Kelahiran Gara menjadi pertanda karena bertepatan dengan kematian Hybrid yang telah membawa malapetaka besar untuk daratan barat selama berabad-abad. Pertanda itu semakin mengkhawatirkan pihak kerajaan ketika ia belum mendapatkan jati dirinya diusia 7 tahun. Mendengar kabar itu, pemerintah INTI langsung turun tangan dan mengirimkan Pasukan 13 untuk membawanya ke Negeri Nitmedden. Namun Raja Charles menitahkan untuk tidak membawa Gara dan menjamin akan keselamatan bangsa Supernatural. Gara mengasingkan diri ke Akademi Negeri Danveurn di wilayah Astbourne untuk memulai pencarian jati dirinya.
Akankah Gara mendapatkan jati dirinya? Bagaimana kehidupan asramanya di Akademi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cutdiann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 22: THE SOUL EATER CALLED PSYCHOFÁGOS.
...AUTHOR POV...
"Kau yakin mereka akan berhasil?" Suara itu keluar dari mulut Michael. Dia sedang berdiri di samping Arthu yang tengah melatih Psychofágos.
"Tenang saja, kau terlalu khawatir. Psychofágos hanya untuk menyulitkan mereka" ucapnya.
"Aku berharap begitu."
Di langit, Joseph bertugas untuk mengawasi latihan dari atas, menggunakan sebuah makhluk dari Fairy clan, makhluk itu disebut Pagoni Neraidon. Makhluk itu memiliki bentuk seperti burung elang, dengan sepasang sayap merak. Mereka mempunyai sulur untuk membantu sebagai pendeteksi lingkungan ketika malam hari. Kaki elang mereka sangat kokoh, dengan cakar yang mempu mencabik lawan hanya dalam beberapa menit. Joseph masih menghitung waktu untuk pelepasan Psychofágos.
Ketika ia melihat kelompok terakhir memasuki area mereka, Joseph menembakkan sebuah cahaya ke langit. Tembakan itu berasal dari jari telunjuknya. Keistimewaan tembakan cahaya itu adalah tanpa suara.
Di area lapangan, Harold yang melihat cahaya itu pun berkata kepada yang lain, "Seluruh clan sudah masuk ke area mereka masing-masing."
"Lycanthrope clan yang terakhir" ucap Samuel karna mengawasi murid dari bawah menggunakan penglihatannya.
"Kenapa bisa seperti itu?" Tanya Dandelion Chairoz terlihat sedikit kecewa.
"Andai muridmu tidak mengkhawatirkan pakaian mereka saat melakukan transformasi, sudah pasti mereka tidak berada di paling akhir. Tak apa, sebentar lagi mereka akan tau sesuatu soal menutupi tubuh mereka" jawab Samuel di akhir tawa.
"Aku bertanya-tanya, kenapa murid-murid memanggilmu dengan Chairoz? Maksudku, kenapa tidak dengan nama panggilmu yang sebenarnya, Lion?" Pertanyaan acak itu keluar dari mulut Abraham.
Dandelion menghela napas, "Jika mereka memanggilku dengan Dandelion atau Lion, mereka akan menyebutku paman. Itu semua karna pangeran Damian yang mengajarkan anak dan kemenakannya untuk memanggilku paman."
"Hahaha maksudmu Gara dan Dylan, bukankah itu menggemaskan? Paman Lion..." ledek Arthur disela-sela aktivitasnya.
"Yang benar saja-"
"180!"
Joseph membesarkan suaranya dengan kemampuan yang ia miliki. Di dalam hutan, murid-murid yang sedang mencari dimana target pertama berada langsung panik.
"Mereka akan melepaskannya!" Teriak Piers agar yang lain bisa mendengarnya.
"Kita bahkan belum menemukan target pertama. Tempat ini seperti tidak ada ujungnya" ucap Dylan.
"Terus mencari, mungkin target pertama kita ada di goa sana atau di tanaman air" ucap Iris mencoba untuk menenangkan clannya.
"Tempat ini bahkan tidak punya tanah, kita harus mendarat di batang pohon. Apakah target pertama kita ada di lubang besar bawah sana?" Castiel memperhatikan sebuah lubang besar di bawah area Angel clan.
"Ini bahkan seperti ruangan penuh cermin terbang" geram Xavier.
"Kurasa sekarang aku paham, kenapa ibuku menyuruhku untuk baca buku" ucap Luca sambil menatap banyak gemstone yang tersebar luas di tanah seperti lautan.
