Siapa sangka takdir membawa Kevin harus terperangkap di pondok pesantren. Dirinya tidak bisa sebebas dulu, membuat Kevin frustasinya luar biasa. Namun siapa sangka, di sana ada sosok bidadari tak bersayap yang selalu membuat mata Kevin berseri-seri. Hari-harinya yang di pikir terasa suram di pondok pesantren, namun menjadi cerah. "Ustadzah, mau enggak jadi istri saya, nikah sama saya, kalau ustadzah nikah sama saya enggak bakalan nyesel deh. Saya ganteng, kaya lagi, saya anak tunggal loh... Keluarga Pradipta lagi." ucap Kevin dengan songong, matanya mengedip pada ustadzah galak yang mengajar di kelasnya. Nadzira -- sosok ustadzah itu mendelik pada santrinya itu. "Jangan ngimpi kamu. Type saya enggak modelan kayak kamu. Cepat kerjakan hukuman kamu, jangan banyak tingkah." Cetus Nadzira galak. Kevin tidak tersinggung, cowok itu malah tersenyum lebar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 7
"Bawa bekal ya Zira, Malik, kan sudah pulang , jadi kamu harus membuat ustadz Malik senang. " Seru Abah Nurdin dari ruang depan sana sambil duduk menonton televisi.
"Jangan sampai calon suami mu itu tidak senang , apa lagi kamu jangan galak-galak sama dia. Kamu harus jadi perempuan yang lembut di depan calon suami mu . Kalau kamu sampai gagal menikah dengan ustadz Malik, Abah akan menikah kan kamu dengan juragan Sarden. Kamu mau ? Mau tidak mau kamu harus terima , karena hanya pria tua itu yang bisa melunasi semua hutang-hutang Abah. " ucap Abah Nurdin dengan nada ketus . Tidak ada pilihan yang bisa di pilih oleh Nadzira .
Nadzira menghela nafas nya kasar ,meraih kotak bekal yang memang sudah di siapkan oleh ibu nya di atas meja ,
Siti -- ibu nya langsung mengelus pundak anak nya dengan sayang . Kelakuan suami nya sudah keterlaluan menurut Siti . Namun dirinya harus bagaimana ? Siti tidak memiliki kekuatan untuk melawan suami nya itu .
Suami nya memang dengan sengaja menyerah kan anak nya pada Kyai Mahmud untuk di nikahi oleh putra pertama nya karena ingin melunasi hutang - hutang pria itu yang sudah menggunung pada juragan Sarden . Entah di gunakan apa yang nya oleh Nurdin , hingga pria itu memiliki utang sebesar itu .
Siti dan Nadzira tidak tau, mereka terkejut saat juragan Sarden datang dan mengatakan hutang-hutang Nurdin . Kecewa , jelas , tapi Siti tidak bisa melakukan hal apapun , terlebih Nurdin pria temperamental , pria itu tidak segan-segan menggunakan tangan nya untuk melampiaskan emosi nya.
"Yang sabar Zira , maaf ya , ibu enggak bisa bantu kamu " itu kalimat yang selalu di ucapkan oleh Siti pada anak nya itu . Beruntung ustadz Malik yang akan menjadi suami anak nya , diri nya tidak terlalu resah . Sebab , pemuda tampan itu sangat baik .
Nadzira tersenyum , dirinya juga tidak keberatan saat Kyai Mahmud melamar dirinya untuk putra pertama nya , terlebih Nadzira juga menyimpan perasaan pada ustadz tampan itu. "Zira pergi dulu ya Bu . Nanti kalau pulang , Zira susul ibu deh di warung. " Pamit Zira sambil menyalami sang ibu .
Siti mengangguk kan kepala nya ,
"Hati-hati sayang . Setelah pulang , kamu langsung istirahat saja , jangan susul ibu , kamu pasti capek Zira . "
"Tapi Bu --"
Siti menggeleng kan kepala nya . "Jangan membantah Zira . Kamu harus istirahat . Sudah sana pergi , nanti kamu telat . Jangan lupa berikan kotak bekal nya pada ustadz Malik . " Ucap Siti .
Nadzira tersenyum. "Assalamualaikum "
"Wa'alaikum salam . "
Ya ibu nya memang bekerja mencari uang dengan berjualan kue di sebuah warung yang ada di dekat sekolah dasar . Itu di lakukan Siti untuk membantu perekonomian keluarga nya . Sebab, Nurdin sama sekali tidak bekerja .
"Abah, Zira pamit . " Ucap Nadzira menyalami Nurdin .
Nurdin membiarkan tangan nya di cium oleh anak nya itu. "Ingat apa yang Abah katakan tadi . Jangan sampai membuat ustadz Malik kecewa . Kamu itu tunangan nya ! Beberapa bulan lagi kamu akan menikah dengan ustadz Malik . Jadi jangan sampai kamu membuat ulah . " Ucap Nurdin , bukan menasehati , tapi Nurdin selalu mengancam putri nya itu. Dirinya tidak mau kalau sampai wajah nya menjadi banyak belur lagi karena di pukuli oleh anak buah juragan Sarden .
