Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Orang Baru
Lisa pun menatap pria di depannya itu penuh selidik. Karna ada orang baru di rumahnya.
" Siapa ya?" kata Lisa
" Dia Zain ayo masuk de, kapan kau datang ke sini Zain?" kata Amar mengandeng tangan Lisa untuk masuk kedalam rumah. Yang membuat Zain tersenyum. Zain tidak menjawab pertanyaan Lisa. Karna Amar sudah memberi isyarat padanya.
" Hah... Zain...maksud abang?" kata Lisa
" Panggil saja bang Zain, abang yang akan Mengantikan bang Amar mengantar dan menjemput Lisa sekolah. Karna bang Amar ada pekerjaan di luar kota. Setelah wisuda nanti. Ya kan mar?" kata Zain tersenyum. Membuat Amar menatap Zain dengan tatapan tajam.
" Hah...bang apa itu benar?" tanya Lisa
" itu ..." kata Amar gelagapan.
Namun belum sempat Amar menjawab. Bunda sudah muncul di ruang tamu. Sambil tersenyum menyambut putrinya itu pulang
" Ade sudah pulang, oh ya ini bang Zain. Abang Lisa juga. Yang pernah bunda ceritakan tempo hari sama ade," kata bunda
" O.... yang dari kota Kediri itu ya bun? " kata Lisa tersenyum pada Zain. Dan itu membuat Zain dan Amar menatap bunda Tiar secara bersamaan.
" Sudah...ade masuk sana!! Mandi dan ganti pakaian. Bunda mau bicara dulu sama abang abang mu," kata bunda Tiar
" Ya bun" angguk Lisa menurut. bergegas menuju kamarnya. Sedangkan bunda Tiar memberi isyarat pada Zain dan Amar untuk duduk. Untuk menjelaskan kedatangan Zain yang mendadak ke rumah, pada Amar.
" Bun, kan Amar masih ...
" Tapi bang, papi dan mami mu. Sudah minta abang untuk segera tinggal disana. Hormatilah mereka nak. Apalagi Zain juga ingin menyesuaikan diri," kata bunda Tiar. Yang juga tidak bisa mencegah putra kandungnya untuk pulang kerumah.
" Ya bun, Amar akan pulang kesana dalam beberapa hari ini. Tapi beri Amar waktu," kata Amar yang masih bingung. Sembari menatap Zain.
" Maafkan aku mar, papi dan mami memintaku untuk datang kesini. Dan aku juga tidak bisa menolak permintaan mereka. Kita tetap bersaudara. Walau tidak...." kata Zain tercekat.
" Ya kalian adalah saudara bang, bunda tidak akan memaksa abang untuk pulang kesana. Jika abang mau tetap disini pun Pintu rumah ini, selalu terbuka untuk abang," kata bunda Tiar cepat menyela. Sembari merangkul bahu kanan Amar. Karna bagaimanapun Amar tetap putra yang ia besarkan.
" Zain, maaf..jangan katakan apa apa dulu pada de Lisa. Biar aku sendiri yang akan bicara padanya," kata Amar memohon.
" Ya mar, aku bisa mengerti" kata Zain mengangguk. Tahu dengan situasi Amar. Namun Zain lebih cepat bisa menerima semuanya dengan lapang dada. Karna ia lebih berpikir positif. Karna hidup adalah rencana sang pemilik dunia.
" Terimakasih Zain, kau bisa tidur dikamar ku, biar aku tidur di sofa," kata Amar
" Tidak bang, Zain akan tidur di kamar baca. Tadi bunda sudah menyiapkan kamar itu untuk Zain. Jadi abang jangan merasa tidak nyaman atau pun merasa bersalah. Itu tetap kamar abang," kata bunda Tiar mengusap bahu Amar. Yang membuat Zain merasa iri. Dengan kedekatan Amar pada ibu kandungnya. Tidak seperti maminya yang super sibuk.
" Terimakasih bun, Amar mau mandi dulu. Zain aku masuk dulu. Nanti jika aku pulang. Kau bisa menempati kamar ku," kata Amar sembari bangkit dari duduknya.
" Santai saja bro, rumah ini masih rumah mu. Apa kau lupa kita sudah sepakat bersama papi dan mami. Juga Ayah dan bunda.," kata Zain.
" Ya....dan hanya Lisa yang belum tahu," kata Amar.
" Sabar ya nak, nanti ada waktunya ade mu bisa menerima semuanya ini. Karna bunda yakin ade mu itu gadis yang baik dan pintar," kata bunda Tiar
" Ya bun, ya sudah Amar masuk dulu ya bun. Zain buat lah dirimu nyaman di rumah ini ," kata Amar
" Ya mar, santai saja bro," kata Zain tersenyum. Lalu Amar pun beranjak pergi kekamarnya. Dan sepeninggalan Amar.
" Sabar ya nak, jangan di ambil hati dengan sikap Amar," kata bunda Tiar pada Zain.
