Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Anehnya Silas tidak merasakan sakit malah langsung berjalan cepat menuju Alana. Menarik tangan Alana hingga tubuhnya terhuyung kepada Silas. Mata Silas terlihat menahan amarah tapi ada juga sedikit kekhawatiran disana, Alana sedikit menyadarinya.
"Kau baik-baik saja? berjam-jam kau tidak keluar dari kamar, dan juga tidak mau makan malam. Apa kau sakit?" Silas sangat khawatir sampai tidak bisa menetralisir emosinya lagi.
Tangan Alana digenggam Silas sangat erat membuktikan jika pria itu tidak akan pernah baik-baik saja jika terjadi sesuatu padanya.
"Aku tertidur tadi, tubuhku lelah. Itu juga karnamu terus menggempur tanpa ampun siang tadi, apa kau lupa?" Alana berusaha menjelaskan sejujurnya barulah kekuatan genggaman Silas perlahan berkurang.
Terlihat Silas menghela napas lega karna setidaknya Alana tidak sakit ataupun melakukan hal yang tidak tidak.
"Ayo makan malam," Ajaknya, kali ini sampai menarik tangan Alana untuk mengikuti.
Alana tetap bersikukuh menolak, ia tidak mau melangkah sedikitpun mengikuti Silas. Hingga langkah pria tampan itu terhenti untuk berbalik badan menatap Alana yang tetap diam di tempat.
"Kau tidak mau?" Tanya Silas lebih ke dengan nada lembut menahan rasa amarah dihati.
"Tidak."
"Kau tidak ada makan apapun sedari tadi, makanlah sekalipun hanya sedikit untuk malam ini." Silas berusaha merayu dengan kelembutan serta kesabaran yang luar biasa.
Seharusnya Alana terpukau bukan karena kelembutan serta kesabaran Silas menghadapinya. Tapi, hati Alana seakan sudah menjadi batu untuk menilai setiap kebaikan Silas sekarang.
"Aku tidak lapar, Silas.." Belum lama Alana mengaku seperti itu tiba-tiba saja suara perutnya berbunyi. Sangat memalukan, sudahlah sepi pasti Silas mendengar suara perutnya yang kelaparan.
"Kau lapar, Ana. Masih juga mau menyangkalnya?" Silas tertawa kecil, ia sangat gemas dengan Alana yang selalu gengsi di atas semuanya. "Makanlah dulu, setidaknya isi tenagamu. Siapa tahu aku ingin minta jatah malam ini?"
Wajah Alana berubah masam karena perkataan Silas tadi, belum apa-apa juga sudah membahas soal minta jatah.
"Dasar pria tua mesum!" Umpat Alana yang hanya mendapatkan tawa saja dari Silas, tidak ada marah sedikitpun.
"Sudah, Ayo.." Silas menggenggam erat tangan Alana lalu mereka berjalan beriringan menuju meja makan. Pandangan mata Alana tertuju pada tangannya yang tidak dilepas sedikitpun dari tangan Silas.
"Lama-lama tanganku bisa patah kalau terus digenggam erat begitu.." Alana hanya bisa mengeluh didalam hati, memangnya protes bisa membuat Silas mengerti.
Disaat hampir sampai dimeja makan langkah Alana dan Silas terhenti karena ada sosok gadis kecil yang berjalan menuju kearah mereka. Alana yakin pastinya habis makan malam tadi, terlihat cantik sangat mirip dengan Bella.
"Papa.." Sapa Kiara, Ia tersenyum manis hanya kepada Silas saja tidak kepada Alana. "Papa tidak menemani Kiara besok?" Tanya gadis kecil tersebut dengan ekspresi yang sangat sedih dimata Alana.
Sebelum menjawab pertanyaan Kiara tentu saja Silas memastikan jika Alana tidak keberatan jika dirinya berinteraksi dengan Kiara kali ini. Tapi, kelihatannya seperti Alana fine fine saja tidak bermasalah sedikitpun.
"Menemani apa, Sayang?" Tanya Silas sembari membawa Kiara untuk berdiri berhadapan dengannya yang sedikit berjongkok.
Setiap interaksi antara Silas dengan Kiara selalu saja Alana perhatikan, terlihat Silas sebenarnya sangat menyayangi Kiara meskipun tidak anak kandungnya sendiri.
