NovelToon NovelToon
Satu Cinta Dua Hati

Satu Cinta Dua Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Kembar / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:920
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

Semuanya telah benar-benar berubah ketika mantan kekasih suami tiba-tiba kembali. Dan Elmira Revalina berpikir jika berita kehamilannya akan dapat memperbaiki hubungannya dengan suaminya— Kevin Evando Delwyn

Namun, sebelum Elmira dapat memberitahukan kabar baik itu, mantan kekasih suami— Daisy Liana muncul kembali dan mengubah kehidupan rumah tangga Elmira. Rasanya seperti memulai sebuah hubungan dari awal lagi.



Dan karena itu, Kevin tiba-tiba menjauh dan hubungan mereka memiliki jarak. Perhatian Kevin saat ini tertuju pada wanita yang selalu dicintainya.


Elmira harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Kevin tidak akan pernah mencintainya. Dia adalah orang ketiga dalam pernikahannya sendiri dan dia merasa lelah.

Mengandalkan satu-satunya hal yang bisa membebaskannya, Elmira meminta Kevin untuk menceraikannya, tetapi anehnya pria itu menolak karena tidak ingin membiarkan Elmira pergi, sedangkan pria itu sendiri membuat kisah yang berbeda.



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ayo bercerai!

    "Apa yang sebenarnya terjadi?." Tanya Kevin pada Daisy setelah dokter memeriksa keadaan wanita itu. Rasa bersalah merayapi diri Kevin ketika dia melihat perban didahi Daisy. "Maaf, aku tidak tahu kenapa Elmira berubah. Dulu dia sangat baik."

    Ketika Kevin pergi ke tempat parkiran, dia pikir dirinya melihat Elmira menarik Daisy dari kursi rodanya. Pria itu menjadi sangat gugup karena takut jika Daisy akan terluka.

    Lagipula, kaki Daisy terluka karena dirinya. Jadi, Kevin tidak ingin Daisy kembali terluka karena Elmira yang merasa cemburu.

    "Aku harap kamu bisa memaafkan dia, biasanya Elmira tidak mudah marah." Lagi, Kevin kembali buka suara.

    Mereka saat ini tengah berada di ruang rumah sakit VIP dengan Daisy yang terbaring di brankar rumah sakit karena mereka meninggalkan kursi rodanya.

    Daisy tersenyum dan meraih tangan kekar Kevin. "Hei, jangan salah paham. Ini bukan salah Elmira. Aku jatuh sendiri karena kursi rodaku sepertinya bermasalah."

    Kedua mata Kevin melebar. "Apa katamu? Elmira tidak mendorong mu?."

    Daisy menggelengkan kepalanya, menggigit bibir bawahnya. "Tidak, dia tidak mendorongku. Tolong jangan salahkan dia untuk ini, aku tidak ingin kalian berdua salah paham karena aku."

    Kevin mengernyitkan dahinya, pria itu teringat ketika dirinya mendorong Elmira dengan kasar. Dirinya bahkan tidak menoleh untuk melihat apakah Elmira terluka atau kesakitan saat terjatuh.

    Siapa yang tahu jika Kevin akan salah membaca keadaan dan menyalahkan Elmira atas sesuatu yang tidak wanita itu lakukan?

    

    Perasaan bersalah kembali merayapi dirinya. 'Kalau di pikir-pikir, aku bereaksi berlebihan tanpa mencari tahu apa yang terjadi.' Batin Kevin.

    "Aku tidak tahu—"

    Daisy menunjukan senyuman manisnya. "Kamu harus menemui dia sekarang dan menyelesaikan kesalahan pahaman ini."

    Kevin menatap Daisy, dia pikir Daisy masih tetap sama perhatiannya seperti dulu. Kevin kemudian menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku akan pergi menemuinya. Tapi pertama-tama, izinkan aku mengantarmu pulang karena kita meninggalkan kursi rodamu di kantor. Dan aku sudah memerintahkan seseorang untuk membelikan kursi roda yang baru untukmu."

    "Ya, aku terima kasih. Tapi, jangan meninggalkan Elmira sendirian terlalu lama." Kata Daisy.

