Reintara Narendra Pratama adalah CEO muda yang dikenal tampan dan penuh wibawa. Di usia 25 tahun, ia sudah membangun reputasi sebagai pria yang tajam dalam mengambil keputusan, namun sulit didekati secara emosional. Hidupnya yang teratur mulai berantakan ketika ia bertemu dengan Aprilia—seorang perempuan penuh obsesi yang percaya bahwa mereka ditakdirkan bersama. dia berumur 22 tahun
Awalnya, Reintara mengira pertemuan mereka hanyalah kebetulan. Namun, semakin hari, Ria, sapaan akrab Aprilia, menunjukkan sisi obsessi yang mengerikan. Mulai dari mengikuti setiap langkahnya, hingga menyusup ke dalam ruang-ruang pribadinya, Ria tidak mengenal batas dalam memperjuangkan apa yang ia anggap sebagai "cinta sejati."
Reintara, yang awalnya mencoba mengabaikan Ria, akhirnya menyadari bahwa sikap lembut tidak cukup untuk menghentikan obsesi perempuan itu. Dalam usaha untuk melindungi dirinya, ia justru memicu konflik yang lebih besar. Bagi Ria cinta adalah perjuangan, OBBSESY SEGALANYA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 'yura^, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
takdir tak tergenggam
Sebuah Pertemuan Tak Terduga
Hari itu, Reintara mencoba mengalihkan pikirannya dari semua kekacauan yang dibuat oleh Ria. Ia memutuskan untuk makan siang di sebuah restoran kecil di tengah kota, tempat yang jauh dari keramaian orang-orang yang mengenalnya.
Ia duduk di meja pojok, memesan secangkir kopi dan makanan ringan. Saat sedang memeriksa email di ponselnya, seseorang tiba-tiba muncul di hadapannya.
“Rein, akhirnya aku menemukannya.”
Reintara mendongak dengan cepat, dan melihat Ria berdiri di sana dengan gaun santai, tetapi tetap tampak elegan. Wajahnya memancarkan kepastian, seolah ia sudah tahu Reintara akan ada di sana.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya dengan suara pelan, berusaha menahan amarah agar tidak menarik perhatian.
Ria hanya tersenyum kecil. “Aku melihat jadwalmu beberapa hari yang lalu, dan aku tahu kamu pasti butuh tempat tenang seperti ini. Jadi, aku menebak-nebak saja.”
“Kamu memata-matai aku lagi,” balas Reintara dingin. “Kapan kamu akan berhenti, Ria? Kamu tidak bisa terus seperti ini.”
Ria menarik kursi di depannya dan duduk tanpa izin, membuat Reintara semakin kesal.
“Aku tidak memata-matai. Aku hanya... memperhatikanmu, Rein. Aku peduli padamu, dan aku tahu, dalam hati kecilmu, kamu juga peduli padaku,” jawab Ria dengan nada lembut yang justru membuat Reintara semakin tidak nyaman.
“Ria, kita harus bicara serius. Kamu harus berhenti ini semua, atau aku akan membawa ini ke pihak berwenang,” kata Reintara tegas, menatap langsung ke mata Ria.
Namun, Ria hanya tertawa kecil, sebuah tawa yang terdengar penuh percaya diri. “Pihak berwenang? Apa yang akan kamu katakan kepada mereka, Rein? Bahwa aku mencintaimu terlalu dalam? Bahwa aku terlalu ingin membuatmu bahagia?”
Sebuah Insiden yang Menggetarkan
Percakapan mereka terhenti ketika pelayan datang membawa pesanan. Namun, suasana di meja itu tetap penuh ketegangan. Reintara mencoba mengabaikan Ria, tetapi wanita itu tidak berhenti menatapnya.
“Rein, aku tidak meminta banyak. Aku hanya ingin kita bersama. Apakah itu terlalu sulit bagimu?” tanya Ria tiba-tiba, suaranya penuh dengan emosi.
“Ya, itu sulit, Ria. Karena aku tidak pernah merasa seperti yang kamu pikirkan,” jawab Reintara dingin.
Mendengar jawaban itu, ekspresi Ria berubah. Wajahnya yang tadinya penuh dengan senyuman kini tampak gelap. Namun, ia tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya berdiri, meninggalkan meja, tetapi sebelum pergi, ia membisikkan sesuatu di telinga Reintara.
“Kamu akan menyesal mengatakan itu, Rein.”
Ria pergi meninggalkan restoran, sementara Reintara duduk termenung. Kata-kata Ria terus terngiang di telinganya, membawa rasa khawatir yang tidak bisa ia abaikan.
Malam yang Mencekam
Malam harinya, Reintara pulang ke apartemennya lebih awal. Ia berharap bisa mendapatkan sedikit ketenangan setelah kejadian di restoran, tetapi begitu ia membuka pintu apartemen, ia tahu ada yang tidak beres.
Lampu di ruang tamunya menyala, padahal ia yakin sudah mematikannya sebelum pergi pagi tadi. Jantungnya berdegup kencang ketika ia melihat sebuah vas bunga di atas meja, dengan kartu kecil yang menyertainya.
Ia mendekati vas itu dengan hati-hati, lalu membaca tulisan di kartu tersebut:
"Aku bilang, aku akan selalu ada di dekatmu. Jangan abaikan aku, Rein."
