Raka Sebastian, seorang pengusaha muda, terpaksa harus menikah dengan seorang perempuan bercadar pilihan Opanya meski dirinya sebenarnya sudah memiliki seorang kekasih.
Raka tidak pernah memperlakukan Istrinya dengan baik karena ia di anggap sebagai penghalang hubungannya dengan sang kekasih.
Akankah Raka menerima kehadiran Istrinya suatu saat nanti atau justru sebaliknya?
Yuk simak ceritanya 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Ya Allah, kuatkan lah Nirma menjalani ujian-Mu. Berikan kami petunjuk dan permudah segala urusan kami."
Kalimat itu menjadi doa yang disematkan Pak Vino dalam setiap sujudnya.
Memohon agar kabut hitam yang menyelimuti hidupnya segera menghilang.
Begitu selesai, ia melirik ke belakang di mana Pak Darren dan Ustadz Yusuf sedang duduk sambil membicarakan sesuatu.
Pak Vino lantas bergabung di tengah-tengah mereka. Suasana pun berubah serius. Tanpa mengulur waktu, Pak Darren langsung membuka pembicaraan.
"Maaf, saya harus menyampaikannya di sini, Pak Ustadz. Sebenarnya kami berencana untuk datang ke pondok dan membicarakan perihal ini langsung dengan Pak Ustadz. Tapi, keadaan sekarang seperti ini." ucap Darren.
"Tidak apa-apa, Pak Darren, Pak Vino. Saya sangat mengerti. Karena itu juga saya dan Istri segera kemari untuk membicarakan semuanya."
"Alhamdulillah kalau begitu." imbuh Pak Darren.
Ia menarik napas dalam-dalam sebelum memulai.
"Seperti yang sudah saya ceritakan melalui telepon tadi. Ini tentang Pak Vino yang pernah kehilangan anak perempuannya 13 tahun yang lalu. Namanya Zahra. Putri kesayangan kami itu hanyut di sungai saat berusia 6 tahun."
"Innalillahi wa Inna ilaihi roji'un." ucap Pak Ustadz. "Saya turut berduka, Pak Vino."
"Terima kasih, Pak Ustadz." jawab Pak Vino, mengulas senyum tipis.
Darren melanjutkan. "Kebetulan Zahra memiliki saudara kembar laki-laki, namanya Zayn. Saat itu keduanya terbawa arus sungai saat bermain. Hanya Zayn yang ditemukan dalam keadaan selamat, sementara Zahra tidak ditemukan. Bahkan selama berbulan-bulan, sampai akhirnya pencarian dihentikan."
"Masya Allah." Ustadz Yusuf merasakan hatinya berdesir mendengar kisah itu.
"Singkat cerita beberapa hari lalu, Zayn bertemu Nirma secara tidak sengaja. Saat itu Nirma sedang berbelanja dan hampir tertabrak oleh Zayn. Tidak sengaja Zayn melihat wajah Nirma, dan katanya Nirma memiliki wajah yang sangat mirip dengannya."
"Mungkin karena naluri anak kembar yang kuat, ditambah usia mereka sama, jadi dia merasa bahwa mungkin Nirma adalah adiknya yang hilang. Ada banyak kebetulan yang menciptakan asumsi. Karena itulah kami mencoba untuk mendiskusikan masalah ini dengan Pak Ustadz." ucap Pak Darren panjang lebar.
Lagi, Ustadz Yusuf mengangguk.
"Kebetulan ... kalau saya tidak salah ingat, saat melamar Nirma Pak Ustadz berkata tidak tahu siapa orang tua kandung Nirma."
Pak Vino lalu mengeluarkan ponsel dan menunjukkan foto terbaru putranya. Melihat potret Zayn, serta merta Ustadz Yusuf berseru kagum.
"Masya Allah." ucap lelaki itu setelah melihat foto Zayn.
"Maaf, anak saya tidak bisa ikut. Dia sangat sensitif kalau sudah menyangkut Adiknya." ucap Pak Vino.
"Menurut Pak Ustadz, apakah Zayn memiliki kemiripan dengan Nirma?" tanya Pak Darren.
"Terus terang saya tidak tahu semirip apa mereka, karena saya sendiri belum pernah melihat wajah Nirma. Saya sendiri sudah beberapa tahun tidak melihat wajah Nirma, sejak dia memutuskan memakai cadar." jawab Ustadz Yusuf.
"Tapi, saya masih ingat persis wajahnya. Memang ada kemiripan. Hidung, mata, dan bulat wajahnya hampir sama."
Deg! Detak jantung Pak Vino semakin tidak karuan. Dadanya bergemuruh.
"Sampai saat ini saya memang tidak tahu siapa orang tua kandung Nirma. Saat ditemukan di depan pondok, dia hanya membawa pakaian. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, Nirma datang ke pondok dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Dia tidak bisa bicara di usia 11 tahun."
