Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Persiapan penyerangan
Aroma masakan menguar dari arah dapur saat Amelia berjalan menuju dapur kini dengan memakai piyama yang dibelikan Maxime. Gadis itu tersenyum kecil saat melihat Maxime yang fokus pada masakannya. Ia benar-benar tidak menyangka jika takdir kembali mempertemukan mereka. Ia pikir saat pertama kali datang ke negara ini ia tidak akan pernah bertemu dengan Maxime karena saat itu Maxime yang tidak bisa di hubungi.
"Max, sini biar aku yang melanjutkan. Kamu sebaiknya berganti pakaian," ucap Amelia menahan dirinya untuk tidak bertanya pada Maxime darimana saja pria itu sebelumya.
"Ini sudah hampir matang, kamu duduk saja!," jawab Maxime.
Amelia mengangguk patuh dan duduk di meja makan menunggu Maxime menyelesaikan masakannya. Ia terus memperhatikan Maxime yang sedang fokus pada masakannya. Entah dari mana pria itu sebelumnya.
Amelia menopang kepalanya dengan keduanya tangannya dengan tatapan terus tertuju pada Maxime. Pria yang sudah mencuri sepenuhnya hatinya. Maxime begitu sangat mempesona dengan ketampanannya, ia yakin sebelum bertemu dengannya begitu banyak wanita yang memujanya atau bisa saja sekarang ini masih banyak wanita yang ingin mendekatinya. Tidak pernah sebelumnya terbayangkan olehnya anak memiliki kekasih seperti Maxime. Ia hanya gadis biasa yang juga tidak terlalu cantik.
"Amel...," seru Maxime menyentuh bahu gadis itu dengan pelan membuat Amelia tersentak kaget.
"Ah ya Max, kenapa?," tanya Amelia.
"Mikirin apa, hum?. Jangan coba-coba untuk berpikir pergi lagi dari hidupku Amel," jawab Maxime segara duduk disebelah Amelia memperhatikan gadis itu dengan begitu intens.
Amelia tersenyum tipis lalu mengggeleng pelan. Ia mengalihkan pandangannya kearah lain karena gugup di perhatian sedekat itu oleh Maxime. Senyuman gadis itu merekah saat mie rebus pesanannya sudah jadi dan sudah ada di hadapannya.
"Terimakasih mie rebusnya Max," ucap Amelia. Sebenarnya ia begitu sangat tidak enak hati merepotkan Maxime tapi pria itulah yang menawarkan diri untuk memasak makanan untuknya.
"Ya. Dan kamu belum menjawab pertanyaan aku Amel," jawab Maxime.
"Pertanyaan yang mana Max?," tanya Amelia mengaduk mie rebusnya karena masih sangat panas.
"Kamu jangan berpura-pura tidak tahu sayang. Ayo jawab!," jawab Maxime terus menatap Amelia menuntut gadis itu menjawab pertanyaannya.
Amelia kembali menggeleng."Semua tuduhan kamu itu tidaklah benar Max. Aku tidak pernah berniat seperti itu. Bagaimana caranya aku pergi dari sini karena tempat ini berada di tengah hutan," jawab Amelia.
"Lalu apa yang sedang kamu pikirkan sehingga kamu terlihat melamun?," tanya Maxime.
"Aku hanya berpikir, kenapa kamu bisa menyukaiku Max. Padahal aku hanya gadis biasa yang juga tidak terlalu cantik. Kamu punya segalanya sedangkan aku hanya gadis yatim piatu yang tidak punya apa-apa," jawab Amelia terdengar lirih. Memang ia tidak memiliki siapapun lagi di dunia ini.
Maxime mengenggam tangan Amelia dengan lembut."Amel, kita tidak bisa menentukan kepada siapa hati kita berlabuh. Dan hatiku memilihmu sebagai kekasihku bahkan memilihmu untuk menjadi ibu dari anak-anakku kelak. Dan jangan berpikir kamu itu tidak cantik, kamu itu cantik dimata orang yang benar-benar mencintaimu," jawab Maxime membuat Amelia tersipu malu.
"Jadi jangan lagi merasa minder," sambung Maxime.
Amelia mengangguk pelan lalu menyuap mie rebus buatan Maxime."Eum...mie ini enak sekali Max, kau itu cocok sekali jika membuka restoran. Setiap masakan yang kau masakan begitu sangat lezat Max. Aku yang perempuan saja tidak bisa memasak seenak ini," puji Amelia. Ia akui masakan Maxime begitu sangat enak padahal ini hanya mie rebus.
"Mie ini spesial sayang, aku membuatnya dengan cinta. Jadi wajar rasanya enak," jawab Maxime membuat Amelia seketika tertawa renyah.
"Jawabanmu ada ada saja Max," kekeh Amelia menyeruput kuah mie instan buatan Maxime yang terasa begitu nikmat di lidahnya.
