Happy Reading ....
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa komen dan like ya
****
Sebagai anggota buangan klan Shen, Erlang Shen tidak diperbolehkan untuk menggunakan nama Shen di depan namanya. Oleh karena itu, dia membalik posisi namanya dan menjadikan Erlang sebagai marga. Banyak hal yang tak boleh dia lakukan, termasuk berkultivasi. namun, semua larangan itu tak dihiraukan olehnya. Dengan modal nekat, ia memulai kultivasinya. Ini adalah titik awal perjalanan sang legenda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena_Novel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 Kedatang Xia Han
Setelah Memetik herbal di dalam dan diluar gua, Erlang Shen kembali ke klan Shen. Bertepatan dengan itu, seorang gadis cantik menghentikan Erlang Shen dengan pedang yang terhunus.
"Berhenti! Kau memasuki wilayah klan Shen!" Seru gadis cantik tersebut.
"Kamu siapa?" tanya Erlang Shen.
"Aku Nona Muda klan Erlang, Erlang Ying, putri dari Patriak Erlang Juan." Erlang Ying memperkenalkan dirinya.
Jawaban dari gadis itu membuat Erlang Shen terkejut. Pasalnya, ia tak menyangka jika dirinya telah berkultivasi belasan tahun. Terlebih lagi, gadis di depannya berusia 18 tahun.
Erlang Shen tak menghiraukan Erlang Ying. Ia langsung melesat menuju ke aula klan Shen yang sekarang berganti nama menjadi klan Erlang.
"Kakak!" teriak Erlang Shen. Teriakannya itu membuat seluruh Tetua terkejut.
"Setelah 20 tahun, akhirnya kau kembali juga," ucap Erlang Juan. Ucapan Erlang Juan membuat Erlang Shen semakin kaget.
"Kakak tidak bercanda, kan?" tanya Erlang Shen kepada kakaknya, Erlang Juan.
"Tidak, kau memang menghilang selama 20 tahun, tapi anehnya kau masih seperti anak muda yang berusia 15 tahun," jelas Erlang Juan.
"Tapi, bagaimana mungkin? Bukankah aku hanya berkultivasi selama beberapa hari saja?" tanya Erlang Shen.
"Memangnya kau berkultivasi dimana?" tanya Erlang Gu.
"Di gua yang terletak di sebelah utara klan sekitar 400 meter dari sini," jelas Erlang Shen.
"Gua hampa, pantas saja kau tidak kembali-kembali. Gua itu sangat aneh. Saat ada orang yang berkultivasi di dalam gua, maka aliran waktu di dalam gua itu akan berhenti. Bisa juga melambat atau aliran waktunya menjadi sangat cepat. Melihatmu yang tak berubah sama sekali, kakek yakin aliran waktu di sana berhenti," jelas Erlang Gu.
"Masih mending hanya 20 tahun, daripada berkultivasi disana selama ratusan tahun," lanjut Erlang Gu.
"Kalau begitu, aku akan pergi lagi." Erlang Shen melesat meninggalkan aula klan. Sebelum ia meninggalkan klan, Erlang Yun langsung menghentikannya.
"Bocah nakal, setelah menghilang selama 20 tahun, kau ingin pergi lagi?" tanya Erlang Yun.
"Maaf, ya, kakakku yang paling cantik, aku mau pergi lagi. Tenang saja, aku akan kembali dan tak akan menghilang lagi." Erlang Shen langsung pergi sebelum Erlang Yun meresponnya. Hal itu membuat Erlang Yun kesal dan mengumpat.
"Belum juga dia bertemu dengan keponakannya, dia sudah menghilang," kesal Erlang Yun.
"Meski usianya yang sesungguhnya adalah 35 tahun, tapi secara spesifik ia masih anak-anak," jelas Erlang Tang.
"Setidaknya dia menginap dulu, jangan pergi-pergi saja," ucap Erlang Yun.
Erlang Shen sebenarnya belum pergi. Ia berziarah di makam kedua orang tuanya yang terletak di bekas wilayah buangan klan Shen. Makam itu sangat terawat hanya ada beberapa rumput ilalang yang tumbuh disekitar makam.
"Ayah, Ibu, aku sangat merindukan kalian," ucap Erlang Shen.
"Andai saja kalian bisa hidup kembali, aku akan sangat bahagia, tapi itu tidak mungkin," lanjutnya.
"Ibu, ayah, aku pergi dulu." Erlang Shen meninggalkan makam kedua orang tuanya. Ia melesat meninggalkan kota Anggrek.
Erlang Shen sangat kaget ketika melewati kota yang dulunya merupakan hutan. Hanya sebagian kecil saja hutan yang masih tersisa.
"Seharusnya wilayah hutan luas ini dulunya adalah hutan yang berbatasan langsung dengan sekte Bintang Es," batin Erlang Shen.
Erlang Shen melesat melewati kota tersebut. Setelah melewati kota, ia tiba di wilayah bersalju. Tempat itu mengingatkannya kepada seseorang yang dulu menyerangnya.
