NovelToon NovelToon
Kehidupan Penuh Luka

Kehidupan Penuh Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Selingkuh / Cerai
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Clara

Kehidupan memang penuh lika-liku. Itulah yang terjadi pada kisah kehidupan seorang gadis cantik yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya. Namun hidupnya tidak berjalan semulus apa yang dibayangkan.

Jika orang berpandangan bahwa orang kaya pasti bahagia? Tapi tidak berlaku untuk gadis ini. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Ia selalu gagal dalam hal apapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

..."𝙿𝚎𝚛𝚝𝚎𝚖𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚞 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚕𝚒 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚃𝚞𝚑𝚊𝚗. 𝚂𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚊𝚝𝚊 𝚖𝚊𝚊𝚏"...

...𝓖𝓮𝓻𝓪𝓵𝓭 𝓚𝓪𝓷𝓪𝓷𝓭𝓻𝓪 𝓜𝓪𝓱𝓮𝓼𝓪...

"Arlla?"

Gerald menganggukkan kepalanya dan menatap Livia dengan serius. "Dua minggu lalu dia memang kesini" ucap Livia

"Setelah itu dia gak ada kabar lagi"

"Kamu tau dia akan pergi kemana?" tanya Gerald

"Kamu gak perlu tau" jawab Livia ketus.

"Livia, aku mohon" pinta Gerald dengan tulus.

Livia jengah menatap wajah Gerald. Gadis itu menghembuskan nafas panjang kemudian melangkah pergi menuju lift.

"Livia" teriak Gerald sembari berjalan mengikuti langkah kaki gadis itu yang terus berjalan tanpa berniatan untuk berhenti.

Bella menyambar tas jinjing miliknya yang ia letakkan di atas sofa dan berjalan menyusul dua orang yang sudah pergi meninggalkannya seorang diri.

"Livia jawab aku" Gerald menyentak tubuh Livia hingga gadis itu berhenti dan menatap dirinya. "Buat apa lo tau dimana Arlla berada"

"Aku gak bisa hubungi dia. Aku khawatir terjadi sesuatu sama Arlla" ucap Gerald.

"Terus kalau udah tau dia dimana lo mau apa? Susulin dia?" Livia menatap tajam kedua mata Gerald.

"Setelah hari itu dimana lo udah buat sahabat gue nangis-nangis" ucap Livia

"Aku gak bermaksud" Gerald mengusap wajahnya kasar.

"Gak bermaksud? Lucu deh lo"

"Lo gatau apa yang terjadi. Sekarang kasih tau Arlla dimana" ucap Gerald yang sedikit kesal dengan sahabat kekasihnya itu yang berbelit-belit dan tidak mengatakan dimana keberadaan Arlla.

"Kak Livia mending kasih tau aja dimana.... "

"Lo juga" sentak Livia pada Bella yang ikut campur di dalam percakapannya dengan Gerald.

"Sejak kapan lo perduli sama kakak lo"

"Bukannya dari dulu gak suka ya bahkan benci banget sama Arlla. Terus kenapa sekarang tiba-tiba jadi sok perduli" cibir Livia

Bella menggigit bibirnya pelan. Dia dulu memang sangat membenci Arlla karena papanya juga ikut tidak suka pada wanita itu. 'Anak pembawa sial' dan 'Anak haram' adalah sebutan yang selalu disematkan oleh dirinya dan papanya pada Arlla.

"Bukannya semua orang bisa berubah?" Bella membalas tatapan Livia yang seolah mengintimidasi dirinya.

"Tapi gue gak pernah percaya sama lo. Seekor ular gak akan mudah bisa berganti jadi anak kucing" Livia tersenyum remeh menatap Bella.

"Atau jangan-jangan ada maksud tersembunyi? Keuntungan apa yang lo dapatkan dari nyari Arlla? Coba bilang"

"Livia udah!!" Gerald menyentuh bahu Bella yang menundukkan kepalanya. "Berhenti nuduh dia sembarangan"

Livia menarik nafas panjang kemudian tertawa kecil. "So?"

"Aku gak ada apa-apa sama Bella. Cuma aku gak suka aja kamu gituin dia bukannya semua orang punya kesempatan untuk berubah" ucap Gerald

Gadis yang ada di hadapan Gerald itu tertawa. "Sebentar lagi posisi Arlla akan tergeser" Kini pandangan Livia beralih pada Bella. Tangannya mencengkeram wajah gadis itu dan memaksanya untuk mendongak menatap matanya.

"Kurang puas lo ambil segalanya dari kehidupan Arlla? Sekarang cowoknya juga?"

"Livia udah. Gausah kasar jadi orang" Gerald menepis tangan Livia yang mencengkeram wajah Bella hingga gadis itu meringis kesakitan.

"Dari pada jadi orang munafik"

"Sekarang mending lo kasih tau dimana Arlla"

"Hyde Park" Benar dugaan Gerald.

