NovelToon NovelToon
Suamiku Dokter Tampan

Suamiku Dokter Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Dokter Genius / Dokter Ajaib / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Icut Manis

"ABANG HATI-HATI!!!" teriak seorang anak kecil menarik tangan Arrazi yang berdiri diatas pagar jembatan. Hingga keduanya terjatuh di alas jembatan yang berbahan beton.
"Aduh!" rintih gadis kecil yang badannya tertindih oleh Arrazi yang ukuran badannya lebih besar dan berat dari badan kecilnya. Laki-laki itu langsung bangun dan membantu si gadis kecil untuk bangun.
Setelah keduanya berdiri, si gadis kecil malah mengomel.
"Jangan berdiri di sana Bang, bahaya! Abang emang mau jatuh ke sungai, terus di makan buaya? Kalo Abang mati gimana? Kasian Mami Papinya Abang, nanti mereka sedih." omel gadis kecil itu dengan khawatir.
Menghiraukan omelan gadis kecil di depannya, Arrazi menjatuhkan pantatnya di atas jembatan, lalu menangis dengan menekukan kedua kaki dan tangannya menutupi wajah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 21 : SIANIDA

Daniah terbangun dar tidurnya, melihat sekelilingnya tidak ada makhluk bernama Arrazi di kamar. Lalu Daniah menghela nafas pelan. Kemudian ia beranjak dari kasur hendak ke kamar mandi teringat kalau dirinya belum shalat zuhur, sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 2 siang.

Pusing dan sesak di dadanya sudah tidak terasa lagi, namun kemarahan Daniah terhadap Arrazi belum hilang. Laki-laki itu sangat kejam! Tidak ada belas kasihan. Daniah keluar kamar, namun diluar kamar begitu sepi, sepertinya Arrazi keluar. Ah, baguslah jadi Daniah bisa lebih tenang sebentar tanpa kehadiran manusia itu.

Selesai shalat dan berdzikir, Daniah membuka HP-Nya. Ada chat dari Kakek yang menanyakan keadaannya di apartemen Arrazi. Ingin rasanya Daniah menjawab kalau cucu mantunya itu hampir saja membunuhnya hanya karena kopi asin itu. Namun ia urungkan. Daniah bukan anak kecil lagi yang suka mengadu.

**Daniah** : Alhamdulillah aku baik-baik aja Kek. Tapi emang belum betah aja sih, masih coba adaptasi.

Balas Daniah yang tidak langsung di balas oleh Kakeknya. Karena Kakeknya tidak sedang online. Sebenarnya Daniah tipe orang yang kalau ada masalah langsung bercerita ia tidak suka memendam sesuatu di dalam hatinya.

Tapi, Daniah tidak bisa menceritakan masalah pribadi kepada orang tuanya, ia ingin terlihat baik-baik saja di mata orang tuanya. Namun kalau dengan Eliza, ia bisa mengeluarkan uneg-unegnya dengan plong.

Karena Eliza adalah pendengar yang baik dan juga bisa menjaga rahasia, ya meskipun Eliza suka menanggapi semaunya, tapi Daniah senang dengan Eliza, ia selalu jujur dan tidak sungkan menasehatinya.

Kalau suka ya bilang suka, kalau tidak ya tidak. Juga kalau Daniah salah ya salah, tidak dibela. Tapi kalau Daniah benar, maka Eliza akan mati-matian mendukungnya. Maka dari itu, Daniah selalu berbagi cerita dengan Eliza. Sahabat rasa keluarga.

Saat ini Daniah mengirimkan chat kepada Eliza. Basa-basi menanyakan kabar Eliza dan sedang dimana perempuan itu berada.

**Eliza** : Napa lo? Kangen sama gue?

**Daniah** : Anggap aja gitu.

**Eliza** : Bentar ya Nia, gue masih di jalan, ntar gue telepon kalo udah sampe kostan.

**Daniah** : Ok.

Setelah membalas chat itu, Daniah pergi ke dapur membawa HP-Nya, niat hati ingin mengambil minum. Namun saat sampai dapur, netra Daniah terarah kan ke pantry, di sana ada botol termos dengan sticky note berwarna biru menempel diatasnya. Daniah melepas sticky note itu dan membacanya.