Wajah Reintara memucat. Ia langsung menghubungi keamanan gedung untuk memeriksa rekaman CCTV, tetapi seperti biasa, tidak ada yang aneh.
“Ini sudah kelewatan,” gumamnya pada dirinya sendiri.
Ia mengambil kartu itu dan membuangnya ke tempat sampah. Namun, saat akan pergi ke kamarnya, ia melihat sesuatu di cermin dekat lorong. Sebuah tulisan merah besar yang terpampang jelas:
"Hati-hati dengan keputusanmu."
Tulisan itu membuat Reintara terpaku di tempatnya. Ini lebih dari sekadar obsesi—ini sudah menjadi ancaman.
Rencana Baru
Keesokan paginya, Reintara mengambil langkah tegas. Ia memanggil salah satu pengacara perusahaannya dan menceritakan seluruh situasi.
“Tuan Reintara, saya sarankan Anda segera mengajukan perintah perlindungan terhadap Nona Apria,” kata pengacaranya.
“Aku tidak ingin ini menjadi skandal. Perusahaan tidak boleh terlibat,” balas Reintara.
“Kalau begitu, kita harus menemukan cara untuk membuktikan bahwa dia sudah melewati batas, Tuan. Kita perlu bukti yang jelas dan tidak bisa disangkal.”
Reintara mengangguk. Ia tahu ini adalah langkah yang benar, tetapi dalam hatinya, ia juga tahu bahwa ini akan membuat Ria semakin nekat.
Ria yang Tak Terhentikan
Di tempat lain, Ria sedang duduk di ruangannya dengan dinding yang dipenuhi foto-foto Reintara. Ia membaca pesan terakhir yang ia kirimkan kepada Reintara dan tersenyum kecil.
“Kamu pikir kamu bisa lari dariku, Rein? Aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.”
Ria mengambil ponselnya dan mulai mengetik sesuatu.
"Jika kamu pikir aku akan menyerah, kamu salah besar. Ini baru permulaan."
Puncak Ketegangan
Malam itu, setelah kejadian di apartemennya, Reintara memutuskan untuk menginap di hotel untuk menghindari gangguan lebih lanjut. Ia duduk di sudut kamar, memandangi kota yang terang benderang dari jendela kaca besar. Namun, pikirannya terus dihantui oleh bayangan Ria dan ancamannya.
“Dia semakin berani,” gumam Reintara sambil memijat pelipisnya yang terasa berat.
Tiba-tiba, teleponnya berdering. Nomor tidak dikenal muncul di layar. Ia ragu sejenak, tetapi akhirnya menjawab.
“Halo?”
“Rein...” Suara Ria terdengar di ujung sana, lembut namun penuh intensitas.
Reintara menggertakkan giginya. “Bagaimana kamu mendapatkan nomor ini?”
“Aku punya caraku sendiri,” jawab Ria santai. “Kenapa kamu harus lari dariku? Aku hanya ingin bicara.”
“Kita tidak punya apa-apa lagi untuk dibicarakan, Ria. Ini sudah berlebihan. Hentikan sebelum kamu menyesal,” balas Reintara tegas.
“Menyesal?” Ria tertawa kecil, tetapi suaranya terasa dingin. “Rein, aku tidak pernah menyesal mencintaimu. Dan kamu akan segera menyadari bahwa kamu juga tidak bisa hidup tanpaku.”
Telepon terputus begitu saja, meninggalkan Reintara dengan perasaan cemas yang tidak bisa ia abaikan.
Langkah Ria yang Semakin Berani
Keesokan harinya, di tengah rapat penting bersama para petinggi perusahaan, Reintara mencoba untuk fokus pada presentasi yang sedang disampaikan. Namun, konsentrasinya terganggu ketika Maya, asistennya, masuk dengan tergesa-gesa.
“Tuan Reintara, maaf mengganggu,” bisik Maya, menyerahkan sebuah amplop berwarna merah.
Reintara membuka amplop itu, dan matanya melebar saat membaca isinya. Sebuah undangan makan malam... dari Ria. Namun yang membuatnya lebih terganggu adalah lokasi yang tertera—restoran yang sama dengan tempat favorit mendiang ibunya.
Ia segera bangkit dari kursinya, meninggalkan rapat tanpa sepatah kata pun. Ia langsung menuju ke ruang kerjanya, diikuti oleh Maya.
“Tuan, saya rasa ini sudah kelewat batas,” kata Maya khawatir.
“Aku tahu. Tapi aku tidak bisa membiarkan dia mengusik hal-hal yang penting bagiku,” jawab Reintara sambil mengepalkan tangannya.
agar mereka tau kau bukan wanita biasa hanya orang tertentu yang melihat ketulusan mu💪
semoga kam menemukan pria yang sangat sangat mencintai mu.
di saat kamu berpaling bisa saja si Reintata bisa melihat mu.
jangan pernah lagi berhubungan dengan Reintata. walaupun sudah saling memaafkan suatu saat nanti
orang masa lalu yang menyakiti mu. tidak perlu hadir kembali dalam bentuk persahabatan ataupun persaudaraan sekalipun.
Semangat buat author nya...
apa suaminya Nadia tu tidak mempunyai sedikit perasaan pada ria
buat ria menemukan kebagian nya dong Thor