"Dia bilang ke gue mau kesana dan dia butuh sendiri. Makanya gue gak pernah hubungin dia"

"Apa lo udah lupa kemana dia pergi saat ada masalah?"

"Kelewatan" Livia masuk ke dalam lift dan pergi meninggalkan Gerald dan Bella begitu saja.

"Kak.. " Bella mendongak menatap wajah Gerald yang tampak serius.

"It's okey gausah di dengerin kata-kata Livia" Gerald memeluk tubuh Bella untuk menenangkan gadis itu.

"Lebih baik kita kesana sekarang" ucap Bella dan dibalas anggukan kepala oleh Gerald.

"Kamu udah gapapa?" tanya pria itu memastikan

"Aku gapapa kok" Keduanya berjalan keluar dari lobi dan menuju parkiran.

"Kak Gerald gak punya pembantu atau apa gitu yang kerja di vila kakak" tanya Bella

"Gak ada"

"Aku gak pernah mempekerjakan seorang pun disana. Karena Arlla tidak pernah mau diganggu oleh siapapun kalau lagi ingin sendiri" ucap Gerald dan mulai menyalakan mesin mobilnya.

Bella memutar otak untuk mencari cara bagaimana agar mereka bisa mendapatkan informasi apakah benar Arlla benar-benar ada disana atau tidak. Karena perjalanan kesana cukup jauh sehingga membutuhkan waktu yang lumayan lama.

"Kita gak ada cara lain. Satu-satunya untuk tau yaitu kesana" Gerald melajukan mobilnya dengan cepat keluar dari area apartemen Livia dan menuju tempat dimana Arlla berada. Gerald berharap apa yang dikatakan Livia itu benar.

Sebuah panggilan masuk ke ponsel Gerald. Netra pria itu melirik sekilas siapa yang menghubungi dirinya. Salah satu tangannya memasang airpods di telinganya dan menjawab panggilan tersebut yang tak lain dari sang papa.

"Hallo pa"

"Gimana? Ada kabar?" tanya Leon

"Aku dapat informasi dari Livia kalau Arlla pergi ke Hyde Park dari dua minggu lalu. Dan sekarang aku lagi perjalanan kesana sama Bella" ucap Gerald

"Bella? Adiknya Arlla?" tanya Leon memastikan

"Iya dia minta ikut untuk bantu cari Arlla"

"Yaudah kalau gitu kalian hati-hati. Kabari papa kalau ada sesuatu" ucap Leon sebelum memutuskan sambungan teleponnya.

Dua jam kemudian...

Suasana hening dan hanya deru mesin mobil yang terdengar membuat Bella dan Gerald sedikit canggung. Tidak ada percakapan dari keduanya. Gerald masih fokus dengan mengemudinya sedangkan di sebelahnya Bella sedang menahan kantuk.

Gerald menatap sekilas Bella yang sedang bermain ponsel agar tidak mengantuk. Pria itu memutar setir mobilnya dan menuju sebuah restauran.

"Kita istirahat dulu" ucap Gerald saat Bella memandangi dirinya seolah bertanya.

Bella dan Gerald turun dari mobil dan memasuki restauran tersebut. "Selamat datang" sapa pelayan dengan sangat ramah.

"Kamu pilih tempat duduk biar aku pesen makanan" ucap Gerald dan diangguki oleh Bella.

"Eh kamu mau makan apa?" tanya Gerald sebelum benar-benar meninggalkan gadis itu.

"Samain aja kaya kakak" Bella melangkahkan kakinya menuju satu tempat duduk yang berada di pojok ruangan karena hanya itu satu-satunya tempat yang tersisa.

Suasana restauran yang sangat ramai dengan pengunjung membuat mata gadis itu sedikit segar. Sembari menunggu kedatangan Gerald, Bella mencoba menghubungi satu nomor yang tidak pernah ia hubungi baik itu panggilan maupun chat.

Hanya suara operator yang memberitahukan bahwa nomor yang dia hubungi sedang tidak aktif. "Sebenernya kamu kemana sih? Gak mungkin dia menyendiri sampah dua minggu lebih" ucap Bella pelan.

"Habis nelfon siapa?" tanya Gerald yang baru saja datang dan duduk di samping Bella. Gadis itu segera menutup ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Bukan siapa-siapa"

"Arlla ya?" tebak Gerald namun tak dijawab oleh gadis itu. "Kenapa harus gengsi? Sayang sama kakak sendiri gak ada yang salah kok meskipun beda... "

"Aku gak hubungi dia" sahut Bella

Gerald mengulas senyum tipis mendengar jawaban Bella yang mengelak dari ucapannya.

"Eh lo kalau jalan pake mata" Gerald dan Bella menoleh secara serempak ke arah sumber suara. Dahi pria itu berkerut dan menatap pada satu titik.

1
Akhmad Soimun
Coba aah Ramaikan, kayaknya bagus..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!