"***Diminum ya, habiskan***."

Bibir Daniah melengkung sedikit. Ia tahu siapa yang menulis sticky note ini. Siapa lagi kalau bukan Arrazi. Daniah memutar tutup termos itu, ia sudah tahu apa isi, sangat wangi dari dalam termos tercium oleh hidungnya.

Air di dalam termos itu air jahe. Sepertinya Arrazi merasa bersalah kepada Daniah, sampai repot-repot membuatkan air jahe untuk menetralisir kan kopi yang menjadi racun di tubuh Daniah.

Daniah menuang air jahe itu ke gelas, lalu di minumnya. Saat ia meneguk air jahe, ada panggilan telepon di HP-Nya, langsung saja Daniah mengangkat telepon itu.

"Eliza pokoknya gue mau cerita. Lo dengerin ge baik-baik. Dan gue yakin setelah ini lo juga bakal marah sama si Arrazong itu, dia hampir bunuh gue El. Temen lo yang paling cantik, imut, bahenol ini." ujar Daniah langsung nyerocos saat telepon itu tersambung.

"Bayangin coba, tai pagi dia cekokin gue kopi secangkir El. Bayangin secangkir woy secangkir! Cuma gara-gara kopi buatan gue itu rasanya asin. Mana gue nggak engeh lagi kalo garam yang gue masukin ke kopinya, bukan gula....elittt lo jangan ngetawain gue. Ini juga salah si Razong itu. Maksa gue buat bikin kopi....heuh!" Daniah mengendus kesal, orang yang menelpon masih masih menunggunya untuk melanjutkan cerita tanpa menginterupsi.

"Lo tau kan Eliza, gimana reaksi gue setelah kopi itu ketelen. Gue langsung lemes bestie, dada gue sesak, gue langsung muntah. Keknya baju dia kena muntahan gue juga deh. Untung muntahan makanan yang kena dia, bukanya lahar panas. Ishh. Nyebelin banget nggak tuh orang!"

Yang menelpon nyengir mendengar cerita Daniah, ingin ketawa juga. Namun di tahan, karena saat ini sepertinya Daniah masih terbawa emosi.

"Untung aja bukan sianida yang gue masukin ke kopinya, kalo beneran, gue yang bakal mati duluan itu mah. Gue gentayangan pokoknya kalo beneran gue yang mati! Eh, tapi kalo liat sikapnya yang kejam, galak, garang nggak berperasaan kek gitu, halal kalinya El, kalo gue masukin sianida di kopinya. Liatin aja...."

"Uhuk-uhuk!" yang menelpon itu tersedak air yang sedang di minumnya.

"Loh El, suara lo kok kayak lak......" kalimat Daniah terhenti saat melihat nama penelpon yang tertera di layar HP-Nya.

'**Arrazong**'

Mata Daniah membulat, ia langsung mematikan sambungan telepon, lalu melempar HP-Nya di pantry. Daniah keblingsatan, jantungnya berdegup kencang. Bisa-bisanya ia cerita kepada orang yang bersangkutan langsung.

Ahh, bodohnya Daniah tidak melihat dulu siapa yang menelpon, langsung terima aja dan nyerocos. HP-Nya Daniah kembali berdering membuat Daniah kaget dengan hati-hati ia melihat nama yang tertera. Saat melihat siapa yang menelpon, Daniah langsung mengangkat.

"ELIZA, DOAIN GUE MASIH BISA HIDUP SAMPE BESOK JUGA NGGAK PAPA!"

TUT....TUT......

Sambungan telepon langsung Daniah matikan. Ia melempar kembali HP-Nya dan mengabaikan air jahe yang tersisa setengahnya gelas lagi. Pikiran Daniah di penuhi dengan bagaimana sikap Arrazi saat datang nanti.

Apakah Daniah akan di telan hidup-hidup atau di cecoki kopi lagi, tapi kali ini kopinya pakai sianida. Sebelum arrazi melakukan sesuatu. Daniah harus bisa membuat Arrazi tidak marah lagi. Ya, harus. Tapi apa yang akan Daniah lakukan?