    "Jangan khawatir. Aku akan menjelaskan padanya dan dia akan bisa mengerti." Jawab Kevin..

    ***

    Sementara itu, Elmira bertemu dengan sahabatnya di sebuah cafe sebelum pulang.

    "Apa? Kamu hamil?." Mata Sonia terbelalak lebar. "Ini berita yang luar biasa, El."

    Tetapi, senyuman lesu terlihat di wajah Elmira. "Entahlah, kamu benar tentang kemarin malam. Pria yang kamu lihat benar-benar Kevin. Ternyata wanita yang bersamanya adalah wanita yang selalu dicintainya sampai sekarang ini."

    "Apa-apaan ini?." Desis Sonia, tak terima. Dia mengepalkan tangannya. "Apa dia berselingkuh dengan mantan kekasihnya?."

   

    "Aku tidak tahu. Tapi, aku tahu kalau dia tidak mencintaiku, tetapi rasanya sangat sakit untuk memastikannya. Mungkin, aku harus melakukan sesuatu yang selama ini selalu aku tunda." Jawab Elmira, hatinya terasa sesak.

    "Apa kamu sudah gila? Kenapa kamu mau meninggalkan hubungan pernikahan kalian? Apa lagi setelah kamu tahu kalau kamu sedang hamil? Menjadi ibu tunggal itu sangat berat, El. Menurutku, kamu hanya perlu menyingkirkan pelakor itu. Di sini, kamu adalah istri sahnya!." Seru Sonia. "Kalau kamu tidak bisa memarahinya, aku bisa melakukan itu untukmu, aku akan melabraknya."

    "Lalu menurutmu apa yang terjadi?." Elmira menggelengkan kepalanya. "Kamu tidak melihat betapa khawatirnya Kevin ketika dia mengira kalau aku yang sudah mendorong Daisy. Kevin tanpa ragu mendorongku karena Daisy. Aku tidak sanggup melihat Kevin lebih membela Daisy, lagipula aku hanya akan mempertahankan pria yang ingin di pertahankan."

    Sonia mengangguk kecil, dia merasa kasihan pada Elmira. "Coba kasih tahu dia tentang kehamilan mu. Aku yakin kegembiraan sesaat nya setelah melihat mantan kekasihnya itu akan hilang begitu dia tahu kalian akan segera punya anak."

    Elmira meletakan tangannya di perut dan mengusapnya pelan. Pikirannya teringat ketika Kevin mendorongnya. Pria itu bahkan tidak mencoba memeriksa keadaannya untuk memastikan dia baik-baik saja. Bagaimana jika Kevin ternyata tidak ingin memiliki anak bersama dengannya?.

    Kevin mungkin akhirnya akan meminta  Elmira untuk menyingkirkan bayi mereka agar pria itu bisa hidup bersama dengan wanita yang dicintainya— Daisy Liana.

    Elmira pun kemudian menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan memberi tahu dia tentang kehamilanku. Dia tidak pernah ingin menikahiku sejak awal... Aku yakin memiliki anak bersamaku adalah hal terakhir yang diinginkannya saat ini. Aku hanya akan menghalangi kebahagiaannya."

    Sonia menghela napas beratnya. Dia menyadari bahwa Elmira telah mengambil keputusan. Jadi, tidak ada gunanya membujuk Elmira untuk tidak melakukan hal itu.

    "Aku akan mendukung keputusan apa pun yang kamu buat, El. Dan kamu harus tau kalau aku ingin kamu bahagia." Kata Sonia.

    ***

    Beberapa saat kemudian, Kevin kembali ke rumah mereka dan mendapati Elmira yang tengah menunggunya di ruang tamu. Melihat kearah wanita itu, Kevin teringat ketika bagaimana dirinya memperlakukan Elmira sebelumnya dan hatinya di penuhi rasa bersalah.

    "Elmira, dengar! Tentang tadi, aku—

    "Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, Kevin." Kata Elmira menukas perkataan Kevin.

    Wanita itu tampak penuh tekad ketika dia beranjak dari tempat duduknya dan memberikan dokumen yang ada ditangannya kepada Kevin.

