Fika, seorang wanita polos, tiba-tiba terlibat dalam pertarungan dengan makhluk ghaib dan dimensi lain setelah mengetahui bahwa dalam darahnya mengalir warisan dari Sijjin, makhluk antar dimensi yang berbahaya. Untuk mencegah Sijjin mengamuk di dalam dirinya, Fika memiliki khodam pelindung yang membantunya. Sementara itu, sebuah organisasi bernama **Sanctorum**, yang terdiri dari lima orang terkuat di Bumi, memburu Sijjin. Fika harus menemukan cara untuk mengendalikan kekuatan yang ada dalam dirinya sebelum dunia dan dirinya hancur
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farisky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 02 - PERTANDA DI ATAS BUKIT
Sore itu, angin sejuk berhembus lembut di atas bukit tempat Fika, Olivia, dan nenek mereka berkumpul. Bukit itu adalah tempat favorit keluarga kecil mereka sebuah tempat di mana mereka bisa menikmati ketenangan jauh dari hiruk pikuk desa. Fika berjalan terburu-buru, memanggul sebuah keranjang kecil di bahunya yang berisikan kayu bakar dan beberapa buah dia bawa.
"Nenek, Olivia, maaf! Aku ketiduran," serunya, setengah terengah-engah.
Olivia, adiknya yang masih remaja, berdiri sambil berkacak pinggang, senyumnya mengembang lebar. "Kak, kayaknya ngantuk banget, ya? Sampai telat datang."
Fika tertawa kecil, meletakkan keranjang di dekat nenek mereka. "Enggak, cuacanya aja yang bikin santai banget. di padang bunga itu memang enak banget tempatnya aku kalau bisa tidur disana itu sudah nyaman"
Nenek mereka hanya tersenyum lembut, wajahnya dipenuhi garis-garis halus yang menceritakan usianya. "Hehe... memang ya, tempat ini selalu jadi favorit kita. Anginnya sejuk sekali."
"Iya, Nek," jawab Fika sambil memandang ke langit. "Anginnya enak banget, tapi mataharinya juga nusuk banget."
Olivia mendengus kecil. "Makanya suka banget jemur-jemur di sini, tapi jangan tiap hari juga kulit kaka sampai gosong itu lama kelamaan" katanya sambil membantu Fika mengeluarkan barang-barang dari keranjang.
Nenek menepuk bahu Fika pelan, matanya penuh kasih sayang. "Sudah, Fika. Siapkan makanan. Tapi sepertinya kamu harus ke pasar dulu untuk belanja. Ada yang kurang."
Fika mengangguk cepat. "Siap, Nek."
"Nah Olivia, kamu bantu siapkan yang lainnya, ya."
"Okay, Nek," jawab Olivia sambil bergegas membantu.
Fika pergi ke pasar untuk membeli beberapa bahan bahan makanan buat makan malam mereka. saat menjelang sore Matahari mulai tenggelam di balik bukit, menciptakan gradasi warna jingga dan merah di langit. Daun-daun berguguran, terbawa angin yang mulai bertiup lebih kencang dari biasanya. Suasana yang semula damai perlahan berubah menjadi ganjil. perasaan Fika yang awalnya damai seketika berubah menjadi kepanikan seketika dengan membawa belanjaan yang terasa berat hawa di perjalanan menjadi sangat berat
Fika berhenti sejenak, memandangi langit. Telinganya berdenging, seperti ada suara kecil yang mulai berbisik di dalam kepalanya. Ia memegang telinganya dengan gemetar.
"Apa ini...?" bisiknya, merasa jantungnya berdegup semakin cepat.
Tiba-tiba, sebuah suara berat dan asing terdengar di pikirannya, bukan suara manusia, melainkan sesuatu yang terdengar jauh lebih dalam dan menyeramkan.
"ADA YANG DATANG. PERGI KE RUMAHMU, FIKA."
Fika tersentak, matanya membelalak. "Siapa yang bicara?!" serunya, namun suara itu tidak menjawab.
Dengan perasaan panik yang tidak bisa ia jelaskan, Fika menuju rumahnya. Kakinya terasa berat, seolah sesuatu sedang menariknya mundur, namun ia terus memaksa dirinya untuk bergerak. dada terasa sangat sakit seperti ada yang menekan
Sesampainya di depan rumah, Fika berhenti, tubuhnya gemetar hebat. Ia melihat pintu rumahnya sedikit terbuka, dan suara bisikan itu kembali terdengar di pikirannya.
"MASUK! LINDUNGI MEREKA! JANGAN BIARKAN MAKHLUK ITU KELUAR!"
Fika menggeleng keras, mencoba mengusir suara itu. "Apa ini? Siapa yang ngomong?! Apa yang terjadi?!"
Namun sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, sebuah ledakan besar mengguncang rumahnya. Dinding-dinding kayu rumah mereka hancur berkeping-keping, pecahan kayu beterbangan ke segala arah. Fika terdorong ke belakang, jatuh ke tanah dengan keras.
"OLIVIA! NEK!!!" Fika berteriak sekuat tenaga, suaranya bergetar penuh ketakutan.
Dari dalam rumah yang kini porak-poranda, Olivia terlempar keluar. Tubuhnya jatuh berguling di tanah, dan ia tidak sadarkan diri. Wajahnya pucat, dan napasnya tersengal-sengal seperti sedang tertahan oleh sesuatu yang tak terlihat.
"Olivia!" Fika merangkak menuju adiknya, mencoba membangunkannya. "Bangun, Liv! Jangan gini, bangun, please" , "nenek!? dimana nenek " Fika berteriak memanggil neneknya
Namun, sebelum ia ingin pergi kerumahnya yang hancur, sebuah tangan raksasa keluar dari sisa-sisa rumah mereka yang hancur. Tangan itu hitam legam, dengan urat-urat bercahaya merah menyala, menjalar seperti bara api. Udara di sekitar rumah mereka tiba-tiba menjadi panas dan pengap.
Fika membeku. Tubuhnya kaku, tak bisa bergerak. Mata besarnya hanya bisa menatap dengan kengerian saat sosok itu mulai muncul sepenuhnya dari balik reruntuhan. Sebuah kepala besar dengan dua mata merah menyala muncul dari kegelapan. Mulutnya dipenuhi gigi tajam, dan ia mengeluarkan suara geraman rendah yang menggema, membuat seluruh desa terasa sunyi. tekanan yang luar biasa dari mahluk raksasa itu membuat Fika merinding hebat, seluruh warga desa melihat mahluk itu dari jauh dengan kengerianya salah satu dari warga melihat sosok itu berbeda beda ada yang melihatnya seperti kelinci raksasa, ada juga yang melihatnya seperti kucing bahkan ada yang melihatnya seperti mahluk tidak jelas bentuknya
Makhluk itu menatap Fika dengan tatapan yang menusuk, lalu mengucapkan satu kata, dengan suara yang berat dan memekakkan telinga.
"SIJJIN."
Nama itu bergema di udara, membuat Fika merasa semakin tenggelam dalam rasa takut. Dadanya sesak, dan kakinya terasa seolah tertancap di tanah.
Makhluk itu, bernama Sijjin, berdiri dengan tubuh masif yang menutupi langit sore yang seharusnya damai. Angin berhembus kencang, membawa daun-daun yang kini beterbangan tak tentu arah.
Fika hanya bisa berbisik, nyaris tak terdengar di tengah deru angin dan suara geraman Sijjin. "Apa... apa ini...? makhluk apa ini bagaimana dia bisa disini apa yang sedang terjadi "
SIJJIN MAHLUK TAK MEMILIKI BENTUK BANGKIT