Albert Smirt, mafia kejam yang ditakuti semua orang. Dan yang membuat kita tahu bahwa mafia ini juga sering bermain dengan wanita mal4m maupun wanita pengh1bur untuk memenuhi kebutuhannya. Namun saat ia bertemu dengan seorang wanita yang bernama Bella/Bellinda dari sebuah insiden, membuat dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama dan merubah dirinya menjadi pria yang sangat posesif hingga membuatnya candu. Bagaimana selanjutnya?
"Kita mulai yah!" kata Albert.
"Tapi, mungkin ini sakit," ucap Bella.
"Aku tidak akan menyakitimu, Sayang. Jadi kita mulai yah!" ucap Albert sekali lagi yang di jawab anggukan kepala oleh Bella.
penasaran? yukk baca!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aery_your, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyusup
Siang ini, kedua sepupu Albert dan bodyguard di mansion sedang melakukan pekerjaan diluar. Hanya ada yang tersisa dua sampai empat orang yang sedang berjaga di depan.
Albert yang sedang duduk di halaman belakang mansion sendirian memasang telinganya dikala ia mendengar suara langkah kaki dan suara yang tengah mengadu kesakitan. Satu ringisan lepas saat pria itu berbalik melihat seorang gadis sedang berjalan tertatih memasuki mansion dari arah belakang.
Tangis kecil, yang masih ia tahan terdengar saat Albert melangkahkan kakinya berlari menghampiri gadis itu.
"Kamu kenapa Bella? Astaga kaki kamu," pekik Albert yang melihat kaki Bella mengeluarkan darah.
"Tu tuan," lirih Bella.
Ya itu Bella, entah apa yang terjadi pada gadis itu? Albert yang merasa khawatir dengan cepat menggendong tubuh gadis itu memasuki mansion.
"MIKA!" teriak Albert.
Mika dari arah berlawanan berlari menghampiri Albert yang terlihat menggendong tubuh seorang wanita.
"Astaga ada apa ini, Tuan?" tanya Mika.
"Kau yang ada apa, mengapa kau meninggalkan dia sendiri?" jawab Albert kesal.
"Ma maaf Tuan, tolong bawa dia ke kamarnya Tuan!" ucap Mika. Albert yang di perintah seperti itu menatap mika dingin lalu berjalan meneruskan langkahnya. Merekapun menaiki tangga.
Sesampai dikamar, Albert dengan cepat menelpon Dimas untuk segera ke mansion-nya.
Setelah menelpon, Albert berjalan mendekati Bella yang masih meringis kesakitan sambil memegang betisnya.
"Astaga Nona, ini kenapa bisa terjadi?" tanya Mika.
"Hiss! A aku sedang berjalan-jalan di halaman belakang, terus aku merasa ada yang menembus kakiku. Seperti ada yang menembak. Hiss ah!!" jelas Bella meringis saat ia menggerakkan kakinya.
Albert yang mendengar itu sontak mengusap wajahnya frustasi. Ia ber bolak-balik bak setrika. Sepertinya musuh Albert sudah berada disekitaran mansion. Dan ia akan mencari tahu siapa yang berani melukai gadis yang ia suka.
"Nona tahan yah!" ucap Mika sembari membersihkan darah yang ada di kaki gadis itu.
"Ah.. pelan-pelan!" cicit Bella menahan.
Dan tak lama kemudian, Dimas pun tiba dikamar bella, "Ada apa ini? Apa yang terjadi?"
"Kau jangan banyak tanya dulu Dimas, kau obati dia lebih dulu!"
Dimas mengangguk lalu mendatangi Bella.
Sementara Albert, ia berjalan mendekati jendela besar sambil memperhatikan sekitar halaman yang terhubung dengan kamar Bella. Ia mengambil ponselnya lalu menghubungi Frans.
Tut
Tut
(Ada apa Albert?) tanya Frans dari ujung telepon.
"Ah, tidak apa-apa," jawab Albert lalu mematikan sambungannya.
Ia menatap layar ponselnya lalu berdecih. Bisa-bisanya dia menghubungi Frans.
Hening.
Beberapa detik kemudian, ia berbalik badan melihat Bella yang sedang di obati Dimas sedangkan mika tengah memegang tangan Bella agar Bella bisa menahan rasa sakit saat lukanya dijahit. Walau sebenarnya sudah disuntik penghilang rasa sakit oleh Dimas.
Tak mengambil waktu lama, Albert beranjak dari kamar itu menunju salah satu ruangan.
Sesampai di ruangan, ia duduk di kursi kepemimpinannya lalu membuka komputer dan membuka CCTV hari ini.
Dan betapa terkejutnya, saat ia melihat seseorang dari kejauhan sedang menodongkan sniper pada Bella. Dan disitulah, Bella terpekik hingga terjatuh. Ia memegang kakinya sambil menahan sakit. Matanya berkeliaran melihat sekitar halaman belakang itu lalu segera berdiri sambil menyeret kakinya.
Albert menghajar meja kerjanya sambil mengepalkan tangan. "Pantas. Aku tidak akan membiarkan orang itu hidup karena sudah melukai gadis yang aku cintai!" cicit Albert marah.
***
Setelah beberapa menit kemudian, Dimas meletakkan kembali peralatannya, sebab ia baru saja menjahit kaki Bella karena sudah mengeluarkan peluruh yang ada di betis gadis itu.
"Bagaimana, keadaan Bella?" tanya Albert yang baru saja berpapasan didepan kamar Bella saat Dimas keluar bersama Mika.