Mohon-mohon sambil berlutut di hadapan Arrazi? Memohon dengan melas sambi menampilkan puppy eyesnya untuk minta maaf, biasanya kalau ke Papi atau Atha, cara kayak gitu manjur. Tapi apa manjur juga kalau ke Arrazi?

Atau Daniah langsung peluk cium Arrazi saat laki-laki itu datang? Hiiii membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk merinding. Tidak mungkin Daniah melakukan hal seperti itu. Yang ada Arrazi malah ilfil sama dia.

Aaaahhh! Gimana ini, tolong Daniah Ya Allah.

***

Baru saja Arrazi selesai membersihkan ruangannya yang kotor bekas muntah Daniah, ia mendapat telepon dar RS. Arrazi di minta untuk menggantikan Dokter Emre yang berhalangan tidak bisa melakukan operasi di jam 11 siang kepada pasien yang akan operasi amandel.

Arrazi langsung mengiyakan setelah mengecek kondisi Daniah. Istrinya itu kini sedang tidur. Arrazi memperhatikan wajah Daniah, lalu dikecupnya kening sang istri. Dengan lirih, Arrazi berpamitan kepada Daniah yang terlihat begitu pulas tidurnya.

"Saya pergi dulu ya Nia. Di dapur ada air jahe sama sup ayam. Di makan dan habiskan ya." ucap Arrazi seolah bicara kepada orang yang tengah sadar, lalu mengecup kedua kalinya kening sang istri. Kemudian ia pergi ke RS.

Operasi berjalan dengan baik, pasien berusia 15 tahun itu kini di pindahkan ke kamar perawatan. Sementara Arrazi kembali ke ruangannya untuk membersihkan tubuhnya. Selesai mandi, Arrazi duduk di bangkunya sambil mengecek HP-Nya. Ada panggilan tidak terjawab dan chat dari Kakeknya.

Arrazi langsung menelpon balik.

"*Assalamualaikum Kek, ada apa*?"

"Dabith ini Nenek."

"*Oh, iya Nek. Ada apa Nek? Nenek sehatkan*?"

"Alhamdulillah sehat. Kamu sama Daniah gimana, sehat?"

"*Alhamdulillah sehat Nek*."

"Daniah mana? Nenek mau bicara sama Daniah."

Arrazi terdiam sejenak. Kalau ia jawab sedang ada di RS, sudah pasti Neneknya akan marah, karena ia malah bekerja di waktu cuti pernikahannya. Sepertinya Arrazi harus berbohong kali ini.

"*Aduh Nek, maaf. Daniah lagi tidur, baru banget. Kecapekan kayaknya dia." ujar Arrazi. Sebenarnya Daniah memang sedang tidur di apartemen tadi saat ia hendak pergi, tapi alasan Daniah tidur adalah kebohongan*.

"Ohh kecapekan ya..." ujar Nenek, namun Arrazi mendengar ada suara kekehan dari sang Nenek.

"*Nenek ketawa*?"

"Nggak kok. Justru Nenek lagi seneng, kayaknya Nenek bakal cepat punya cicit. Hihi."

Arrazi mengernyit keningnya. Bakal cepat punya cicit? Mulut Arrazi terbuka, baru memahami apa yang di maksud Neneknya. Seperinya Neneknya salah paham dengan alasan yang Arrazi berikan tentang tidurnya Daniah.

"Dabith, ajaklah istrimu main kesini. Nenek pengen ketemu dan ngobrol sama Daniah. Mumpung kalian masih cuti kan. Ya."

"*Iya Nek. Nanti aku ajak Daniah ke rumah Nenek*."

"Ya udah Nenek matikan teleponnya. Selamat bersenang-senang dengan istrimu Dabith." ucap Nenek lalu memutuskan sambungan telepon.

Arrazi menghela nafas pelan masih merasa bersalah pada Daniah. Tidak seharusnya memaksa Daniah untuk meminum kopi asin itu, hingga membuat istrinya tidak berdaya. Kekanakan sekali sikapnya tadi!

Ah, entah kenapa Arrazi sedari tadi selalu teringat Daniah. Sedang apa istrinya itu di apartemen? Apakah dia sudah bangun? Apakah sup nya sudah di makan? Apakah air jahe buatannya sudah di minum?