"Di pasang es ini ada beberapa herbal langka dan juga mutiara es. Aku tidak akan melewatkan kedua barang langka itu." Erlang Shen mendarat di atas es. Setelah memeriksa es tersebut, ia kemudian mengambil herbal es dan juga mutiara es tanpa menyisakan sedikitpun. Bahkan, sisa-sisa mutiara es atau herbal muda tak disisakan oleh Erlang Shen.
"Karena salah satu orang dari sekte Bintang Es perna menyerangku, jadi, sebagai kompensasi aku akan mengambil sebagian sumber daya di tempat ini." Erlang Shen kembali menjelajahi hamparan es yang luas itu. Setiap menemukan herbal, Erlang Shen memetik semuanya. Herbal yang disisakan pun hanyalah herbal yang baru tumbuh.
"Terima kasih atas herbalnya." Erlang Shen berteriak. Teriakannya itu terdengar hingga ke aula sekte Bintang Es.
Seorang tetua yang mendengar teriakan itu langsung ke pasang es dan memeriksa herbal-herbal yang ada di sana. Dia juga memeriksa mutiara es dan beberapa sumber daya langka lainnya. Namun, semuanya sudah tidak ada. herbal yang tersisa hanyalah herbal yang baru tumbuh.
"Hai, Paman, kita bertemu lagi." Erlang Shen tiba-tiba saja muncul di depan Tetua sekte Bintang Es. Ia memukul Tetua itu, sehingga sang Tetua terlempar puluhan meter.
"Bocah sialan, bocah b*ngs*t." Tetua sekte Bintang Es mengumpat penuh amarah.
"22 tahun yang lalu, Paman memukul seorang anak yang berusia 13 tahun. Anak itu kedinginan, tapi Paman tidak mempedulikannya," ucap Erlang Shen.
"Jangan-jangan ... Kau adalah anak itu." Tetua itu menebak. Erlang Shen tersenyum kecil lalu ia merubah tampilannya menjadi dirinya sewaktu berusia 13 tahun.
"Ya, akulah orangnya," jawab Erlang Shen.
"Tidak usah bingung, aku akan membuat paman merasakan apa yang kurasakan." Erlang Shen memasukkan diagram es ke dalam dantian Tetua tersebut. Diagram es itu sama fungsinya dengan racun bulan es.
"Nikmatilah rasa dingin itu." Erlang Shen melesat meninggalkan Tetua sekte Bintang Es. Tetua itu hendak mengejar, tapi tubuhnya tiba-tiba saja kedinginan.
"Perlahan-lahan, es itu akan membunuhmu," gumam Erlang Shen.
"Bocah nakal." Erlang Chang tiba-tiba saja muncul di hadapan Erlang Shen. Kemunculan kakaknya membuatnya terkejut, hampir saja terjatuh.
"Kakak, kenapa kau tiba-tiba muncul di depanku?" Protes Erlang Shen.
"Bocah nakal! Ada hal penting yang harus kukatakan padamu, tapi kau sudah pergi." Erlang Chang menatap adiknya dengan kesal.
"Apa itu?" tanya Erlang Shen.
"Hari ini, kakek Han akan datang. Kakek Han adalah ayah dari ibu. Sekarang juga kau kembali ke klan. Kalau menolak, maka kau akan kubawa paksa," ucap Erlang Chang.
"Aku tidak mau bertemu dengannya. Saat Ibu disiksa dan dieksekusi, dia tidak pernah muncul," ucap Erlang Shen.
"Berhentilah membantah." Erlang Chang menarik pakaian Erlang Shen dan membawanya ke aula. Orang-orang yang ada di aula menertawakan Erlang Shen yang dibawa paksa oleh kakaknya, Erlang Chang.
"Kalau masih tertawa, maka kubuat paman Tetua tidak bisa bicara," kesal Erlang Shen.
Bukannya berhenti, para Tetua justru tertawa terbahak-bahak. Bahkan, Erlang Juan ikut tertawa. Erlang Shen yang kesal membuat segel tangan, tapi Erlang Yun langsung menghentikannya.
"Jangan banyak tingkah, kakek sudah datang," ucap Erlang Yun. Tatapan Erlang Yun membuat Erlang Shen diam. Bukan takut, melainkan ia teringat dengan ibunya.
"Kakek pasti akan bertanya kenapa aku terlihat seperti pemuda berusia 15 tahun. Kalau aku tidak ada, kakek tidak akan banyak tanya," protes Erlang Shen.
"Lapor, Patriak, Tuan, Nona, Patriak Han beserta rombongannya sudah sampai." Seorang pengawal klan Erlang melapor. Erlang Juan mengangguk, lalu pengawal itu pergi.
"Bocah kecil, kau tidak ingin mengenal keponakanmu?" tanya Erlang Shao.
"Baiklah." Erlang Shen berdiri, wajah kesalnya berubah menjadi datar tanpa ekspresi.
"Cucu-cucuku, akhirnya aku menemukan kalian." Xia Han berlari kearah Erlang Yun, namun sebuah sekat tipis langsung menghentikannya.
"Jangan pernah menyentuh kakakku," ucap Erlang Shen.