"Permisi Tuan," pamit Mika.
"Hum," jawab keduanya.
"Apa yang terjadi Albert?"
Mereka berjalan menuju balkon. "Seorang penyusup telah menembak Bella dari halaman belakang."
"Apa?" pekik Dimas. "Memangnya semuanya dimana? Kenapa tidak ada yang tau ada penyusup?"
"Mereka sedang mengerjakan tugas diluar."
"Tapi, ini pertama kalinya Seperti ini."
Albert mengangguk. "Kau benar. Ini baru terjadi. Dan aku tidak akan membiarkan penyusup itu berani masuk ke mansionku apalagi melukai Bella."
Dimas tersenyum mendengar itu. "Apa kau menyukai dia?"
Albert tertegun, ia baru menyadari perkataannya. "Kalau kau benar menyukainya, lebih baik kau cepat mengutarakan perasaanmu padanya! Jangan sampai pria lain memilikinya. Kau tau kan, kalau Bella gadis yang sangat cantik. Aku saja terpesona melihat kecantikannya," jelas dokter muda itu.
Mendengar pernyataan terakhir sahabatnya, Albert langsung melempar tatapan dingin kearah Dimas. Membuat Dimas bergidik ngeri. "Heheh kau ini, aku hanya bercanda," godanya yang sebenarnya memang sebuah kenyataan.
Albert berdecih, ia mencibirkan bibirnya ke atas. "Sekarang kau banyak bicara Dimas."
"Heheh!" sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kalau begitu, aku harus kembali kerumah sakit. Rawat dia, jangan sampai dia telat meminum obatnya!"
"Hum."
Dimas pun pergi, akan tetapi, ia berhenti lalu berbalik kearah Albert. "Ingat, ungkapkan perasaanmu padanya, sebelum pria lain mengambilnya darimu!" ucapnya terkekeh lalu kembali melangkahkan kakinya pergi.
Albert hanya diam. Ia mencerna perkataan Dimas lalu tersenyum. Tak lama kemudian, seseorang dari belakang muncul.
"Tuan."
Albert berbalik. "Orang itu sudah ditangkap Tuan. Dan sekarang sudah berada di gudang belakang," ucap seseorang.
"Bagus!" seru Albert menyeringai. Ia pun berjalan menuju gudang belakang.
Sesampai di gudang, Albert menendang pria yang sudah menembak Bella hingga tersungkur ke lantai. "Jangan biarkan dia mati dengan mudah. Siksa dia sampai dia tak bisa bernafas lagi!" perintah Albert dingin.
Malam pun tiba, Albert membawa nampan yang berisi bubur dan segelas susu. Ia membuka pintu kamar Bella, dengan sangat hati-hati.
Ceklek
Pintu terbuka, didalam sana Bella sedang duduk sambil menatap Albert yang berjalan masuk. "Tu tuan," pekik Bella terkejut melihat kedatangan Albert. Bukan terkejut karena kedatangannya, melainkan tentang Albert yang sedang membawa makanan untuknya.
Albert tersenyum saat ia sampai di samping ranjang Bella, ia menaruh nampang itu di atas nakas. "Kamu makan dulu!" ucapnya.
Bella mengangguk. Albert mengambil kursi lalu duduk di samping Bella, ia pun kembali mengambil nampang yang berisi bubur itu. "Ayo buka mulut!"
"B biar saya saja Tuan," tolak Bella tidak enak hati.
"Aku tidak suka dibantah Bella!" Dan dengan cepat Bella menelan salivanya lalu membuka mulut.
Satu sendok masuk kedalam mulut gadis itu, membuat Albert tersenyum.
Tampan.
"Buka lagi!" kata Albert menyuap Bella yang kedua kalinya.
"Aku ingin, kamu jangan panggil aku Tuan!"
"T terus, aku harus panggil apa?"
Albert tersenyum lagi. Ia memajukan wajahnya membuat jantung Bella berdegup kencang, "Panggil aku Albert!" ucap Albert pelan hingga hembusan nafas mintnya terhirup di indera penciuman Bella.
"Apa kau sudah mengerti Bella?" lanjut Albert yang dijawab anggukan kepala oleh Bella.
"Bagus! Habis ini, kamu minum obat yah!"
''B baik Tu-- eh, Al albert.."
Beberapa menit kemudian, Bella selesai makan dan selesai minum obat, hingga suara pintu terbuka membuat keduanya menoleh. "Bella," teriak seseorang dari luar .
"Frans, Joe." Bella terpekik, begitupun Albert, ia merasa geram atas kedatangan Frans dan Joe yang tiba-tiba mengganggu suasana.
"Bella, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Frans panik, sambil menaruh paper bag coklat yang ia bawa. Ia terkejut saat ia sampai di mansion, ia bertemu dengan Mika, lalu menanyakan Bella ada dimana. Dan alhasil, Mika memberitahukan insiden siang tadi pada Frans.
"Iya. Aku tidak apa-apa kok Frans. Untung ada Albert yang membantu dan mengurus aku," jawab Bella.
"A apa? Albert," pekik Frans dan Joe menatap Albert yang sudah tersenyum bangga.
Albert berdiri lalu menghampiri kedua saudara sepupunya. "Bella mau istirahat, dan kita tidak boleh mengganggunya. Ayo keluar!"
"T tapi, Bella."
"Ayo!" tekan Albert menarik tangan Frans dan juga Joe keluar.
Bella yang melihat itu, hanya bisa terkekeh sambil menggeleng.