Nadzira mengangguk kan kepala nya , walaupun dalam hati agak kecewa dengan Abah nya itu . Dirinya di jadikan bahan untuk membayar hutang sang Abah pada rentenir .
"Assalamualaikum "
"Wa'alaikum salam "
Nadzira melangkah kan kaki nya menuju pondok pasantren , seperti biasa nya , hari ini diri nya akan mengajar seperti biasa .
Kemarin dirinya di suruh oleh kyai Mahmud untuk menjemput Tunangan nya di bandara bersama dengan supir , dan Nadzira sampai di buat terpukau dengan ketampanan pemuda yang akan menikah dengan nya itu .
Sungguh ustadz Malik sangat tampan , dirinya sampai berulangkali beristighfar saat bayang-bayang wajah tampan itu terus ada di dalam kepala nya .
"Ya Allah ampuni aku . " Ucap Nadzira sambil tersenyum sendiri , mata nya menatap bekal yang akan dirinya berikan pada ustadz Malik nanti .
•
Kevin berjalan sambil mematut penampilan nya pada cermin kecil yang ada di tangan nya . Cermin itu milik mama nya . Karena di pondok pasantren tidak boleh bawa ponsel , kemarin sebelum mama nya masuk ke dalam mobil, Kevin meminta cermin milik wanita itu . Dirinya tau kalau mama nya selalu membawa cermin berwarna pink berbentuk love itu . Sengaja , memang sengaja Kevin meminta nya , tidak lucu saja , dirinya berniat mendekati seseorang di pondok pasantren ini, tapi tidak mematut penampilan nya terlebih dahulu .
Kevin ingin dirinya terlihat perpect di mata gadis cantik itu .
Kevin berjalan di lorong sepi, tujuan nya ruang guru . Ya para santri padahal sudah masuk ke dalam kelas , mereka hanya tinggal menunggu para ustadz dan ustadzah yang akan masuk ke dalam kelas masing-masing . Tapi lain Kevin, dirinya ingin melihat ustadzah cantik nya dulu .
Dan keberuntungan berpihak pada Kevin, dirinya melihat sosok Nadzira , ustadzah cantik itu berjalan sambil membawa sebuah kotak bekal , ah sungguh manis , membayangkan kotak bekal itu di berikan untuk nya , membuat hati nya berdebar tidak karuan .
Kevin langsung berjalan menuju ke arah Nadzira , pemuda tampan itu memasukkan cermin kecil itu di saku seragam nya .
Saat langkah nya sudah semakin dekat , tapi ustadzah cantik itu tidak menyadari kehadiran nya , dan hal itu membuat Kevin tersenyum geli .
Kevin berdekhem . "Assalamualaikum Ustadzah cantik "
"Ehhh"
Nadzira terkejut bukan main saat mendengar suara yang berasal dari arah belakang nya , beruntung dirinya tidak sampai menjatuhkan kotak bekal yang ada di tangan nya itu .
Nadzira buru-buru membalikkan tubuh nya ke belakang , dan saat itu mata Nadzira terbelalak melihat sosok pemuda yang kemarin di temui oleh nya sudah berdiri tidak jauh dari nya . Terlebih melihat senyuman di wajah pemuda itu . Membuat Nadzira langsung mengalihkan pandangan nya ke lain arah sambil berdecih sinis .
"Wa'alaikum salam " sahut Nadzira jutek .
Kevin terkekeh mendengar nada jutek itu, entah mengapa dirinya suka sekali , "pagi-pagi udah cantik aja ustadzah, hati aku makin tambah dah dig dug loh . " Aku Kevin memang tidak bohong .
"CK, jangan gombal ! Saya ini Ustadzah kamu . Yang sopan sedikit kamu dengan Ustadzah kamu ." Sahut Nadzira kesa , pasalnya baru kali ini ada santri nya yang berani sekali menggoda dirinya . Eh , Nadzira baru menyadari , ternyata pemuda itu sudah menjadi santri nya. Itu terlihat dari seragam yang di kenakan oleh pemuda itu.
Kevin tidak marah , diri nya malah tersenyum bahagia. "Aku enggak gombal ustadzah . Ustadzah memang cantik, Ustadzah itu bidadari surga yang memang sengaja Allah kirim untuk saya . "
Nadzira geram mendengar nya , kesal bukan main , mungkin santri nya itu akan jerah saat dirinya memberikan hukuman pada pemuda itu.
"Oiya ? Saya cantik ."
Kevin mengangguk kan kepala nya mantap , dirinya tidak bohong, gadis itu sangat cantik . Dan Kevin sangat senang ,saat Nadzira mau merespon perkataan nya .
Hati nya sudah berdebar tidak karuan , rasa bahagia sudah menyeruak memenuhi hati nya .
Nadzira mengangguk - anggukan kepala nya . "Oke , kalau begitu , ikut saya ! Saya akan kasih kamu sesuatu yang membuat kamu semakin memuji saya. "
Dengan semangat empat lima nya , Kevin langsung mengangguk dan tersenyum sumringah, di dalam hati nya sudah bersorak heboh, kalau saja diri nya tidak menjaga image nya , mungkin saat ini Kevin sudah salto saja .