"Besok ada acara di sekolah Kiara, Pa. Semua orang tua wajib ikut, tapi... Mama tadi sudah mengatakan jika dia tidak akan datang." Bella sedih menjelaskannya sampai Silas sendiri menjadi tidak tega untuk mengatakan penolakan.
Alana ikut berjongkok disamping Silas, ia memegang pundak Kiara seolah sebagai tanda pertemanan.
"Aku akan menemani Kiara besok, hemm begini.. anggap saja aku Tantemu. Bagaimana?" Alana yang menawarkan diri sendiri kali ini tapi paksaan dari Silas sedikitpun.
Langsung muncul binar bahagia diwajah cantik Kiara, ia tertawa bahagia kepada Alana yang sangat bersedia datang menemaninya besok.
"Aku setuju, Tan. Papa bagaimana bisa datang?"
Silas tidak menjawab apapun hanya diam saja menatap Kiara dengan senyumnya.
"Yaelah, senyum aja nggak bisa buat orang senang, Kak. Tau!" Celetuk Alana karena kesal melihat Silas menggantung harapan Kiara.
Alana memegang tangan Kiara, ia merasa kasihan dengan gadis kecil itu karena sangat diabaikan oleh Mamanya sendiri.
"Begini saja.. tidak usah ada Papamu, cukup Tante aja. Tante rasa tidak akan mendapatkan masalah yakan?"
"Ide bagus, Tan. Baiklah, Kiara tunggu besok!" Kiara memeluk Alana sebentar lalu berlari kencang menuju kamarnya bersama para pelayan.
"Kau yakin ingin pergi besok? Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu di Kantorku?" Tanya Silas yang langsung mendapatkan perhatian penuh dari Alana.
"Libur satu hari dulu, lagian aku tengah membantu putrimu. Anggap saja aku juga sedang bekerja, apa susahnya si!" Alana sebal sendiri jadinya, ia berjalan terlebih dahulu menuju meja makan.
~
Sesampainya dimeja makan Alana terkejut karena sudah tidak ada apapun dimeja tersebut. Kecuali hanya ayam goreng itupun seperti sudah sengaja digigit separuh oleh orang lain, siapa yang berani melakukan hal gila seperti itu?
"Siapa yang_"
"Bella, pasti dia pelakunya." Sela Silas meskipun Alana belum selesai bicara, siapa sangka jika Bella bisa melakukan tindakan kekanak-kanakan seperti itu.
Alana menghela napas berat ternyata Bella memang mau mengajak ribut tidak mau akur. "Jadi kau sangat ingin aku menjalankan peran sebagai istri kedua yang egois, ya?"
Tubuh Alana terperanjat kaget karena mendengar Silas menghidupkan kompor. Tidak tahu apa yang mau dilakukan hanya saja Alana yakin jika Silas akan memasakan sesuatu untuknya.
"Duduk manis disana.." Silas menunjukkan kearah bangku di meja makan, sementara dirinya terlihat sibuk memasak.
Alana tidak akan patuh melainkan berjalan mendekati Silas. Bukannya duduk dibangku meja makan melainkan malah duduk di dekat wastafel untuk menganggu Silas yang tengah memasak nasi goreng.
"Apakah Tuan Silas tahu memasak?" Tanya Alana sembari menaikan area pakaian bawahnya hingga paha mulus itu terlihat.
Silas yang tengah memasak bumbu sesekali melirik kearah Alana yang tengah berusaha menggoda itu.
"Aku tidak sepertimu yang hanya tahu pesan makanan online saja, Ana." jawabnya cepat dan berhasil membuat seorang Alana emosi.
"Apa dia tadi meremehkan aku begitu?" Tanya Alana di dalam hati, ia menatap tidak suka Silas yang terlihat fokus memasak nasi goreng untuknya.
Alana tetap berusaha menggoda, ia memegang lengan Silas dengan sebuah sentuhan lembut yang sangat menggoda. Silas sampai merasakan sedikit geli bercampur hasrat yang kembali bangkit.
"Hentikan, Alana. Aku tidak akan bisa menggempurmu disaat kelaparan begitu, mengerti?" Silas berusaha untuk tetap waras dan menahan hasrat sementara Alana tetap berusaha menggoda.