NovelToon NovelToon
CINTA MEMBAWA DERITA

CINTA MEMBAWA DERITA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Poligami
Popularitas:603
Nilai: 5
Nama Author: Alek Yuni

Perjodohan adalah takdir,semua akan berjalan seperti air mengalir.Demikian juga dengan tokoh yang namanya Yulia.
Yulia merupakan seorang gadis belia cantik nan rupawan,ia harus menderita di jodohkan oleh orang tuanya di masa masih ABG dengan seorang pria yang sudah berumur tua atau kakek kekek.
memiliki suami yang sudah tua banyak kendala dan penderitaan, apa lagi dia di nikahi dengan cara di madu.
Akhirnya rumah tangganya harus hancur gara gara hal yang sepele yang tak masuk akal.
Akhirnya mereka hidup masing masing walaupun berakhir dengan penderitaan bagi semuanya, namun ada titik kebahagiaan setelah mereka berpisah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alek Yuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 7. RITUAL PENGOBATAN.

alamat rumah Yuli kini telah ditemukan mbah salam pun langsung mengucapkan salam silaturahim,

"sampurasun assalamualaikum"

*waalaikumsalam warahmatullaah rampes.

"silakan masuk mbah"

"iya terima kasih"

Mbah Salam dan asistennya langsung duduk sebelum dipersilahkan di atas permadani yang telah disiapkan di lantai.

"Mbah mau minum apa?"

"apa aja juga boleh yang penting seger"

"kopi mau nggak?".

"boleh apalagi kopi susu susunya susu perawan mantap loh hahaha".

"betul betul betul betul betul, kalau ada perawannya bah, di sini mah ada juga perawan kecil yang belum tahu apa-apa".

"mana perawannya Bu?"

"tuh yang lagi di dapur"

"oh gitu ya Bu ya udah nggak apa-apa bu mana bapaknya".

"ada di kamar Mbak, tadi saya pindahin ke kamar katanya pengen agak tenang nggak mau berisik tahu sendiri rumah pinggir jalan mah, berisik banget".

"mau di mana ini diobatinya, di kamar, apa di depan sini".

"terserah mbah aja, maunya di mana"

"kalau begitu di kamar aja ya".

"iya nggak apa-apa Mbah mari Mbah ke sini".

istrinya pak Aep kemudian menuntun Mbah salam ke kamarnya.

suasana di kamar itu agak sedikit sempit karena banyak barang-barang yang sengaja disimpan akibat kebanjiran.

ibu Yuli langsung ke dapur, dia bermaksud untuk membikin kopi, setelah selesai Dia menyuruh Yuli untuk mengantarkannya ke kamar.

"neng tolong ini antarkan kopi ke kamar!"

"baik bu ada siapa di sananya?"

'itu si Mbah yang mau ngurusin bapak sudah datang, bapak sedang dipijit di kamar".

"oh gitu ya Bu Oke dah".

Yuli melangkah menuju kamar dengan membawa sebuah nampan yang berisi beberapa gelas kopi hitam dan juga makanan ringan. setelah sampai di kamar dia pun menaruhnya di atas meja kecil di pinggir tempat tidur lalu berkata,

"Mbah silakan kopinya diminum!".

Mbah Salim pun menoleh ke arahnya, dia langsung menatap Yuli dengan pandangan yang agak berbeda. Yuli merasakan aura yang begitu kuat. telepon menundukkan wajahnya.

melihat kenyataan seperti itu, Mbah Salam kemudian menepuk pundak yuuli lalu berkata.

"neng ada apa jangan melamun, kemarin saja kucing Mbah mati gara-gara melamun hahaha".

Yuli menjadi kaget, perhatiannya Buyar, perasaannya tak karuan, rasa kaget bercampur takut dan juga ada sedikit aneh.

"neng diminum dulu ini kopinya ya sama mbah. tapi neng juga harus minum, sebab Mbah tak terbiasa kalau nggak punya sendiri. bagaimana mau nggak minum kopi bekas Abah?".

Yuli hanya diam dia tidak mampu berkata apa-apa. namun meskipun pikirannya buyar tak karuan, ketika Mbah Salam menyuruhnya untuk meminum kopi bekas Mbah Salam, tanpa pikir panjang Ia pun langsung meminumnya. sungguh agak aneh di luar logika. tak lama kemudian bah salam berkata.

