Pertemuan tanpa sengaja, membawa keduanya dalam sebuah misi rahasia.
Penyelidikan panjang, menyingkap tabir rahasia komplotan pengedar obat terlarang, bukan itu saja, karena mereka pun dijebak menggunakan barang haram tersebut.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Akankah, Kapten Danesh benar-benar menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#1. PROLOG (DUA KEJADIAN BERBEDA)
#PROLOG (DUA KEJADIAN BERBEDA)
Di sebuah rumah kecil sederhana, sepasang anak laki-laki dan perempuan itu sedang asik bermain di halaman rumah mereka. Sebagai anak tertua, gadis itu diberi tugas mengawasi adik laki-lakinya, kemanapun adik laki-lakinya pergi sang kakak selalu mengawasi.
Begitu pula ketika adiknya menginginkan sesuatu, kakak perempuannya dengan sigap memberikan apa yang diinginkan sang adik. Karena ibu mereka sibuk mengasuh adik bungsunya yang baru berusia dua bulan.
Namun demikian, sang kakak sulung tak pernah mengeluh ataupun protes, ketika Ibunya lebih repot menjaga adik bungsu mereka, karena sedikit-sedikit ia sudah bisa mandiri sesuai usianya saat ini.
Dari kejauhan terdengar suara melodi penjual ice cream, sebentar lagi pasti melewati rumah mereka. Sang adik tiba-tiba merengek pada sang kakak, “Kakak, aku mau ice cream,” pinta sang adik.
Sang kakak terlihat bingung, karena ia sendiri tak punya cukup uang untuk membeli ice cream yang diinginkan sang adik. “Tapi, uang Kakak tadi sudah terpakai untuk beli jajan di sekolah, Ibu pasti marah kalau Kakak minta uang lagi.”
“Huaaaa … tapi aku mau ice cream,” raung sang adik dengan suara keras, membuat sang kakak berpikir keras, bagaimana caranya mendapatkan uang untuk membeli ice cream.
“Tunggu di sini, ya, jangan kemana-mana, Kakak ambil uang di celengan Kakak,” perintah sang kakak, sekaligus ia pamit ke kamar untuk mengambil uang di dalam celengan.
Sang Kakak masuk ke kamarnya secara perlahan, ia tak mau membangunkan ibunya yang tengah terlelap usai meninabobokkan adik kecilnya. Dia tumbuh dewasa kendati raganya masih anak-anak, ia juga mengerti bahwa semalam adik kecilnya rewel karena demam. Maka dengan ikhlas ia menjaga Adik laki-lakinya seorang diri.
Tak lama ia berada di kamar, hanya membuka celengan yang terbuat dari kaleng bekas permen, mengambil tambahan uang untuk membeli ice cream. Tapi ketika kembali ke halaman ia melihat adiknya sudah terbaring di tanah tak sadarkan diri.
“Dek … “ Sang kakak berseru memanggil sang adik, ia menggoyang-goyangkan tubuh adiknya yang terbaring dengan posisi meringkuk. “Dek… ayo bangun, katanya mau beli ice cream.”
Berkali-kali sang kakak memanggil, tak lelah ia menggoyang-goyangkan tubuh adiknya, hingga akhirnya sang Kakak pun menangis keras, ia takut sesuatu terjadi pada adiknya karena ia telah lalai menjaga adiknya.
“Ibu … tolong!!” teriak sang kakak, “ibu… adek tidur di halaman tapi tak mau bangun.” Dengan suara keras sang Kakak berlari masuk ke rumah, dengan harapan Ibunya bisa menolong sang adik.
Tergopoh-gopoh sang ibu keluar kamar, wajahnya kusut dan terlihat lelah, karena ia baru saja membuka mata. “Ada apa? Kenapa adikmu?”
Namun sang kakak hanya menangis pilu, rasa takut, panik, sesal, bercampur jadi satu. Namun ia hanya anak-anak yang tak kuasa menolong adiknya yang terluka.
Sesaat kemudian, ganti sang ibu yang menangis keras, sang kakak semakin takut. “Ibu … Adek, kenapa?” tanyanya dengan wajah takut.
“Apa saja yang kamu lakukan, kenapa menjaga adikmu saja, kamu tidak becus?!” teriak sang ibu.