Arrazi memijit pelipisnya memikirkan gadis yang baru di nikahinya itu. Untuk menghilangkan banyaknya pertanyaan di pikiran Arrazi tentang Daniah, ia langsung menghubungi istrinya itu.

Tak perlu lama menunggu, Daniah sudah langsung menerima panggilannya teleponnya. Baru saja Arrazi hendak membuka suara, namun Daniah sudah lebih dulu nyerocos. Katanya ia akan bercerita. Namun bukan Arrazi nama yang di sebut, melainkan Eliza. sahabatnya.

Cerocos Daniah menceritakan inti dari kejadian pagi tadi gara-gara kopi asin buatannya. Mendengar cerita Daniah yang menggebu-gebu, Arrazi yakin, istrinya itu sudah sehat. Jadi tidak perlu ada yang di khawatirkan.

Daniah masih nyerocos, bahkan tak segan untuk memaki Arrazi. Bukanya marah, Arrazi malah terkekeh mendengar istrinya bercerita langsung kepada dirinya, bukan kepada sahabatnya. Arrazi meraih air mineral yang ada di atas mejanya dengan terus mendengar Daniah cerita, lalu meneguknya.

Sial! Saat Arrazi meneguk, Daniah mengatakan akan memasukkan racun sianida ke dalam kopi yang akan di berikannya kepada Arrazi. Karena suara Arrazi yang tersedak, saat itulah Daniah langsung mematikan sambungan telepon sepihak.

Arrazi tertawa membayangkan bagaimana paniknya Daniah cerita kepada orang yang bersangkutan, bahkan ia memberitahu rencananya untuk meracuni dirinya. Arrazi tidak menganggap hal itu serius, karena Daniah saat ini mengatakan hal seperti itu sepertinya haya untuk melampiaskan kekesalan kepada dirinya.

Daniah pun sepertinya bukan perempuan yang jahat dan nekat. Setelah urusannya di RS selesai, Arrazi kembali pulang ke apartemennya. Ia sempat membeli makan malam untuknya dan sang istri.

Tepat jam 8 malam, Arrazi sudah berada di dalam apartemennya. Ia tidak menemukan sosok Daniah, namun ada suara yang berasal dari kamar mandi. Arrazi menebak kalau istrinya itu sedang di dalam kamar mandi.

Setelah menyimpan paper bag berisi makanan dapur, Arrazi masuk ke dalam kamar untuk berganti baju.

"Sudah pulang, Mas?" suara itu cukup mengagetkan Arrazi yang saat itu baru saja selesai memakai baju.

Arrazi menoleh sekilas sumber suara dengan wajah datarnya, kemudian ia tutup kembali lemari dan mengambil baju kotor yang tadi ia simpan diatas kasur untuk di bawanya kebelakang.

"Biar aku aja yang simpan." ujar Daniah merebut baju yang berada di genggaman Arrazi, kemudian perempuan itu pergi membawa baju kotor sang suami.

Arrazi mengerutkan kening melihat ekspresi wajah Daniah yang terlihat kaku dan juga kalimat yang ucapannya begitu lembut, tidak seperti biasanya. Bahkan istrinya itu menggunakan kata 'AKU' untuk menyebut dirinya.

Arrazi melangkah keluar kamar menuju keluar kamar menuju dapur, ia merasa sudah sangat lapar, karena saat makan siang tadi, Arrazi hanya makan beberapa suap, karena ada pasien darurat yang harus segera ia tangani dan belum makan apapun lagi setelah itu sampai saat ini.

Saat di dapur, Arrazi melihat Daniah sedang sibuk menata piring berisi lauk, nasi dan yang lainnya. Arrazi tidak melihat ada lauk yang ia beli sebelum pulang tadi. Namun netranya melihat paper bag yang ia simpan sebelum berganti baju, masih berada di tempat semula pun. Arrazi mengerutkan keningnya.

Apakah makanan ini Daniah yang masak? Tapi mana mungkin, bukankah istrinya itu pernah mengatakan dia tidak bisa masak? Oh, mungkin Daniah membeli menu makan malam ini. Pergerakan Daniah terhenti saat melihat Arrazi sedang memperhatikan aneka makanan yang sudah terhidang di meja.