"neng temenin aja Abah di sini ya, jangan sampai ditinggalkan jika ingin ayah kamu segera sembuh".

pada awalnya Yuli menolak, namun dikarenakan dia menginginkan ayahnya segera sembuh, akhirnya Yuli pun mengikuti apa yang diperintahkan Mbah tersebut.

sementara itu di ruang tengah asisten Mbah Salim duduk seorang diri. dia menyalakan rokoknya lalu menghisap dan mengeluarkan asapnya ke atas.

tak lama kemudian Mama Yuli menghampirinya sambil membawa segelas kopi di khususkan untuk asisten Mbah Salam.

"maaf kopinya agak sedikit telat maklum sibuk ya pak".

"nggak apa-apa Bu, oh iya Bu anak ibu umurnya berapa tahun ya?"

"kurang lebih 14 tahun pak, memangnya ada apa pak?".

"tidak apa-apa Bu, Saya cuman teringat anak saya yang ada di kampung. rumah tangga kami telah lama berpisah, jadi anak saya itu seusia dia . seperti anak ibu. saya juga udah lama nggak ketemu Bu, sebetulnya sudah kangen namun ibunya selalu melarang jika anaknya bertemu dengan saya".

"oh begitu ya kasihan juga ya pak, demi bertemu anak saja sulit, padahal itu anak adalah darah daging bapak".

"iya Bu tadinya kitanya yang salah kok, kurang nafkah pada mereka".

"oh begitu ya".

tiba-tiba Mbah Salam memanggil asistennya yang bernama khotib.

"khatib ke sini bantu Mbah untuk memindahkan pa aep ke ruangan tengah, dikarenakan di sini ruangannya terlalu sempit".

"oh baik mah siap".

hatipun melangkah menuju kamar dan langsung mengangkat badan pak Aep, untuk dipindahkan ke ruangan tengah di rumah itu. pada awalnya badan pak Aep tidak bisa diangkat, karena kaku. namun setelah dipaksakan akhirnya berhasil juga dan dipindahkan ke ruang tengah tempat yang lebih luas lagi.

Mbah salam menyusul menuju ke ruang tengah diikuti oleh Yuli yang membawa kopi dan minyak urut.

pak Aep dibaringkan di atas lantai yang beralaskan tikar. hal itu sengaja dilakukan Mbah Salim untuk mempermudah proses pengobatannya.

pada awalnya Mbah Salim memijit kakinya, sebab kaki bapak Aep sudah lama kaku tak bisa ditekukkan. sesekali Mbah Salam mencuri pandang ke arah Yuli. lalu Mbah Salam mengucap dalam hatinya.

"wah ini anak kalau aku perhatikan seperti dalam mimpiku yang sudah kelewat beberapa bulan lalu, sepertinya Dia memiliki wajah yang sama dengan apa yang ada di dalam mimpi tersebut. kalau ini benar orang yang aku cari, maka aku pun harus mendapatkannya walau dengan bagaimanapun caranya".

acara pengobatan pun dimulai. Mbah Salam dengan komat-kamit membaca mantra sebelum pengobatan lalu ditiupkannya kepada air yang berada di dalam gelas. selain itu Dia memegang minyak di dalam flash atau botol kecil. setelah selesai barulah dia memulai ritualnya Dengan memijat kaki dan seluruh badan pak Aep.

ketika dalam proses pemijatan maaf ditanya oleh Mbah Salam.

"bagaimana pak dipijat kayak gini sakit nggak?"

"nggak Mbah ini tidak terasa apa-apa, tapi saya tidak punya perasaan apapun kecuali kesemutan Mbah".

"oh gitu ya, ya mudah-mudahan saja sembuh. coba diminum dulu airnya".

mbah salah menyerahkan segelas air yang sudah diberi mantra untuk diminum oleh pak Aep, lalu dia pun meminumnya.

selang beberapa menit, bahasa Lampung kemudian meneruskan acara pengobatannya. sesekali mata Mbah Salam mencuri pandang pada wajah Yuli yang terlihat ceria dan ayu. ketika melihat Yuli dari arah samping kiri dan belakang Mbah Salam semakin yakin dengan apa yang dilihatnya, lalu dia berkata dalam hatinya

"ternyata benar sekali ini pasti orangnya, sesuai dengan mimpi yang telah dialami bulan-bulan kemarin. jadi aku yakin akan impian itu yang pastinya bakal jadi kenyataan".

pengobatan hampir selesai, namun Mbah Salim menghentikannya sementara dengan alasan menunggu supaya reaksi terlebih dahulu.

