantap, Ayla kembali ke dalam apartemennya dan menatap cermin dengan senyum penuh kedamaian. Dia tahu bahwa di atas semua rintangan dan kesulitan,
dia telah menemukan kebahagiaan sejati dalam mencari pekerjaan dan meraih impian. Dan bersama impian itu, Ayla menemukan kekuatan untuk melangkah maju tanpa beban masa lalu yang selalu menghantuinya.
Malam itu, Ayla tertidur dengan senyum di wajahnya. setelah pertemuannya dengan aldy, membuat ia merasa lebih bebas bergerak. bayang bayang aldy yang akan memaksa nya kembali ke rumah itu kini sirna sudah.
Dia bermimpi tentang pagi hari yang cerah, di mana dia akan kembali berangkat ke cafe dengan semangat yang membara. Mimpi itu membuat hatinya tenang dan damai, siap untuk menyambut hari esok dengan penuh kebahagiaan.