"Itu... target kita" Selena menunjuk jauh ke seberang danau. Di sana ada pulau yang ditengah-tengahnya terdapat target mereka. Dia turun dari tubuh Gara, memastikan tidak ada apa-apa di dalam danaunya.
"Ini mudah!" Pekik Jack.
"Kau salah, guru-guru itu tidak mungkin memberikan tantangan kita semudah yang terlihat" balas Chlea dengan cepat.
Gara melihat ke seluruh area mereka, "Area kita cukup luas. Danau ini berada tepat di tengahnya. Jika aku melemparkan deggerku ke pulau itu, pasti tidak akan sampai, begitu juga dengan batu-batu kita. Dan air di danau ini, bukanlah air biasa."
Dia menendang batu kerikil ke danau didepannya. Saat batu itu mengenai airnya, batu itu meledak menjadu serpihan-serpihan kecil. Dan serpihan itu terus meledak ketika kembali mengenai airnya, sampai menghilang menjadi debu.
"Kau benar. Aku sempat berpikir kita akan berenang menyeberangi danau ini" ucap Ardan dengan masih terkejut dan ketakutan, ia terus membayangkan dirinya akan meledak-ledak hingga menjadi debu di danau itu.
"Jika mengenai airnya saja membuat ledakan yang tak habis-habis seperti itu, kita tidak bisa menggunakan batang pohon sebagai alat menyeberang" kali ini yang bersuara adalah Edward.
"Tadi, kau bilang tentang deggermu. Apa maksudnya?" Tanya Chlea pada Gara.
"Aku bisa menggunakannya sebagai teleportasi. Hanya perlu melakukan ritual saja. Tapi tidak akan berhasil tanpa cahaya bulan. Juga sama saja, deggerku tidak akan bisa sampai ke pulau itu karena jaraknya yang begitu jauh" jelasku.
Edward menatap Gara serius, "Apa kau punya rencana yang sudah kau pikirkan sejak awal?"
Gara menoleh ke belakang, melihat sebuah jalan setapak yang tadinya mereka gunakan untuk menuju area ini. Gara bisa merasakan aura yang nyaris serupa dengan Demon clan, hanya saja aura itu sedikit lebih dingin. "Akhinya kau bertanya. Setelah dipikir-pikir, jika di dalam area tidak ada satupun yang bisa digunakan, berarti satu-satunya alat yang bisa membawa kita ke tengah sana berasal dari luar area. Dan, kuperhatikan saat Psychofágos muncul. Ada sesuatu di telapak kakinya yang istimewa. Aku perlu melihat kegunaannya saja."
"Baiklah, katakan terus rencanamu."
"Psychofágos akan terus mengejar apa yang mereka perintahkan. Mereka memiliki kecepatan dan kelincahan. Mereka tidak terlalu pintar. Anehnya, guru mengingatkan kita tentang penglihatan mereka. Namun, aku ingin memastikan pendengaran mereka terlebih dahulu, setelahnya penglihatan mereka, dan terakhir bermain-main dengannya."
"Bagaimana caranya?" Tanya Selena.
"Kita bersembunyi, dan seseorang akan menjadi umpan-"
"Biar aku saja yang menjadi umpan" Selena menyela.
"Kau yakin?"
"Iya."
"Baiklah. Jika makhluk itu sampai di sini, Selena harus sudah bersiap diposisi. Jika dia mengejarmu, larilah, aku akan menghampirimu setelah itu. Ada banyak tapak jalan yang bercabang disini, aku akan memancingnya menuju kalian. Andai dia benar-benar mengejarku, kalian diposisi masing-masing cobalah untuk melolong, namun ku peringatkan, jangan bergerak dan membuat suara untuk kedua kalinya."
"Baik, kita harus mencari tempat sembunyi" ucap Chlea semangat.
"Semoga rencana ini berhasil. Kita harus berpencar, biarkan Selena bersamaku. Bersiaplah, dia datang dengan kecepatan biasa" kata Fara sambil memandangi jalan setapak yang mereka lalui tadi.
Ketujuh Psychofágos bergerak masuk ke dalam hutan, satu per satu dari mereka memasuki area latihan.
Di area Lycanthrope, Selena sudah berada diposisi sebelah kiri dari jalan masuk. Dia menoleh kebelakang, melihat Gara yang tidak jauh darinya, bersembunyi dibalik pepohonan. Sementara Chlea, Ardan, Edward, dan Jack sudah berpencar sesuai rencana Gara.