Mbah Salim mengambil sebatang rokok, lalu dia membakarnya dengan diteruskan menghisapnya dalam-dalam, asapnya dia tiupkan ke udara, dan separuhnya ditiupkan ke arah Yuli. Yuli yang tidak terbiasa menghisap asap rokok tiba-tiba batuk

namun meskipun awalnya mau marah kepada Mbah Salam tiba-tiba hatinya luruh dan tidak bisa berkutik. dia hanya diam menatap ayahnya yang sedang tertidur terlentang.

tidak lama kemudian Abah Salim mulai melanjutkan pengobatannya. pak Aep disuruh untuk duduk, awalnya pak tidak mau sebab Dia merasa tidak mampu kalau duduk sendiri tanpa dibantu oleh orang lain. Mbah Salim tetap memaksa. Dia berkata"

"bangun cobalah dulu jangan dulu menyerah".

kemudian Mbah Salam menarik tangan bapak Aep. ada suatu keanehan tiba-tiba bisa duduk dengan benar tanpa dibantu. Yuli dan ibunya pun merasa sedikit aneh, namun di dalam hati Yuli bersyukur lalu berdoa semoga ayahnya cepat sembuh seperti semula".

Mbah Salim memeriksa tangan bapak aep dengan teliti. dia menyimpulkan bahwa tanpa air itu tidaklah patah tulang melainkan ada sendi yang terkilir. Mbah Salim mencoba menghibur bapak Aep sehingga bapak Aep menjadi tertawa, namun dibalik itu Mbah Salam mempergunakan keahliannya dengan menarik tangan kiri bapak Aep sehingga terdengar bunyi trek trek trek,".

bapak Aep pun menjerit kesakitan. namun Mbah Salam langsung menghiburnya dan memberitahukan kalau rasa sakitnya itu mungkin adalah yang terakhir dialaminya sebab Mbah Salim memastikan bahwa sebentar lagi bapak Aep bisa normal kembali.

Sementara itu di dalam hati Yuli menjadi agak sedikit tidak karuan, artinya bercampur berbagai perasaan antara senang gembira kecewa sedih dan takut. perasaan tersebut menjadi bergabung dalam satu perasaan yang galau tak karuan.

Yuli merasa senang dan gembira karena ayahnya sudah mulai kelihatan sembuh, sedangkan ada rasa sedihnya Yuli merasa bahwa sebentar lagi akan ditinggalkan oleh seseorang yang mungkin menurut perasaan sudah lama dikenalnya namun tiba-tiba dia ditinggalkan. kemudian timbul rasa kecewa karena Mbah Salam tidak mengajaknya untuk bicara tidak merayunya dan tidak menyapanya dengan demikian Yuli merasa dicuekin oleh kehadiran Mbah Salam. memang sungguh aneh walaupun pertama kali baru ketemu perasaan Yuli menyimpan sejuta simpati kepada Mbah Salam.

setelah selesai pengobatan Mbah Salam mohon pamit kepada tuan rumah sambil dia menitipkan sesuatu agar dipakai sebagai bahan pengobatan oleh pak Aep.

selain itu Mbah salam berpesan supaya bapak Aep jangan sampai memakan barang yang telah dititipkan sebagai pantangan oleh bapak Aep.

ibunya Yuli bertanya

"kira-kira kapan Mbak ke sini lagi sebabnya saya ingin suami saya cepat sembuh".

'insya Allah Bu seminggu lagi saya ke sini semoga bapak aip segera sembuh".

tidak lama kemudian Mbah Salim pamit kepada ibunya Yuli, setelah bersalaman Ia pun pergi dengan asistennya mengendarai sepeda motor yang ia bawa. Yuli mahalan nafas panjang, karena dia merasa sedikit kecewa dengan sikap Abah salam. ketika dia mau pamit dirinya lewat dan tidak ditanya lagi oleh Mbah Salam.

sungguh ada keanehan Yuli merasa bersedih dengan kenyataan itu, tiba-tiba butiran air matanya pun keluar membasahi pipinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!