Tak kusangka aku bisa jatuh cinta.
Sebuah cerita hidup perjuangan Daniah, seorang yang rela menjadi gadis penebus hutang orang tuanya. Terpaksa Menikahi tuan muda kaya raya yang bisa melakukan apa saja.Dia memasuki pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap dicintai.
Apakah dia berhasil lepas dari cengkraman tuan muda yang melemparkan kontrak pernikahan padanya, atau semakin terjerat dan tidak bisa lari kemana-mana. Karena tuan muda itu mulai mengikatkan rantai cinta di lehernya. Dibumbui dengan cerita manis bagaimana tuan muda berusaha menunjukan cintanya dan kisah lucu serta mengharukan yang membuat hati bergetar.
Jangan lupakan Han, sekertaris misterius yang akan selalu berdiri di belakang tuan muda. Seseorang yang akan melakukan apapun agar segala sesuatu berjalan dengan semestinya untuk tuan mudanya.
Update : Rabu
IG : tulisan_lasheira
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Sarapan Pagi
Pusing. Kepalaku pusing, aku bahkan tidak bisa tidur nyenyak. Keningku juga masih nyeri. Kata-kata Tuan Saga tentang mematahkan jari-jari terus terngiang di kepalaku. Aku sampai mimpi dikejar-kejar jari-jemariku sendiri.
Daniah bengong sambil memegang sepatu Saga di pangkuannya. Duduk di sofa yang jadi tempat tidurnya kalau malam. Sementara Saga muncul dari ruang ganti sudah memakai setelan jas. Rambutnya sudah tersisir dengan rapi. Membuatnya terlihat sangat tampan. Kalau ada efek kilau cahaya, sudah bersinar punggungnya karena aura sempurnanya. Dia berdiri sambil merapikan dasinya.
Haha, lihat dia, sudah bengong seperti orang bodoh. Apa kata-kataku semalam keterlaluan ya. Sepertinya dia benar-benar ketakutan saat aku bilang akan mematahkan jari-jarinya. Benar-benar pagi hari yang menyenangkan melihatnya begitu.
Pagi-pagi Saga sudah punya hiburan menarik. Setelah bergumam agak lama dan selesai dengan urusan dasinya, dia berjalan mendekat ke sofa. Dia duduk di samping Daniah dengan menjatuhkan dirinya. Membuat Daniah terlonjak kaget. Refleks Daniah segera berlutut. Dalam diam dengan pikiran sudah berlarian ke mana-mana dia memakaikan kaos kaki.
Eh kenapa ini.
Saga menarik ujung rambut Daniah yang terurai. Membuat gadis itu merinding, pikirannya sudah mengajaknya mengingat sentilan keras di keningnya semalam. Dia menggigit bibirnya kuat, kalau tiba-tiba rambut itu ditarik.
“Apa dari lahir rambutmu sejelek ini?”
Apa! Jelek! Ini rambut ikal bergelombang tahu. Banyak artis juga yang memakai tren rambut seperti ini sebagai gaya hidup.
“Ia Tuan.” Hanya bisa menjawab dengan pasrah.
“Luruskan rambutmu, mataku sakit melihatnya.” Saga mengibaskan rambut yang dia pegang, setelah itu seperti habis menyentuh benda menjijikan dia mengusapkan tangannya ke bahu Daniah. Gadis itu menggigit bibirnya keras agar tidak merasa kesal.
Bagaimana laki-laki ini bisa menakutkan sekaligus menyebalkan begini.
“Baik Tuan saya akan meluruskan rambut saya.” Mendongak dengan tersenyum. “Sudah selesai sepatunya.” Daniah bangun dari berlututnya. Tangannya terkepal kesal. Dia memaki sepanjang perjalanannya dari kamar sampai ke meja makan.
Paginya yang menegangkan sekaligus menyebalkan di kamar berdua dengan Saga, bukanlah akhir dari drama paginya. Di meja makan sudah ada 4 orang duduk. Eh, kenapa bertambah satu lagi para wanita yang meramaikan meja makan.
“Kak Saga selamat pagi!”
Aku ingat, bukankah dia Nona Clarissa, wanita yang tiba-tiba mengibarkan bendera perang waktu acara pernikahan. Tanpa aku tahu sebabnya.
Dia langsung mendekat menyambut Saga yang menuruni tangga, melihat ke arah Daniah. “Selamat pagi Kakak Ipar.”
Huh, dia memanggil Daniah dengan sebutan kakak ipar.
Aku cukup punya dua adik ipar, tidak mau nambah lagi. Apalagi yang sifatnya sepertimu.
“Kenapa kau di sini?” Saga bertanya sambil berjalan menuju meja makan.
“Aku dan Jenika pergi ke pesta kemarin, karena terlalu malam jadi aku menginap di sini.” Clarissa sudah akan mendekat dan merangkul tangan Saga, tapi kalimat Saga kemudian membuatnya tidak berani bertindak lebih jauh lagi.
“Makan sarapanmu dan pulanglah!”
“Baik Kak.”
Kepala pelayan menarik kursi yang biasa Saga tempati, Clarissa bergerak cepat mau duduk di sebelahnya tidak perduli kalau Daniah berdiri di sampingnya. Saat Saga menoleh dan memberikan pandangan menusuk, Jenika segera menarik lengannya.
“Itu tempat duduk kakak ipar.”
Walaupun kesal Clarissa memilih menyingkir dan duduk di kursi yang kosong. Di samping Jenika, sementara Sofia berpindah ke kursi di samping ibunya.
“Selamat pagi Saga, sudah lama kan Clariss tidak menginap di rumah dan makan bersama.”
“Pagi Bu.”
Ahh, ternyata dia masih manusia, dia masih menjawab salam selamat pagi dari ibunya.
Daniah meletakan sarapan ke piring Saga seperti sebelum-sebelumnya.
“Habiskan makanan kalian, aku tidak mau mendengar ada yang bicara.” Satu kalimat itu sudah membuat semua orang yang ada di meja makan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Bahkan Daniah berusaha bernafas tanpa suara. Sarapan pagi ini sesunyi embun pagi yang menetes dan menguap karena matahari. Daniah melirik semua orang di tempat makan ini, mereka menghabiskan makanan dengan raut muka yang sama dengannya.
Aku benar-benar bersyukur bukan aku saja yang gila menghadapi sifat dan kelakukan laki-laki ini. Menakutkan sekaligus menyebalkan, dua kata itu sepertinya tidak cukup mewakilinya.
BERSAMBUNG
baca lagi di th 2024 smabil senyum¹ sendiri lagi😍😍😍