Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #10
Keesokan harinya.
Abi yang sedang berada di dalam ruangan menatap seluruh anggotanya, dia meminta penjelasan mengapa bisa data-data perusahaan di bobol dan mungkin perusahaan ANS GROUP akan mengalami kerugian besar. Abi telah bertindak cepat, seorang hackers andalan mengatakan jika pembobolan ini disengaja dan sang pembobol meninggalkan jejaknya, dia tidak menghapus atau menyembunyikan akses jejak.
Abi pun penasaran siapa yang sudah berani bermain-main dengannya, dia akan memberikan pelajaran kepada hanckers pembobol data perusahaan.
Ponsel milik Abi bergetar, dia segera mengangkat dan menjawab panggilan itu.
"Saya berangkat dua jam lagi, Pak. Kita akan bertemu langsung di lokasi yang sudah kita sepakati."
Panggilan pun langsung terputus.
Abi kembali menatap beberapa orang yang masih ada di ruangannya.
"Keluar dari ruangan saya!" bentaknya marah dan mereka semua langsung pergi dari ruangan Abi.
Abi menghubungi sang sekertaris dan mengatakan jika serketaris itu harus menyiapkan segala berkas penting untuk kerjasama dengan perusahaan DN GROUP.
Beberapa menit kemudian.
Abi telah selesai, dia masuk ke dalam mobil bersama dengan sekertarisnya untuk menuju lokasi kesepakatan kerjasama.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Naya sedang bersiap untuk pergi ke pasar karena segala kebutuhannya habis termasuk kebutuhan warung. Naya sangat bersyukur karena warungnya semakin lama semakin ramai dan untung dari penjualan juga sangat melebihi dari apa yang Naya bayangkan selama ini. Anaya tidak menyangka jika alur hidupnya akan seperti sekarang, sebenarnya dia juga sangat merindukan Bibi serta sepupunya tetapi Naya hanya bisa memendam semua itu.
Naya tidak masalah dibenci dan dituduh sebagai wanita murahan yang penting itu semua tidak benar, tujuan Naya saat ini adalah membahagiakan Alvarendra saja.
Al menggenggam jemari Naya, mereka akan pergi dengan menaiki angkot. Denis hari ini ada pertemuan penting jadi dia tidak bisa mengantarkan Anaya belanja ke pasar.
Satu jam kemudian.
"Ma, Al mau beli topi." ucap Alvarendra sambil menggoyangkan tangan Anaya.
Anaya menoleh ke arah tempat penjualan topi yang Al inginkan.
"Kamu mau beli topi? Ya udah, ayo Mama belikan."
Al tersenyum senang dan mereka berdua berjalan ke arah tempat penjualan topi itu.
Al memilih topi yang dia inginkan. Setelah sudah memilih, Anaya segera membayarnya.
"Kamu udah Mama belikan topi, dipakai ya?" Naya mengusap lembut kepala Al.
Al pun mengangguk dengan cepat karena dia sangat bahagia mendapatkan topi yang diinginkan.
Di tengah perjalanan.
Anaya menunggu angkutan umum di pinggir jalan, Alvarendra tidak pernah lepas dari genggaman tangannya. Meskipun sulit karena membawa begitu banyak barang belanjaan tetapi Anaya tetap memfokuskan diri ke sang buah hati.
"Tumben lama angkotnya." gumam Naya sambil menoleh ke kanan dan kiri.
Seorang pria memakai sweater Hoodie berwarna hitam berjalan dari belakang, dia sengaja menubruk Anaya lalu mengambil dompet milik Naya yang berada di dalam keranjang belanjaan.
"Maaf." ucap pria itu dengan menunduk.
Anaya mengangguk. "Lain kali hati-hati, Mas. Jalan ini cukup lebar jadi Anda tidak harus menubruk seseorang."
Anaya belum sadar hingga sang pencopet sudah berjalan pergi.
Angkutan umum pun sampai dan Naya ingin naik tetapi dirinya terkejut saat hendak membayar ongkos.
"Ada apa, Ma?" Al bertanya dengan nada polos.
"Astaghfirullah, dompet Mama hilang!" pekik Naya syok dan dia mengedarkan pandangannya.
Anaya ingat jika tadi seorang pria menubruknya dan Naya langsung mengedarkan pandangan.
"COPET!" teriaknya kencang sambil menggendong Al. "Bu, saya titip belanjaan ini sebentar." ucapnya pada salah satu pemilik warung yang dekat dengan pinggir jalan.
Ibu itu mengangguk dan Naya segera berlari mengejar pencopet tersebut masih dengan menggendong tubuh Alvarendra.
"Ma, Al mau turun." Al tidak tega melihat wajah sang Mama yang sudah berkeringat ditambah nafasnya yang tersengal.
Anaya menggeleng. "Kamu Mama gendong aja, Mama masih kuat." ucapnya mencoba menenangkan Al.
Naya sangat menyayangkan dompet itu karena di dalamnya masih ada jumlah uang yang cukup banyak sisa belanja.
