Pernikahan mereka dan hubungan mereka hancur karena kesalahpahaman. Setelah mengetahui penyamaran masing-masing. Kesalahpahaman itu akhirnya terbongkar. Bagaimana cara Kalix mengobati luka menyakitkan di hati Callista dimasa lalu?
Jangan lupa baca cerita author tanpa diskip ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Saat terbangun dari pengaruh obat bius yang disuntikkan ke tubuhnya. Catherine tersenyum tipis saat bertemu pandang dengan tatapan dingin suaminya.
"Kalix! Bayi kita sudah lahir. Apa kamu yang menemani ku melahirkan tadi malam?" tanya Catherine dengan wajah berseri-seri.
"Lalu dimana kedua bayi kita?" tanya Catherine saat tidak mendapatkan jawaban dari suaminya.
Kalix tiba-tiba melangkah kearah Catherine dan membawa sebuah dokumen berwarna putih ke depannya.
"Ini apa?" tanya Catherine dengan wajah bingung.
"Mari bercerai! Tanda tangan surat perceraian ini." kata Kalix dengan wajah datar.
"A-apa?"
"Apa maksud kamu Kalix?" tanya Catherine dengan wajah panik.
"Aku mau bercerai dan serahkan hak asuh kedua anak kita kepadaku!" tegas Kalix membuat dunia Catherine hancur detik itu juga.
"Kalix! Aku yakin sedang bermimpi! Kamu tidak mungkin mengucapkan kalimat itu!" ujar Catherine mencubit kulit tangannya hingga memerah dan membiru.
"Stop! Kamu sedang tidak bermimpi!" bentak Kalix menepis tangan Catherine.
Hiks
Hiks
Hiks
Catherine tiba-tiba menangis dan menahan rasa sakit di bawah perutnya.
"Segera tanda tangan surat perceraian itu! Aku akan mengambilnya nanti sore!" kata Kalix sebelum keluar dari kamar rawat Catherine.
Catherine berusaha turun dari ranjang mengejar langkah suaminya dengan susah payah. Tanpa Catherine sadari, bekas jahitan tadi malam masih belum kering hingga terbuka kembali.
"Nyonya! Luka jahitan di perut Anda belum kering!" ujar seorang perawat yang ikut membantu persalinan Catherine tadi malam.
Tubuh Catherine tiba-tiba jatuh ke lantai, raut wajahnya berubah pucat. Kalix berusaha mengabaikan Catherine. Namun hatinya malah berkata lain. Ia mengangkat tubuh lemah Catherine dan melangkah menuju kamar rawat istrinya.
"Rawat dia dengan baik." kata Kalix sebelum kembali keluar dari kamar rawat Catherine.
#
#
#
Di mansion Albertus
Alice tak henti-hentinya menangis di samping peti mati putranya. "Mom! kita harus memakamkan Felix hari ini juga." kata Kalix mengelus punggung bergetar ibunya.
"Apa yang sebenarnya terjadi Kalix!" tanya Alice dengan mata sembab.
Harusnya Alice bahagia menyambut kelahiran kedua cucunya. Namun, Alice malah harus menerima kabar duka atas meninggalnya putra sulungnya.
"Felix mengalami koma selama 3 tahun ini setelah bunuh diri tiga tahun lalu karena ditinggalkan oleh kekasihnya. Aku sudah berusaha menyiapkan dokter terbaik menyelamatkan Felix. Namun, dokter akhirnya menyerah. Beberapa organ tubuh Felix pada akhirnya berhenti berfungsi. Hingga membuat Felix harus kehilangan nyawanya."
Hiks
Hiks
Hiks
Alice menangis tersedu-sedu mendengar perkataan putranya.
"Anakku yang malang." Alice memeluk tubuh kaku itu dengan hati hancur.
"Maafkan Mommy, Felix. Andaikan 27 tahun lalu Mommy tidak membiarkan mu dirawat oleh ayahmu. Kamu pasti hidup dengan baik hari ini."