“Ibu, maafkan aku, maaf Bu … “ Sang kakak hanya menangis meminta maaf, ketika tubuh kecilnya dipukuli oleh sang ibu, ia tak peduli dengan rasa sakit yang mendera tubuhnya asalkan adiknya bisa segera di selamatkan. Apapun akan ia lakukan agar adiknya bisa segera membuka mata.
•••
Pilihan Danesh jatuh pada apartemennya sendiri, mengingat sepanjang perjalanan, tingkah Dhera benar-benar membuat tubuhnya panas dingin.
Bagaimanapun Danesh pria dewasa yang normal, sedang dalam usia produktif untuk menikah. Hanya perkara belum menemukan jodoh saja yang membuat hal itu belum bisa direalisasikan.
Desah suara Dhera, membuat sisi primitifnya bereaksi. Namun sekali lagi Danesh coba membuat akalnya tetap mendominasi, bagaimanapun juga ini bukan keinginan Dhera, namun karena pengaruh obat yang disuntikkan Adiapti ke tubunyalah yang membuat Dhera dalam kondisi bi^rahi saat ini.
Dhera bukanlah gadis yang kalem dan lemah lembut seperti Naya istri Daniel, atau Aya istri Darren. Dhera terbiasa adu fisik dengan laki-laki melalui kemampuan bela diri, jadi kini apalah arti safety belt bagi gadis kuat seperti Dhera, tentu seperti menyingkirkan daun di pinggir jalan.
Beberapa kali Danesh menoleh ke arah Dhera, setelah safety belt, kini Dhera benar-benar menanggalkan pakaiannya, “panas … panashhh …” racau Dhera ketika berhasil menanggalkan pakaiannya, hingga yang tersisa kini hanyalah kain yang menutupi kedua asetnya.
“STOP DHERA!!” danesh reflek berteriak ketika Dhera bermaksud melepas celana Jeans nya.
Iman setipis tissue dibelah tujuh, begitulah kondisi Danesh saat ini, ketika Dhera semakin liar, dan mulai memeluk serta menciumi wajahnya. “Kapt … cium, please Kapt,” mohon Dhera.
“Hentikan, Dhera!! kita sedang di jalan, aku tak mungkin mmmpptt …” Kalimat Danesh terhenti, ketika Dhera membungkam bibirnya, bukan dengan tangan, melainkan dengan bibirnya sendiri.
Bukan desiran halus lagi yang Danesh rasakan, melainkan detak jantungnya ikut menjadi liar karena ciuman Dhera ternyata cukup membuatnya terlena.
Ciiittt!!!
Danesh menginjak pedal rem dengan kekuatan penuh, tak lupa tangannya menarik hand rem ketika lampu merah menyala, satu tikungan lagi sebelum mereka tiba di apartemen, namun Dhera sudah duduk dengan kaki terbuka di atas pangkuannya.
Sesaat ia biarkan dirinya terlena, hingga ia pun membalas ciuman Dhera, pergulatan. Lidah tak terelakkan, bahkan tangannya pun mulai lancang menggapai aset yang seharusnya terlarang untuk ia lihat apalagi disentuh.
Pergantian lampu menghempaskan kesadaran dirinya yang tengah terlena dengan rayuan Dhera, hingga Danesh membiarkan Dhera tetap berada di posisinya saat ini, persetan dengan pendapat orang ketika mungkin saja bayangan mereka terlihat dari luar.
Danesh terus berusaha keras mengemudi dengan satu tangan, karena tangannya yang lain menahan tubuh Dhera yang semakin liar menciumi leher serta kedua tangannya menaikkan kaos yang Danesh pakai.
Bukan lagi sekali dua kali Danesh mengumpat, bahkan entah berapa kali umpatan terlontar dari bibirnya, karena ia mulai tak sanggup mengendalikan tubuhnya.
Mobil bergerak memasuki basement tempat parkir, dan setelah Danesh memastikan mobil terparkir sempurna, Danesh Meraih kembali Jaket milik Dhera. Sesaat yang lalu, pemiliknya melempar jaket tersebut ke kursi belakang.
Danesh kembali menutupi tubuh Dhera dengan jaket tersebut, bisa dibayangkan betapa Danesh kesulitan menahan tenaga Dhera yang sedang dalam pengaruh obat terlarang. Gadis itu terus berulah karena has^rat yang belum juga mendapatkan pelampiasan.
Suasana basement yang sepi, memudahkan Danesh membopong Dhera hingga ke unit apartemennya.
Brak!!
Klik.
Suara pintu yang kembali menutup dengan keras.