Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.
"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.
"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.
Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.
"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.
"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Ada Yang Bingung
"Kemana dia?"
Bisma bersuara sembari meraih piring yang sudah dituang nasi goreng di atasnya. Mereka bertiga kini sudah berada di meja makan untuk sarapan, tanpa Haura.
Ada yang aneh memang, biasanya berempat, tapi kini bertiga. Bisma merasa atmosfernya berbeda. Makannya saja kini begitu cepat, tidak seperti biasanya.
"Siapa?" Pak Saka balik bertanya dengan kening berkerut.
"Dia, anak angkat Mama dan Papa." Bisma menyahut sembari menyelesaikan sarapannya, piringnya sudah bersih tanpa nasi sebutir pun.
"Bisa tidak sebut namanya saja, jangan panggil dia anak angkat? Kalau terdengar Haura, dia bisa sakit hati," tegur Bu Sindi memperingatkan.
"Dia memang anak angkat bukan?"
"Haura memang anak angkat, lalu kenapa? Kamu sepertinya tidak suka dengan Haura. Atau kamu memang tidak menyukai Haura tinggal di rumah ini? Tadi ditanyain, tapi sekarang disewotin. Aneh kamu ini," sergah Bu Sindi lagi sembari menatap heran pada Bisma yang kini sudah berseragam tentara.
"Tidak. Biasa saja kok, Ma. Bisma memang seperti ini bicaranya, bukan sewot. Memangnya dia ke mana?" sangkal Bisma sembari meneguk air beningnya dari gelas.
"Haura sudah berangkat ke Magelang," jawab Bu Sindi.
"Sepagi ini?" Bisma terkejut.
"Tidak, justru setelah subuh tadi dia sudah berangkat," jawab Bu Sindi lagi. Bisma tidak lagi menyahut.
"Lalu dia naik apa dari sini, motornya saja masih belum kembali?" heran Bisma.
"Teman cowoknya menjemput. Tadinya papa mau mengantar Haura, tapi temannya keburu menjemput," jawab Pak Saka.
"Lagian, kenapa motor Haura belum kembali, apa kerusakannya parah?" lanjut Pak Saka merasa heran.
"Nanti siang motornya kembali. Ya sudah, Bisma berangkat dulu. Assalamualaikum." Bisma berpamitan seraya mencium tangan kedua orang tuanya. Ia seperti tidak ingin berlama-lama lagi membahas Haura.
"Waalaikumsalam."
Pak Saka dan Bu Sindi mengantar kepergian sang anak dengan tatap heran.
"Aneh putra keduamu itu, Ma. Tadi menanyakan Haura, tapi ujung-ujungnya sewot. Apakah ada yang sudah terjadi diantara mereka?" heran Pak Saka.
"Mama tidak tahu, Pa. Sepertinya sejak kita menyampaikan niat kita ingin menjodohkan Bisma dengan Haura, Bisma jadi berubah. Dia menolak keras, tapi sesekali kelihatan tidak suka saat kemarin teman cowoknya mengantar pulang ke rumah. Bisma terlihat cemburu, mama sempat perhatikan dari raut wajah dan gestur tubuhnya. Apa mungkin sebenarnya Bisma sudah ada rasa sama Haura gitu, Pa? Kalau benar, mama senang saja. Semoga Bisma bisa menerima perjodohan ini," harap Bu Sindi panjang lebar.
"Semoga saja, Ma. Lagipula papa juga tidak mau kehilangan Haura jika dia punya jodoh lain dan dibawa jauh oleh suaminya, misalnya. Papa sudah sayang sama Haura layaknya anak sendiri."
"Papa jadi terkenang kebaikan ayahnya Haura saat sama-sama muda dulu. Dia sering bantu papa saat susah. Bahkan saat papa daftar bintara dulu, Alfan sering menolong papa, meminjamkan uang karena waktu itu papa tidak ada uang untuk memperbaiki gigi yang bolong. Sementara saat daftar Bintara yang waktunya sudah mepet, semua kesehatan diperiksa dari atas sampai bawah, termasuk gigi. Selain rapi, gigi tidak boleh bolong. Untunglah Alfan meminjamkan uang untuk papa memperbaiki gigi bolong dengan tambal yang bagus nyaris kelihatan aslinya," lanjut Pak Saka mengenang kebaikan Alfan, ayah Haura yang disinyalir saat ini sedang dirawat di sebuah yayasan ODGJ.
"Sayang sekali dia harus mengalami musibah. Kehilangan istri, uang yang ditipu milyaran rupiah. Untung saja Alfan masih memiliki sertifikat tanah yang bisa dijaminkan untuk biaya pengobatan dan perawatan di yayasan," tutur Pak Saka lagi mengenang ayahnya Haura, Alfan.