"Mom! Bukan Mommy yang harus meminta maaf! Tapi Catherine!" sarkas Kalix dengan tatapan marah dan penuh kebencian.
"Apa maksud kamu Kalix?" tanya Alice dengan wajah bingung.
"Karena Catherine adalah mantan kekasih Felix! 3 tahun lalu wanita itu meninggalkan Felix hanya karena status Felix sebagai pria biasa!"
"Aku telah memberikan surat perceraian kepada Catherine. Aku tidak ingin hidup dengan pembunuh sepertinya."
"Lalu bagaimana dengan kedua anak kalian, Kalix? Bukankah kedua bayi mungil itu masih membutuhkan asi eksklusif dari ibunya."
"Aku akan mencari ibu susu untuk kedua anakku." kata Kalix dengan cepat.
"Lakukan apapun yang menurutmu baik, Kalix. Hanya saja, Mommy tidak ingin suatu hari nanti kamu menyesal."
"Aku tidak akan menyesal Mom! Yang aku sesalkan kenapa Felix harus jatuh cinta dengan wanita sepertinya." balas Kalix dengan tatapan penuh amarah dan kebencian yang sangat mendalam.
#
#
#
Di rumah sakit
Catherine kembali sadar setelah pengaruh obat bius di tubuhnya menghilang. Air mata mengalir deras dari sudut matanya saat melihat selembar kertas putih di atas meja.
"Apa salahku?"
"Mengapa Kalix ingin bercerai dan mengambil hak asuh kedua anak kami?" lirih Catherine sesenggukan.
Tiba-tiba seorang wanita masuk ke dalam kamar rawat Catherine dan menatapnya dengan tatapan mencemooh. "Pada akhirnya Kalix mau meninggalkan mu!" ejek wanita itu tersenyum menyeringai.
"Bukankah aku sudah bilang setelah kau melahirkan. Kau akan tahu apa alasan Kalix menikahi mu!" timpal wanita itu dengan sinis.
"Kau siapa! Siapa yang mengijinkan mu masuk ke dalam kamar rawat ku!" teriak Catherine dengan marah.
"Bukankah kau bilang kau sangat mencintai Felix! Namun, kau tidak bisa membedakan mana Felix dan mana Kalix diantar keduanya!" celetuk wanita itu membuat Catherine bingung dengan ucapan ambigu wanita itu.
"Apa maksud mu, Charlotte!"
Ya. Wanita itu merupakan Charlotte. Seorang artis papan atas yang hampir pensiun dari dunia hiburan demi seorang Kalix. Ia begitu mencintai Kalix. Namun, cintanya malah harus bertepuk sebelah tangan. Karena Kalix yang dingin tidak bisa jatuh cinta dengan wanita manapun.
Charlotte tertawa lepas dan kembali menatap wajah terkejut Catherine dengan tatapan mencemooh. "Pria yang kau nikahi selama beberapa bulan ini bukanlah Felix! Tapi pria itu adalah Kalix, saudara kembaran Felix!"
Charlotte melipat kedua tangannya di dada menatap wajah pucat Catherine dengan raut wajah puas. "Kau benar-benar terlihat tidak menyukai Felix, Catherine. Kau kotor! Felix pasti jijik mengetahui hal ini!"
Charlotte tiba-tiba menghela napas dan menatap wajah malang Catherine dengan senyuman licik.
"Tapi, sayang. Pria itu sudah mati dengan sia-sia." tambah Charlotte membuat tubuh Catherine membatu.
"Mati?"
"Apa kau tidak tahu kalau Felix mengalami koma 3 tahun ini. Ia bunuh diri setelah putus denganmu tiga tahun lalu. Kalix sangat membenci mu setelah tahu apa alasan saudara kembarnya bunuh diri."
"Bukankah wajar jika Kalix menuntut hak asuh kedua anak kalian? Kalix juga ingin kau merasakan bagaimana rasanya kehilangan sosok berharga dalam hidupmu!"