"Teman saya berbaik hati menawarkan terapi secara cuma-cuma. Setelah berbulan-bulan melakukan terapi Nirma mulai bisa berbicara. Tapi, setelah menjalani pengobatan dan dia mulai bisa bicara, dia tidak pernah mau bicara apapun tentang Ibunya. Sejak saat itu saya menganggap Nirma seperti anak saya sendiri."
Ustadz Yusuf mengeluarkan sepucuk surat yang sengaja ia bawa setelah Darren menghubunginya tadi, lalu menggeser secarik kertas yang tampak sudah usang termakan usia itu.
Beberapa bagian terlihat sobek dengan warna yang sudah kusam.
"Ini surat yang ditemukan Istri saya di dalam tas Nirma saat dia datang ke pondok. Kemungkinan ini ditulis oleh orang yang meninggalkan dia."
Tangan Pak Vino mengulur, dadanya semakin bergemuruh.
"Ya Allah, ampunilah hati yang begitu rapuh dan lemah iman ini. Hati yang begitu mencintai melebihi yang seharusnya."
Selama beberapa saat tangan Pak Vino melayang, memikirkan akan sebahagia apa Bu Resha dan anak-anaknya yang lain jika Zahra kembali ke tengah-tengah mereka.
Luka yang selama ini menyelimuti mereka akan hilang. Mama dan Oma akan menikmati sisa hidupnya dengan penuh bahagia.
Ia menarik napas dalam-dalam. Tangannya gemetar menggenggam surat tersebut.
Sejenak ia ragu. Takut apa yang tertuang di dalamnya akan membuatnya kecewa.
Padahal harapan di hatinya sudah melambung tinggi.
Maka, sebelum membaca isi surat itu, untuk memastikan ia membuka galeri ponselnya terlebih dulu.
Memandangi wajah mungil putrinya, lalu menunjukkan foto terakhir yang sempat ia ambil sebelum Zahra hanyut terbawa arus sungai belasan tahun lalu.
"Maaf, Pak Ustadz, sebelum membaca surat ini, izinkan saya menunjukkan foto terakhir anak saya sebelum hilang." Pak Vino menggeser ponselnya ke hadapan Pak ustadz.
"Kami sedang berlibur di luar kota. Anak saya berusia 6 tahun saat itu."
Sejenak Ustadz Yusuf terdiam. Matanya fokus memandangi potret sosok gadis kecil nan cantik berpakaian biru muda dengan senyum ceria.
Ia berpose di sebuah taman kecil dengan aliran sungai di belakangnya yang terhalang pagar besi.
"Masya Allah." Ustadz Yusuf berdecak kagum dalam hati.
Foto anak perempuan yang diberikan Pak Vino ini sangat cantik menyerupai boneka, bersih dan terawat.
Berbanding terbalik dengan Nirma, saat pertama kali datang ke pondok, ia dalam keadaan kumal dan tidak terawat.
Tubuhnya juga sangatlah kurus dengan kulit sedikit gelap.
Ustadz Yusuf mencoba menggali ingatan tentang wajah putri kesayangannya saat pertama kali datang, lalu ia bandingkan dengan potret anak perempuan tersebut.
"Maaf, untuk foto ini saya tidak bisa menilai seberapa mirip." ucap pria paruh baya itu.
"Tapi ... memang ada kemiripan antara wajah anak laki-laki Pak Vino dengan Nirma versi dewasa seperti yang saya katakkan tadi."
Rasanya Pak Vino benar-benar sudah tak sabar lagi.
Ingin rasanya ia memeluk Nirma saat itu juga, mengatakan bahwa ia memiliki keluarga yang selama ini menangisi dirinya.
"Pak Ustadz, maaf sebelumnya kalau saya terkesan terburu-buru dan memaksa. Kalau Pak Ustadz mengizinkan ... saya bermaksud melakukan tes DNA dengan Nirma untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat."
"Benar, Pak Ustadz." imbuh Pak Darren.
"Kalau pun hasilnya tidak seperti harapan kami, insyaallah tidak akan mengubah apapun. Nirma akan tetap menjadi anak Pak Ustadz, anak kita semua. Saya sendiri sudah menganggap Nirma seperti anak saya sendiri. Sama seperti Raka."
"Sebenarnya saya tidak berhak memutuskan, karena Nirma sudah memiliki Suami dan hanya Suaminya yang berhak sepenuhnya atas diri Nirma."
Mendengar itu, Pak Darren dan Pak Vino saling melirik satu sama lain.
Bagaimana mereka bisa melibatkan Raka, sementara mereka tahu seperti apa lelaki itu.
Ia bahkan sempat berniat menceraikan Nirma demi wanita lain. Lebih buruknya lagi, Pak Vino mendengar sendiri niat Raka itu.
************
************
sangat marah dan emosi adiknya diperlakukan kurang baik...
Martin berusaha meracuni pikiran raka agar membenci mulan.,.
Martin meracuni pikiran raka mulan pembunuh ayahnya.....
raka berjanji akan jd suami yg baik dan bersikap terhadap nirma...
Filling pak vino sangat kuat nirma adalah zahra putrinya....