"Lalu apa kabarnya Mas Alfan, bukankah kemarin Papa sudah menengoknya?" tanya Bu Sindi.
"Dia masih diam dengan tatap kosong ke depan. Saat papa tanya, dia hanya satu kata yang diucapkan, yaitu nama almarhumah istrinya Hanifa."
"Sepertinya Mas Alfan, kehilangan berat dengan Mbak Hanifa, sampai dia terpukul dan sakit." Bu Sindi merasa sangat sedih ketika ingat dengan almarhumah ibunya Haura 10 tahun lalu.
Perbincangan mereka usai, keduanya bersiap untuk pergi ke tempat usahanya masing-masing.
Sementara itu, Bisma sudah tiba di kantor. Sebelum masuk ke dalam ruangannya, ia bertemu dengan Sertu Iklim, seorang Danru saat masih tugas di Papua. Mereka sudah sangat dekat, meskipun pangkat dan jabatannya berbeda.
"Selamat pagi, Danton. Bagaimana kabar di pagi hari ini, apakah baik?" Pertanyaan klise yang hampir setiap pagi dilontarkan Danru asli orang Sunda itu, sesekali hanya mendapat jawaban tertawa dari Bisma. Bukan rahasia lagi, keadaan di wilayah konflik bukan suatu hal yang perlu dijabarkan lagi.
Dibilang kabar baik, sehari-hari mereka harus siap menjalankan tugas dengan penuh tantangan dan kadang ketegangan, serta kesiapan mental sekuat baja. Dikatakan tidak baik, tapi nyatanya alam dan warga setempat selalu menempatkan dirinya beserta anggota lainya di tempat yang sangat baik.
Senyum, sapa, ramah, dan kecintaan warga setempat pada tentara, sudah cukup menunjukkan bahwa kabar mereka baik-baik saja. Jadi, kabar baik bagi Bisma adalah relatif dan semua tidak bisa disamaratakan, tergantung kita bisa menikmati atau menyikapinya dengan baik, yaitu disyukuri.
"Kamu tidak bisa lihat apa, aku sesehat ini?" jawab Bisma sembari tertawa.
"Maksudnya hati, Dan?" sembur Iklim lagi sedikit menggoda.
Bisma tersenyum kecut, ia tidak perlu menjawab lagi, karena Iklim juga tahu hatinya sekarang seperti apa. Dia juga tidak perlu mengatakan kalau saat ini fisiknya, terutama siku dan lututnya terluka karena menjatuhkan diri di motor.
Di dalam ruangan, Bisma sering kedapatan melamun dan termenung. Rekan-rekan seruangan maupun seleting, tanpa dia harus memberitahu, ternyata sudah menyebar dengan sendirinya. Entah dari mana awalnya. Diman, Rudy dan yang lainnya tidak henti-henti menghibur Bisma dengan guyonan renyah. Namun, bagi Bisma guyonan mereka tidak mempan, guyonan itu justru terasa basi dan bagai angin lalu.
Tiba saatnya pulang, Bisma masih pulang ke rumah kedua orang tuanya, sebab perbaikan rumahnya masih belum selesai juga. Sepertinya butuh waktu seminggu lagi untuk selesai semua. Sebab, Bisma hampir merubah semua sudut rumah. Sepertinya ia tidak mau teringat kenangan tentang Jelita, karena desain rumah itu sebagian besar atas ide Jelita.
Tiba di rumah, motor Haura sudah berada di halaman rumah dengan cantik. Tadi siang salah satu teman bengkelnya mengantar motor itu ke sini.
Bisma segera memasuki rumah, yang ternyata masih sepi. Sepertinya mama dan papanya belum pulang dari butik maupun bengkel.
Bisma menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Namun matanya hanya fokus ke pintu kamar Haura. Dia teringat Haura. Wajah sedihnya terbayang saat Haura keluar kamarnya setelah Haura mengatakan bahwa ia tidak sepadan dan hanyalah seorang anak angkat serta masih memiliki ayah seorang penyandang ODGJ.
"Kenapa aku selalu memikirkannya? Pikiranku juga tidak tenang sejak Haura pergi." Bisma mendesah, bingung dengan hati dan perasaannya.
kamu juga sering menghina Haura...
sama aja sih kalian berdua Bisma dan Jelita...😤
🤬🤬🤬🤬🤬🤬
cinta tak harus memiliki Jelita..siapa suruh selingkuh😁😁😁😁
ada ada aja nih jelita 😆😆😆😆😒
gak sia² si Bisma punya mulut bon cabe 🤣🤣🤣🤣
bilang aja kejadian yang sebenarnya...
Bisma salah paham...