"Makan, Mas." ujar Daniah. Arrazi berdehem pelan, lalu duduk di kursi dengan wajah datarnya.

Saat Arrazi hendak mengambil nasi dari piring kosongnya, Daniah dengan cepat meraih centong nasi, lalu memberikan nasi ke piring yang sedang di pegang Arrazi.

"Segitu cukup, Mas?" tanya Daniah setelah memberikan dua centong nasi ke piring Arrazi.

Arrazi mengangguk pelan.

"Lauknya, Mas mau apa? Ada ayam rica-rica, udang crispy, capcay, bakwan jagung, telur dadar....." Daniah menyebutkan semua menu yang terhidang.

Arrazi diam memperhatikan makanan yang ada di meja makan. Bagaimana istrinya tahu semua makanan kesukaannya?

"Mas?" panggil Daniah membuyarkan lamunan Arrazi.

"Mau makan apa? Biar aku ambilkan."

"Tidak usah, saya ambil sendiri."

"Nggak papa Mas. Aku ambilkan, Mas mau apa? Ayam rica-rica? Bakwan jagung? Atau mau semuanya?" ujar Daniah menawarkan.

Arrazi kembali mengerutkan keningnya melihat sikap Daniah yang berubah menjadi manis dan lembut tidak petakilan dan cerewet seperti sebelumnya. Bukannya perempuan itu tadi marah karena dicekoki kopi olehnya? Bahkan saat bercerita, yang harusnya ke Eliza, namun malah Arrazi atas kejadian tadi pagi ia pun tampak emosi dari suaranya.

Ah, Arrazi tahu kenapa sikap Daniah tiba-tiba baik seperti ini. Arrazi mengangkat sebelah alisnya sambil melihat ke arah istrinya.

"Kamu tidak sedang merencanakan sesuatu kan, Daniah?" tanya Arrazi dengan selidik.

Mendengar pertanyaan itu, Daniah mengerutkan keningnya.

"Rencana? N.....Nggak."

Kali ini Arrazi memicingkan matanya.

"Benar kamu nggak lagi rencanain sesuatu?"

"Nggak."

Arrazi menyandarkan punggungnya di kursi, lalu bersedekap tangan di dada.

"Kok saya curiga ya sama kamu yang tiba-tiba bersikap manis seperti ini."

"Apaan sih, lagian wajar dong seorang istri masakin makan buat suaminya." segera Daniah menginterupsi kalimat Arrazi.

"Ohhh, jadi ini kamu yang masak? Bukannya kamu pernah bilang nggak bisa masak?"

Daniah terlihat salah tingkah. Benar, Daniah pernah mengatakan hal itu. Namun bukan Daniah namanya kalau ia tidak bisa mengendalikan dirinya karena ketahuan bohong. Daniah ikutan bersedekap tangan.

"Masak kayak gini mah sambil merem aja bisa!" ujarnya dengan angkuh.

Arrazi berdecih pelan.

"Saya semakin curiga kalau kamu sendiri yang masak." ujar Arrazi pelan, namun masih bisa terdengar di telinga Daniah.

"Curiga apaan sih?" tanya Daniah dengan polos dan keningnya yang mengerut.

Arrazi memajukan kepalanya, tangan kananya bergerak memanggil Daniah agar mendekat ke arahnya. Daniah manut, ia memajukan kepalanya mendekat.

"Kamu campur sianida di masakan ini?" ucap Arrazi sambil menunjuk makanan yang terhidang.

PLAK!

Daniah mengeplak kening Arrazi, hingga membuat suaminya meringis.

1
Sri Murtini
arogan krn blm menyetuh sang istri, ntar klu sudah pasti jd suami takut istri .
ha..ha...ha
Sri Murtini
Daniah sanggup menerima hukuman dr tantangan suami?
Sri Murtini
ntar cinta Nia ...jgn nyumpahi dr Arrazi lho
Sri Murtini
ompong ngangeni bisa bercandakan turuni tensi lho
Atik R@hma
itu malaikat kecilmu, si daniah😀😃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!