Saat pencopet itu hendak menyeberang jalan, tiba-tiba sebuah mobil Alphard berwana putih melaju cukup kencang hingga membuat sang pencopet kaget.
Sopir mobil itu segera menginjak pedal rem dengan sangat dalam dan mendadak hingga penumpangnya terhuyung ke depan.
Pria tampan yang duduk di kursi belakang heran karena sopir mengerem dengan tiba-tiba.
"Ada apa sih, Pak?" tanya pria itu dengan nada ketus.
"Maaf, Pak. Itu tadi ada yang nyebrang tapi gak lihat jalan." jawab sang sopir.
Abi melihat ke depan dan dia menatap wanita yang sedang berlari dengan menggendong anaknya, wanita itu seperti sedang mengejar seseorang.
Abi bergegas turun dari mobil.
"Pak, mau kemana? Pertemuan kita dua puluh menit lagi akan dimulai."
"Tunggu sebentar, saya akan mengejar wanita itu dulu."
Abi berlari dengan kencang ke arah wanita yang sedang menggendong anaknya. Wanita itu adalah Anaya, gadis berusia dua puluh delapan tahun yang dulu pernah dia lecehkan disaat usia gadis itu dua puluh tiga tahun.
Abi membuka sepatunya dan setelah dirasa cukup dekat, dirinya langsung melempar sang pencopet menggunakan sepatunya.
Sepatu Abi mengenai tengkuk belakang sang pencopet, langkah pria pencopet itu terhenti dan Abi pun dengan cepat mendekati pria itu.
"Kembalikan dompet itu!" perintahnya dengan nada tegas.
Pencopet itu hanya tersenyum tipis. "Anda menginginkan dompet ini? Ambil saja sendiri kalau bisa."
Abi maju dan mulai memberikan bogeman kepada pria itu hingga terjadilah perkelahian antara mereka.
Anaya hanya diam dengan mulut menganga karena melihat pertengkaran tersebut.
Bugh!
Bugh!
Dugh!
Pencopet tersebut terjatuh dan dompet pun terlempar.
Abi segera mengambil dompet tersebut. "Carilah uang halal, jangan mencopet karena sama saja nantinya Anda akan mendapatkan malapetaka. Pergi!"
Pencopet pun pergi dari hadapan Abi sambil memegangi wajahnya yang sudah babak belur.
Abi mendekati wanita muda itu dan dia memberikan dompet yang ada di tangannya.
"Sekali lagi hati-hati."
"Terima kasih, Pak. Maaf saya merepotkan Anda."
Deg!
Jantung Abi seperti berhenti berdetak saat dia mendengar suara wanita yang ada di hadapannya saat ini.
'Suara ini, aku seperti mengenalnya dan selalu ada dalam pendengaranku.' batin Abi yang selalu dibayangi oleh rasa bersalah hingga dia selalu mendengar rintihan serta permintaan mohon gadis di hotel yang pernah dia lecehkan saat itu.
Anaya mengambil dompetnya.
Abi menatap anak kecil yang ada di dalam gendongan Naya, anak itu sangat mirip dengannya sewaktu dia kecil dulu.
Al tersenyum ke arah Abi.
Abi pergi dari hadapan Naya, tetapi baru beberapa langkah dirinya berhenti karena teringat sesuatu. Abi merogoh kantong celana dan dia tidak menemukan gelang milik gadis yang pernah dia lecehkan dulu.
"Dimana gelang itu? Apa mungkin—?" Abi menoleh kebelakang dan terlihat Anaya sedang mengamati sesuatu.
Abi pun berjalan kembali ke arah Anaya, sesampainya di dekat Naya, Abi melihat jika Naya memegang gelang miliknya.
"Maaf, itu milik saya." ucap Abi menunjuk gelang di tangan Naya.
Naya terdiam sambil mengamati wajah Abi, dia seperti ingat dengan sesuatu. Tanpa berpikir panjang, Naya mengembalikan gelang itu kepada Abi.
"Ayo Sayang, kita pulang." Naya tidak ingin berlama-lama di tempat itu karena entah mengapa pikirannya menjadi risau.
Abi hanya mampu menatap punggung belakang milik Naya yang sudah menjauh.
"Kenapa anak itu mirip sekali denganku waktu kecil?" gumam Abi mencoba berpikir keras.
Dia pun berlalu menuju mobilnya karena sudah terlambat lima menit untuk pertemuan dengan sang klien.
VISUAL ABIMANYU 😍
•
**TBC
🏵️🏵️🏵️🏵️
MAMPIR KE NOVEL TEMAN OTHOR YUK 🤗**
namanya juga bom.. pastinya unsur kesengajaan dan terencana..🤣🤣🤣 kalau itu sih nggak perlu diselidiki lagi
nunggu jawaban kasih waktu seminggu..
tapi diawal chapter ditulis 8 bulan kemudian 🤔🤔🤔