    Kevin mengernyitkan dahinya karena dia bingung melihat dokumen tersebut. "Apa ini? Apa ini urusan pekerjaan? Apakah tidak bisa menunggu besok saja? Aku ingin kita bicara tentang—"

    "Tidak, aku tidak bisa menunggu. Dokumen ini berisikan surat permintaan ceraiku. Jadi, aku lakukan tanda tangannya." Kata Elmira. Wanita itu menarik napasnya dalam-dalam. "Kita berpisah saja, Kevin. Aku sudah lama menahan semua ini dan sekarang mari kita bercerai!!."

    Sementara itu, Kevin tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

    Itu bukan kata-kata yang dia duga akan keluar dari mulut Elmira.

    Kevin melihat kearah dokumen yang masih berada ditangan Elmira dan benar saja, itu adalah surat cerai dan surat pengunduran diri Elmira sebagai asisten pribadinya.

    Kevin melayangkan tatapan tajamnya ke arah Elmira. "Apakah karena kejadian tadi, kamu sampai berpikir seperti ini? Apakah itu sebabnya kamu memberikan dokumen ini padaku?."

    Elmira menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu, aku memang sudah lama ingin bercerai denganmu. Dan sekarang kebetulan Daisy telah kembali, kamu bisa bebas bersama wanita yang kamu cintai."

 Kevin mendengus, dia merebut dokumen itu dari tangan Elmira dan merobeknya hingga menjadi dua bagian, membuat Elmira terkesiap.

    "Kenapa kamu melakukan itu? Kamu jelas-jelas tidak mencintaiku, kenapa kamu tidak ingin menceraikan aku?!." Teriak Elmira.

    Ada nada putus asa dalam suaranya yang bahkan dia sadari. Jantungnya berdebar kencang dan sakit pada saat yang bersamaan.

    Elmira ingin bercerai karena selama tiga tahun pernikahan mereka, Kevin tidak pernah mencintainya. Pria itu tidak pernah terbuka padanya atau menunjukan kasih sayang apa pun.

    Padahal Elmira sangat mencintainya dan karena itulah wanita itu setuju ketika Kevin mengajaknya menikah, Elmira berharap bahwa jika dirinya menunjukkan cintanya pada Kevin dan mencintainya tanpa syarat, maka pria itu akan belajar mencintainya secara perlahan.

    Namun sayangnya, tiga tahun telah berlalu dan hati Kevin masih sedingin itu. Seberapa keras pun Elmira berusaha, wanita itu masih tidak dapat membuat suaminya mencintainya.

    "Aku mohon, Kevin. Biarkan aku pergi agar kamu juga bisa bahagia." Lagi, Elmira kembali buka suara. Kedua matanya terlihat berkaca-kaca.

    "Tidak akan pernah, kamu bilang cerai? Kamu ingin bercerai dariku?." Tanya Kevin. "Setelah menghancurkan hidupku, kamu pikir bisa begitu saja pergi dan menuntut cerai dariku? Dalam mimpimu, Elmira."

    "Kenapa? Bukankah kamu ingin bersama dengan Daisy? Dan bukankah itu alasan kenapa kamu menginap bersamanya semalam?." Elmira tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak.

    "Ah... jadi ini maksudnya? Ini bukan saat merasa cemburu, itu tidak perlu. Aku tidak melakukan apa pun dengannya.... Daisy tidak enak badan setelah pesta penyambutan nya dan aku harus menemani di rumah sakit. Kemudian dia baru diperbolehkan pulang ketika pagi hari." Kata Kevin menjelaskan.

    Elmira mengepalkan tangannya. "Aku sama sekali tidak peduli dengan penjelasanmu. Sekarang tidak ada cinta diantara kita. Lebih baik akhiri saja pernikahan ini!."

    Kevin berjalan mendekati Elmira dan mencengkram dagu wanita itu, mendongakkan wajah Elmira agar menatapnya. "Akulah yang akan mengatakan kapan pernikahan ini bisa berakhir. Aku tidak ingin mendengarmu membicarakan tentang perceraian ini lagi, kamu mengerti?."