Hati Catherine semakin hancur mendengar penuturan Charlotte. Bibirnya terkunci dan tidak mampu mengucapkan sepatah katapun.
"Jadi Kalix menikahi ku hanya karena ingin balas dendam padaku?" lirih Catherine dengan perasaan kecewa.
"Tentu saja! Apa kau berharap Kalix akan mencintai wanita seperti mu! Jangan harap!" ejek Charlotte dengan wajah sinis.
Charlotte pergi dari sana setelah puas mencela Chaterine.
Chaterine tak henti-hentinya menangis mendengar semua rahasia yang selama ini disembunyikan Kalix dibelakangnya.
"Maafkan aku Felix! Aku tidak menyadarinya." gumam Catherine tiba-tiba menjambak rambutnya.
Catherine tiba-tiba teriak tidak jelas sembari menjambak rambutnya. Seorang perawat yang melintas di depan kamarnya spontan membuka pintu kamar Catherine dari luar.
"Nona!" teriak perawat itu sembari menekan tombol merah di atas kepala ranjang.
Tak beberapa lama tenaga medis yang lain datang dan salah satu dari mereka menyuntikkan obat penenang ke tubuh Catherine.
"Sepertinya dia mengalami baby blues setelah melahirkan." celetuk rekan perawat itu dengan wajah kasihan menatap mata sembab Catherine.
Berjam-jam tidur dalam pengaruh obat penenang. Catherine akhirnya bangun menjelang sore. "Aku tidak menyangka kau akan tidur nyenyak selama ini." ujar Kalix sudah duduk dengan wajah angkuh di atas sofa.
Catherine hanya diam sembari menatap langit-langit kamar rawatnya dengan tatapan kosong. "Apa kau sudah menandatangani surat perceraian kita?" tanya Kalix lagi melipat tangannya di depan dada.
Catherine tetap tidak menjawab pertanyaan suaminya. Ia tetap diam dan membisu seakan tidak tertarik saat diajak mengobrol.
Kalix tiba-tiba berdiri dan melangkahkan mendekati ranjang rawat Catherine. Ia terdiam saat melihat tidak ada tanda-tanda tatapan kehidupan di kedua bola mata hitam wanita itu.
Kalix mengguncang bahu Chaterine dan menatap wajah pucat itu dengan rahang mengeras.
"Aku sedang bertanya padamu! Apa kau sudah menandatangani surat perceraian itu!" bentak Kalix membuat Catherine sadar.
Catherine tiba-tiba mendorong tubuh Kalix hingga terjungkal ke lantai. Entah dari mana datangnya tenang wanita itu.
"Jangan sentuh aku! Aku tahu apa alasanmu menikahi ku! Apa kau sudah puas! Kau sudah berhasil membalaskan dendam mu!" teriak Catherine dengan kemarahan menggebu-gebu.
"Apa kau sudah mengetahuinya?"tanya Kalix dengan tatapan sinis.
"Pergilah Kalix! Aku tidak ingin melihat mu lagi!" kata Chaterine menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Aku akan pergi setelah kau menandatangani surat perceraian kita!" sahut Kalix tetap pada pendiriannya.
Chaterine tetap diam dan tidak bergerak sedikitpun.
"Baiklah. Aku akan memberimu waktu sehari lagi." celetuk Kalix tiba-tiba.
Kalix berniat pergi dari sana. Namun, pertanyaan Chaterine membuat langkah pria itu terhenti. Kedua tangan kekar itu mengepal dengan kuat.
"Dimana Felix dimakamkan?" tanya Chaterine dari dalam selimut yang menutupi tubuhnya.
"Kau tidak pantas menunjukkan batang hidung mu di depan makam saudaraku!" sahut Kalix keluar dari kamar rawat Chaterine.
Hiks
Hiks
Hiks
Chaterine hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Ia tidak menyangka kalau Felix akan melakukan percobaan bunuh diri setelah putus darinya.