" Ya bun, Zain tahu Amar punya hati yang sensitif. Jadi kita pelan pelan saja untuk menyesuaikan keadaan ini. Semua orang pasti akan bersikap sama dengan Amar. Karna mereka pastinya masih shock dan kaget untuk menerimanya. Tapi nanti juga Amar akan terbiasa," kata Zain
" Ya nak, semoga saja semuanya baik baik saja," kata bunda Tiar yang juga belum sepenuhnya bisa menerima. Namun bunda Tiar terpaksa bersikap bijaksana. Karena bagaimana pun Zain tetap darah dagingnya.
Sedangkan Lisa yang sudah selesai mandi.
Duduk di kamarnya sambil memikirkan sesuatu.
" Bang Zain kok bisa terlihat akrab sama bang Amar ya. Padahal mereka kan tidak pernah bertemu?"kata Lisa bingung. Karna ia selalu pergi bersama dengan abangnya selama ini.
" Tunggu, apa bang Amar akan pergi keluar kota? Kapan kok ngak bilang Lisa sih" kata Lisa bicara sendiri. Lalu cepat cepat ia menyisir rambutnya.
" Ah aku tanya saja," kata Lisa. Yang lalu merapikan rambut dan mengikatnya. Lalu bergegas menuju keluar kamar.
Lisa pun menuju ruang tamu. Namun saat ia hanya melihat Zain dan bundanya di ruang tengah sedang asyik ngobrol. Lisa pun berbalik badan menuju kamar Amar. Dan saat Lisa mendorong pintu.
Clek...
" Bang....!!" kata Lisa
" Ade, ada apa ?" kata Amar kaget. Saat ia baru keluar dari kamar mandi. Yang hanya mengenakan handuk sepinggang.
" Abang kok ngak bilang sama ade, kalo mau kerja ke luar kota?" kata Lisa yang langsung mendekati Amar. Dan memeluk tubuh Amar.
Deg...
Dada Amar serasa hampir copot. Saat tangan mungil Lisa memeluk erat dirinya. Walau Lisa tidak menatapnya. Namun posisinya yang masih belum berpakaian. Membuat Amar sangat malu dan ada rasa aneh muncul. Seperti rasa lain dari biasanya.
" Ade keluar dulu, abang mau berpakaian. Nanti abang jelaskan," kata Amar bicara dengan nada lembut. Karna tahu adiknya itu enggan berpisah jauh darinya.
" Ngak mau, biasa nya abang juga peluk peluk adik seenaknya," kata Lisa memasang wajah cemberut.
Amar pun lalu mengurai tangan Lisa dengan pelan Sembari bersikap tenang Hingga mata keduanya saling bertemu. Membuat Amar merasa darahnya berdesir cepat. Karna wajah cantik Lisa terlihat jelas dengan lehernya yang jenjang. Namun Amar yang sadar. Cepat membuang padangan nya kearah lain.
" Sudah ade duduk dulu sana. Abang pasang baju dulu ya. Kata Amar yang merasa tidak nyaman. Karna kini Lisa bukan lagi adiknya yang dulu. Dan entah mengapa semuanya begitu terasa aneh buat Amar saat ini.
" Ya baiklah," kata Lisa masih cemberut. Lalu duduk di kursi belajar Amar. Dan saat itulah Amar cepat cepat menuju lemarinya untuk berpakaian. Karna tidak ingin Lisa menunggunya.
" Abang mau kemana sih, kok harus kerja keluar kota segala. Trus Ade sama siapa kalo mau belajar dan tanya tanya?" kata Lisa sambil tangannya membuka laptop Amar
" Itu hanya penawaran de, belum pasti," sahut Amar sambil menyisir rambutnya. Lalu setelah itu, ia pun duduk di sisi ranjang. Yang tidak jauh dari meja belajarnya.
" Lalu ? " kata Lisa menatap abangnya itu
" Abang tidak mungkin meninggal ade, bunda dan ayah. Abang akan usahakan cari kerja disini saja," kata Amar yang tidak ingin Lisa bertanya terlalu banyak. Takut ia akan keceplosan.
" itu bagus bang , trus kapan bang Amar wisuda?" tanya Lisa sambil tersenyum sangat manis. Hingga Amar menelan salivanya. Saat melihat senyum manis Lisa yang mengoda sisi prianya.
" Itu...abang lupa tanggalnya, tapi dua bulan lagi," kata Amar gugup. Dan ketika Lisa ingin bertanya lagi, tiba tiba...
Clek.....
" Lho kok ade di kamar abang sih, ayo keruang tengah kita ngobrol disana," kata bunda kaget. Melihat kedua anaknya itu ada di kamar Amar.
Sedangkan Zain yang ingin melewati kamar Amar pun ikut kaget saat melihat Lisa yang berada di kamar Amar.
" Bun kenapa? Kalian....!!" kata Zain ikut kaget.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar