Aurora Steffani Leandra, gadis polos berusia 18 tahun yang dalam sekejap nasibnya berubah.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, tiba-tiba Aurora dikejutkan dengan sebuah kenyataan bahwa dirinya harus menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal.
Siapakah pria yang akan menikah dengan Aurora?.
Dan kenapa Aurora harus menikah dengan pria tersebut?.
Jangan lupa ikuti terus kelanjutan ceritanya ya🤗🤗🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bungabunga2929, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Kedua orang tuaku baru saja meninggal seminggu yang lalu" jawab Aurora.
"Ya ampun, aku gak tahu. Maaf ya Ra" ucap Nisa merasa bersalah.
"Gak papa, kamu gak perlu merasa bersalah gitu. Aku sedang belajar menerima semua kenyataan ini kok".
"Karena semua ini udah takdir, jadi aku tidak bisa berbuat apapun kan. Aku hanya bisa menerima dan mencoba melanjutkan hidupku" ucap Aurora.
"Aku salut sama kamu Ra, kamu benar-benar gadis yang kuat" ucap Nisa.
"Terima kasih Nis" ucap Aurora.
"Oh iya, kalau boleh tahu kenapa kamu mau bekerja disini?" tanya Nisa.
"Sebenarnya aku juga gak tahu tentang semua ini. Setelah satu Minggu kepergian kedua orang tuaku, tiba-tiba tuan Edgar datang ke rumah".
"Dia berkata, kalau kedua orang tuaku memiliki hutang dan hari ini adalah jatuh temponya".
"Aku sama sekali tidak tahu tentang hutang piutang ini. Kedua orang tuaku tidak pernah bercerita tentang ini padaku".
"Singkat cerita akhirnya untuk membayar semua hutang-hutang kedua orang tuaku, aku bekerja disini sebagai maid" cerita Aurora.
"Ya ampun, hidup kamu seberat itu ya Ra. Aku berharap kamu tetap semangat ya" ucap Nisa ikut sedih mendengar apa yang terjadi pada teman barunya itu.
"Makasih banyak ya, kamu udah memberikan aku semangat" ucap Aurora.
"Yaudah, jangan bersedih lagi. Sebaiknya aku antar kamu ke dapur. Karena terlalu asik bercerita aku jadi lupa kalau tadi mau mengantar kamu ke dapur kan".
"Untung saja, tidak ada yang melihat kita sedang mengobrol. Kalau ada yang melihat kita, pasti dia akan memarahi kita" ucap Nisa.
Nisa langsung mengantar Aurora ke dapur, dan benar saja didapur sedang sibuk mempersiapkan makan siang.
"Ini Ra dapurnya" ucap Nisa.
"Baiklah, makasih ya Nis" ucap Aurora.
"Sama-sama, kalau begitu aku kembali ke tempat tadi ya. Soalnya aku belum selesai bersih-bersih di lantai tadi" ucap Nisa.
"Yaudah sana, sebelum ada yang melihatmu disini dan memarahimu" bisik Aurora.
"Kamu benar, kamu semangat ya" ucap Nisa sebelum pergi.
"Iya kamu juga" ucap Aurora.
Setelah Nisa pergi, Aurora mulai berjalan masuk ke area dapur.
"Ekhemmm...."
"Maaf, apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Aurora dengan sedikit takut.
Semua orang yang sedang berada di dapur langsung melihat ke arah Aurora.
"Kamu bukannya maid baru yang tadi pagi tuan Max perkenalkan kan?" tanya Bi Sumi.
"I-iya, namaku Aurora kalau kalian lupa" ucapnya memperkenalkan diri.
"Baiklah Aurora, saya Bi Sumi kepala maid di mansion ini. Saya yang mengkoordinasi pekerjaan mereka semua".
"Memangnya kamu belum ada pekerjaan?" tanya Bi Sumi.
"Emm belum Bi, tuan Edgar belum memberitahuku tugas apa yang harus saya kerjakan".
"Karena itu aku berniat membangun kalian di dapur. Apa boleh?" tanya Aurora.
"Baiklah, kamu bisa membantu di dapur. Kebetulan sebentar lagi waktu makan siang. Jadi kita harus secepatnya menyajikan semua makanan ini sebelum tuan Edgar marah".
"Kamu bisa bantu memotong semua sayuran ini" ucap Bi Sumi.
"Baik bi, aku akan melakukannya dengan baik. Terima kasih ya" ucap Aurora.
"Bagus, jangan sampai ada kesalahan ya" ucap Bi Sumi.
"Baik bi" ucap Aurora.
Aurora mulai melaksanakan apa yang tadi diperintahkan oleh kepala maid. Dia sangat berusaha agar tidak melakukan kesalahan.
Setelah 1 jam berkutat di dapur, akhirnya semua masakan untuk makan siang sudah siap semuanya.
"Bagus Aurora, kamu bekerja sangat baik" puji bi Sumi.
"Terima kasih bi" ucap Aurora.
Sifat Aurora yang baik dan polos membuat semua orang yang berada di dapur merasa senang dengannya.
Dengan cepat, Aurora bisa berbaur dengan mereka semua.
Sedangkan Edgar yang baru saja selesai memeriksa beberapa dokumen, tiba-tiba teringat pada Aurora.
"Astaga, aku meninggalkan gadis itu sejak tadi. Pasti dia merasa bosan terus berada di kamarnya".
"Tapi tunggu, kenapa aku jadi memikirkan gadis itu. Ingat Edgar, dia hanya gadis tawanan yang bekerja disini untuk membayar hutang kedua orang tuanya" gumam Edgar.
Edgar langsung keluar dari ruang kerjanya, dia ingin makan siang karena ini sudah waktunya.
Saat dirinya berjalan menuju kamarnya, Edgar melewati kamar yang ditempati oleh Aurora.
"Apa yang sedang gadis kecil itu lakukan ya, kenapa kamarnya terlihat sangat sepi. Coba aku lihat dulu, jangan-jangan dia pingsan lagi" gumam Edgar.
Dengan perlahan Edgar mencoba membuka kamar Aurora yang ternyata tidak di kunci.
"Dasar gadis bodoh, kenapa dia tidak mengunci kamarnya. Bagaimana kalau ada orang yang ingin berbuat jahat padanya" batin Edgar.
Saat membuka pintu kamar Aurora, Edgar tidak melihat keberadaan gadis tersebut.
"Lohh kemana dia, kenapa kamar ini kosong" kaget Edgar.
Melihat Aurora tidak berada di kamarnya, Edgar langsung pergi mencari keberadaan Aurora.
"Sial, dimana gadis kecil itu. Dia kan belum tahu tentang mansion ini" gumam Edgar merasa khawatir.
Edgar terus mencari keberadaan Aurora, dia membuka setiap ruangan yang dia lewati.
"Kemana Aurora, apa mungkin dia kabur" batin Edgar.
Saat sedang mencari Aurora, Edgar bertemu dengan Nisa yang sedang bersih-bersih.
"Hey kau!, Apa kau tahu dimana Aurora?" tanya Edgar.
"Astaga, tuan Edgar" kaget Nisa saat melihat sang tuan sudah berada didepannya.
"Aku tanya, apa kau tahu dimana Aurora. Kenapa kau malah diam saja" bentak Edgar.
"Oh Aurora, di-dia ada di dapur tuan" ucap Nisa dengan takut.
"Sedang apa gadis kecil itu di dapur" gumam Edgar yang langsung pergi menyusul Aurora didapur.
Sedangkan Nisa sendiri langsung menghela nafas panjang melihat Edgar sudah pergi.
"Astaga, aku sangat takut tadi. Bagaimana bisa aku tidak sadar ada tuan Edgar di dekatku".
"Tapi tunggu, kenapa tuan mencari Aurora ya. tadi juga ekspresinya kelihatan marah saat aku bilang Aurora berada di dapur".
"Semoga saja Aurora tidak terkena marah tuan Edgar. Kasihan dia kalau sampai dimarahi, apalagi dia maid baru disini".
"Dia pasti terkejut melihat sikap tuan Edgar yang sangat menakutkan jika sedang marah" gumam Nisa.
Sedangkan Edgar sendiri langsung menuju dapur untuk menemui Aurora.
Saat sampai di dapur, Edgar tiba-tiba merasa kesal saat Aurora sedang berbicara dengan koki di dapur yang seorang laki-laki.
"Aurora" teriak Edgar.
Semua orang yang ada didapur langsung terkejut melihat kedatangan tuan Edgar.
"Tuan" ucap mereka sambil membungkuk.
"Sedang apa kau disini?" tanya Edgar.
"Aku baru saja membantu mereka menyiapkan makan siang untukmu tuan. Karena tuan belum memberiku tugas, jadi aku putuskan untuk ke dapur dan membantu mereka".
"Daripada aku diam saja di kamar kan" ucap Aurora.
"Aku kan sudah bilang, kau hanya akan bekerja jika aku yang memberikan perintah. Jadi selama aku tidak memberikan perintah apapun, kau diam saja dan jangan melakukan apapun" ucap Edgar dengan tegas.
"Astaga, kenapa tuan harus marah-marah seperti ini. Baiklah aku salah, tapi tuan juga salah" ucap Aurora.
"Kenapa kau jadi menyalahkan aku juga?" tanya Edgar.
"Iya lah, karena tuan tidak memberikan aku pekerjaan jadi aku cari pekerjaan sendiri. Lagipula disini aku kan bekerja, sama seperti mereka semua".
"Masa sejak tadi aku hanya diam saja dan tidak mengerjakan apapun. Bagaimana kalau maid yang lain meras iri karena aku tidak melakukan apapun".
"Aku tidak mau sampai itu terjadi, karena itu aku berinisiatif membantu mereka yang ada didapur" ucap Aurora.
"Sudahlah, aku tidak mau berdebat denganmu lagi. Mulai sekarang kamu tidak boleh melakukan apapun jika bukan dari perintahku".
"Apa kau mengerti" ucap Edgar.
"Yaudah iya iya, terserah tuan saja lah" ucap Aurora.
"Baiklah, sekarang aku mau makan. Dan kau siapkan makananku" ucap Edgar.
"Baik tuan" ucap Aurora.