Suasananya tiba-tiba sangat sunyi, dan dingin. Satu Psychofágos yang akan mengganggu mereka tiba. Makhluk itu memiliki dua tangan dan dua kaki. Merangkak di atas tanah. Ekor mereka panjang dan tajam. Ada sepasang sayap berat di punggung mereka, tidak digunakan untuk terbang, hanya sebagai alat pertahanan yang keras. Kepala mereka adalah kerangka kambing bertanduk. Mereka punya tulang punggung yang menjulang keatas, dan memiki rambut-rambut halus berwarna hitam di kepala.
Pada dasarnya, Psychofágos adalah makhluk yang tidak memiliki wujud. Mereka hanya sebuah energi hitam. Namun ketika mereka hibernasi untuk mensucikan diri setelah banyak memakan jiwa, mereka akan meninggalkan tubuh mereka, menyembunyikannya di suatu tempat.
Psychofágos itu merangkak dengan pelan, dia terlihat seperti mengendus-endus tanah dan udara sekitar.
"Dia punya penciuman yang buruk" Gara melakukan Pack Link kepada yang lain, kecuali Selena.
"Kenapa kau seyakin itu?" Tanya Ardan.
"Selena ada beberapa langkah ke kanan dari tempat makhluk itu berdiri, jika penciumannya sangat baik, dia akan bisa mencium aromanya dengan mudah." Jelas Gara.
"Berarti, kita tidak perlu mencemaskan penciumannya" peringat Edward.
Psychofágos tersebut menoleh ke arah kiri, karna tidak menemukan apa yang dicari, ia pun menoleh ke arah kanan. Selena sedikit terkejut, namun sesuai kata Gara, dia tidak boleh melakukan apa-apa terlebih dahulu.
Gara yang bersiap langsung menunggu momentum. Psychofágos itu semakin mendekati Selena. Ia mengendus-endus Selena dari dekat. Anehnya, Psychofágos itu melewati Selena begitu saja. Ia kembali merangkak ke jalan kanan sambil memata-matai hutan.
"Kenapa dia melewati Selena? Apa karna dia diperintahkan untuk mengganggu Lycanthrope, sedangkan sifat Selena belum muncul?" Pertanyaan itu ada dipikiran Jack.
"Kemungkinan itu benar, andai saja Selena bisa terhubung dengan Pack Link ini, aku akan menyuruhnya untuk pergi dari situ juga dengan amat sangat pelan" Gara masih memperhatian Psychofágos itu dan Selena secara bersamaan.
Edward berada di sebalah kanan, memikirkan tentang Selena. Dari posisi yang lain, dialah yang paling dekat dengan posisi Selena. Hanya berbeda arah saja dari yang sudah direncanakan. "Aku akan membawa Selena."
"Tunggu, kau tidak bisa. Itu tidak sesuai dengan rencana" peringat Gara.
"Sejak awal rencana itu sudah tidak berjalan. Selena dalam bahaya. Dan aku yang paling dekat dengannya, aku bisa membawanya ke sebelah kiri."
Gara menatap Edward dari jauh dengan tatapan mengancam. Sebenarnya, hanya dengan tatapan itu membuat Edward goyah. Tapi dia sendiri yang memutuskan untuk tidak terganggu dengan tatapan itu. Edward keluar dari tempat persembunyiannya, dan berlari menuju Selena.
"Gara, bagaimana ini?" Tanya Chlea khawatir.
"Kita semua, termasuk Edward, masih belum tau akan makhluk itu secara detail. Tapi tidak apa, Edward. Kau tidak mendengarkan perkataanku, jangan sampai kau menyesal akan itu" geram Gara.
Setelah sampai di depan Selena, Edward membalas tatapan Gara karena perkataannya barusan. Edward mengisyaratkan untuk naik keatasnya, meski Selena tau ini bukan bagian dari rencana, dia juga pikir Gara lah yang membatalkan rencana dan naik begitu saja. Namun, karna keseimbangan Edward kurang, dia hampir terjatuh dengan hanya satu kangkah.
"Sial" ucap Edward dengan suara hampir berbisik.
Tapi, suara itu di dengar dengan baik oleh Psychofágos. Makhluk itu mengeluarkan suara-suara serak seperti teriakan kecil, bahkan ia menegakkan tulang-tulang yang menjulang dipunggungnya.
Psychofágos itu membalikkan badan, menatap Edward dan Selena secara bersamaan.