    "Wanita yang kamu cintai sudah kembali dan jelas kamu tidak akan pernah jatuh cinta padaku. Mengapa menunda hal yang tak terelakkan?." Tanya Elmira, airmata nya menetes, membasahi kedua pipinya.

    Kevin tidak mencintainya, tetapi pria itu tidak ingin melepaskannya. Sulit untuk mengatakan apa yang sebenarnya dia inginkan. Kevin ingin bersama dengan Daisy, bukan? Bukankah itu sebabnya dia bergegas menemui Daisy begitu wanita itu kembali?

    Tatapan mata Kevin berubah menjadi teduh ketika melihat air mata Elmira, pria itu menangkup wajah Elmira dan menyeka air mata wanita itu dengan ibu jarinya. "Tidak akan pernah ada perceraian, kakek menyayangimu. Jangan membuatnya khawatir dengan masalah-masalah kecil seperti ini."

    Elmira hendak menjawab, namun tiba-tiba hidungnya mencium wangi yang menyengat dari pakaian Kevin. Wangi itu berasal dari parfum wanita yang Elmira duga itu pasti dari parfum Daisy.

    Parfum itu menjijikkan, ditambah setelah dia tahu tentang siapa pemiliknya, Elmira menghela napas dan menutup mulutnya dengan tangan.

    Dia menjauh dari Kevin dan bergegas lari ke dapur, karena tempat itu yang paling dekat.

    Pada saat yang sama, Kevin mengernyitkan dahinya, dia berjalan mengikuti Elmira dan mendapati jika wanita itu tengah muntah-muntah di wastafel.

    "Kamu baik-baik saja?." Tanya Kevin, berjalan mendekati Elmira dan membantu menahan rambut panjang Elmira saat wanita itu sedang muntah.

    Ketika Elmira sudah selesai dan membersihkannya, jantungnya berdebar kencang, dia tidak tahu apakah Kevin dapat menyadari bahwa dirinya hamil atau tidak?

    "Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba muntah?." Lagi, Kevin kembali bertanya.

    "Eh... tadi aku memakan makanan basi." Jawab Elmira mencari alasan.

    Kevin menyipitkan matanya, menatap Elmira. "Kamu selalu berhati-hati dengan apa yang kamu makan, Elmira. Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku?."

    Jantung Elmira berdegup kencang. 'Apa dia sudah mengetahuinya?.' Batin wanita itu.

    Kevin tampak mengamati Elmira, dia bisa melihat bahwa Elmira pucat dan dia juga tampak sedikit lebih gemuk.

    Kevin mengernyitkan dahinya. "Tunggu! Apa kamu—"

    Elmira menghela napas lega ketika tiba-tiba ponsel Kevin berdering dan tanpa menunggu lama lagi, pria itu segera mengangkat panggilan tersebut..

    "Halo."

    "Tuan Kevin, Nona Daisy menghilang!." Kata seseorang dari seberang sana.

    Mata Kevin terbelalak kaget. "Apa? Aku akan segera kesana!."

    Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Kevin langsung pergi begitu saja, tanpa menoleh kearah Elmira sedikit pun dan sebelum dia tahu apa yang terjadi pada Elmira.

    Kevin keluar dari rumah dengan raut wajah khawatir.

   

    Sementara itu, Elmira menertawakan dirinya sendiri. "Dan aku pikir dia tidak ingin menceraikan aku karena dia punya perasaan padaku. Tapi ternyata itu hanya khayalan ku."

    Ketika mendengar sesuatu terjadi pada Daisy Liana, Kevin langsung keluar dari rumah hanya untuk mencarinya.

    Elmira bertanya-tanya apakah Kevin akan memiliki kekhawatiran yang sama di wajahnya ketika dirinya juga menghilang.

    Tak lama kemudian, Elmira pergi meninggalkan dapur dan hendak menaiki tangga menuju kamar utama. Namun, tiba-tiba dia merasakan sakit yang tajam di bagian belakang kepalanya dan dia pun jatuh dengan keadaan matanya yang terpejam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!