"Aku serius Amel," jawab Maxime dengan tatapan serius pada Amelia.
Amelia mengangguk pelan." Iya aku percaya," jawab Amelia tersenyum tipis menatap Maxime yang juga menatapnya. Tatapan mata mereka saling bertemu dan mengunci.
"Kamu cantik Amel, sangat cantik," ujar Maxime yang terdengar seperti bisikan. Wajah polos Amelia tanpa memakai make up benar menghipnotisnya, gadis ini jauh lebih cantik jika tidak memakai makeup.
Amelia memutus tatapan mata mereka dan mengalihkan tatapannya kearah lain. Jantungnya berdegup kencang mendengar kata-kata Maxime dan pipinya saat ini memerah karena malu.
"Ayo habiskan mienya. Katanya tadi lapar," ucap Maxime mengacak rambut panjang Amelia. Pria itu tersenyum tipis melihat sikap malu-malu Amelia yang membuatnya gemas.
Amelia mengangguk tanpa berani lagi menatap Maxime. Ia yakin pria itu masih memperhatikannya dan itu membuatnya sedikit salah tingkah.
***
Maxime memasuki ruang penyimpanan persenjataan yang ada dibangunan besar itu. Ia mengambil beberapa senjata yang akan ia gunakan nantinya. Senjata ini adalah senjata milik Grandpanya dan akan ia gunakan untuk membebaskan Grandpanya dari sekapan Kakek Armand yang selama ini ia anggap sebagai Kakeknya yang ternyata tidak lebih dari serigala berbulu domba.
"Tunggu pembalasanku Armand, aku tidak akan melepaskanmu kali ini," gumam Maxime.
Rencananya besok malam ia dan Lucas akan menyerang markas milik Armand. Dan ia sudah menyusun rencana untuk mengepung markas itu karena ia tahu betul detail markas itu dan dimana letaknya ruang bawah tanah yang selama ini dilarang Armand untuk siapapun memasukinya. Ternyata ada alasan besar dari larangannya itu.
Maxime keluar dari ruangan penyimpanan persenjataan itu dengan menenteng tas yang cukup besar berisi senjata yang akan ia gunakan besok malam. Raut wajahnya begitu sangat dingin dan penuh dendam. Ia tahu besok malam akan menjadi malam berdarah karena kemungkinan akan banyak yang akan menjadi korbannya.
"Max..," seru Amelia membuat Maxime menghentikan langkahnya. Pria itu langsung merubah raut wajahnya kembali terlihat hangat pada Amelia.
"Kamu sudah bangun?," tanya Maxime melihat Amelia sudah berpakaian rapi.
"Sudah," jawab Amelia dengan tatapan tertuju pada tas yang berada di genggaman tangan Maxime.
Maxime yang tahu akan arti tatapan Amelia meletakkan tas itu dan melangkah menghampiri Amelia."Kamu sudah memakan sarapanmu?," tanya Maxime dengan lembut.
Amelia menggeleng."Belum, aku ingin kita sarapan bersama. Oh ya tas itu isinya apa?," tanya Amelia dengan tatapan penuh selidik.
"Bukan apa-apa. Hanya beberapa pakaian saja," bohong Maxime. Ia tidak ingin Amelia tahu rencananya besok malam. Ia tidak akan melibatkan gadis itu dalam rencananya karena ia tidak ingin terjadi hal buruk pada sang kekasih. Amelia begitu berharga baginya melebihi apapun yang ada di dunia ini. Begitu dalamnya cinta yang ia miliki untuk sang kekasih sehingga ia tidak ingin hal buruk menimpanya.
"Kalau begitu ayo kita sarapan," ujar Maxime mengalihkan perhatian Amelia agar tidak lagi bertanya. Diam-diam Maxime memberi kode lewat matanya pada salah satu anak buahnya yang ada di ruangan itu untuk mengamankan tas yang ia bawa tadi.
...****************...
..ingin menyakiti Amelia tapi terkena diri sendiri,Terjebak dengan ulahnya..sebab itu jangan iri dan dengki kan dah kena getah nya...
Apa pandangan MU Lukas cintakah,pada wanita tua lampir itu orang yang ingin mencelakai Cucumu juga ..
Max kau jangan mengiba pulak ,bukankah sudah kau mengancamnya namun apa dia peduli malah ingin meracuni grandpa MU sendiri ,
Bastian lelaki yang tidak pernah tegas kepada kedua wanita kembar lampir memiliki seorang ibu yg ingin meracuni suaminya sendiri... mereka tidak tahu berlatar belakang siapa Grandpa Lemos ....
"Musuh DaLaM SeLiMut"....
Max jangan bertele tele lagi seharusnya berbincang dengan lemos dan Lukas mengenai Laura sebelum melangkah jauh ,..