NovelToon NovelToon
PENGANTIN MERAH : KUTUKAN BUNGA MAWAR

PENGANTIN MERAH : KUTUKAN BUNGA MAWAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Deskripsi:
Di sebuah ruang sunyi yang dihiasi mawar merah dan lilin-lilin berpendar redup, seorang pengantin dengan gaun merah darah duduk dalam keheningan yang mencekam. Wajahnya pucat, matanya mengeluarkan air mata darah, membawa kisah pilu yang tak terucap. Mawar-mawar di sekelilingnya adalah simbol cinta dan tragedi, setiap kelopaknya menandakan nyawa yang terenggut dalam ritual terlarang. Siapa dia? Dan mengapa ia terperangkap di antara cinta dan kutukan?

Ketika seorang pria pemberani tanpa sengaja memasuki dunia yang tak kasat mata ini, ia menyadari bahwa pengantin itu bukan hanya hantu yang mencari pembalasan, tetapi juga jiwa yang merindukan akhir dari penderitaannya. Namun, untuk membebaskannya, ia harus menghadapi kutukan yang telah berakar dalam selama berabad-abad.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20: PERTEMPURAN DI PINTU KEKAL

Kegelapan semakin menebal di sekitar mereka. Setiap langkah terasa lebih berat, lebih menekan, seperti dunia ini sedang memaksa mereka untuk menyerah. Namun, mereka tidak punya pilihan lain selain terus maju. Vera, Raka, dan pria tua itu berdiri tegak di hadapan makhluk yang tampaknya tak terbendung, yang dengan tegas menghalangi jalan mereka menuju pusat kegelapan yang menanti.

Makhluk itu, sosok hitam tinggi yang tampak seperti bayangan hidup, perlahan mulai bergerak lebih cepat, mendekati mereka dengan kecepatan yang luar biasa. Suara langkah kakinya menghentakkan tanah, menggetarkan udara di sekitar mereka, dan membuat debu berterbangan. Suara yang menyerupai raungan parau keluar dari mulutnya, memecah keheningan yang telah mengelilingi lembah itu.

"Kalian bukan apa-apa," suara makhluk itu menggema, penuh kebencian dan kesombongan. "Tidak ada yang bisa melawan kegelapan ini."

Vera menggenggam erat belatinya, matanya yang tajam penuh dengan tekad. "Kami tidak akan mundur." Suaranya begitu tegas, meski gemetar akibat ketakutan yang mengalir melalui tubuhnya. Dengan satu dorongan dari dalam hati, dia maju, siap menghadapi apapun yang datang.

Raka, yang sebelumnya terluka parah, bangkit dengan kesulitan. Namun, semangatnya untuk melindungi Vera dan menghentikan kegelapan itu membuatnya tidak gentar. Pedangnya digenggam erat, meskipun tubuhnya terhuyung oleh rasa sakit. "Tidak ada yang bisa menghentikan kita," katanya dengan suara serak.

Pria tua itu juga berdiri tegak, wajahnya tidak menunjukkan ketakutan. Sebaliknya, ada sesuatu yang lebih gelap, lebih dalam, yang tercermin di matanya. "Kita harus melawan dengan kekuatan yang lebih dari sekadar fisik. Kegelapan ini menguji ketahanan batin kita."

Tiba-tiba, makhluk itu melesat ke depan, memukul dengan tangan panjangnya yang penuh dengan kekuatan luar biasa. Serangannya begitu cepat dan mematikan, seolah dunia ini hanya ada di bawah kendali kekuatan itu. Raka, yang berada di garis depan, berusaha menangkis serangan itu dengan pedangnya. Namun, kekuatan makhluk itu begitu besar, hingga membuatnya terlempar ke belakang. Raka terjatuh, tubuhnya terbanting ke tanah, berdebum.

"Raka!" Vera berteriak, melangkah maju dan berusaha melindunginya.

Makhluk itu mengeluarkan suara seperti tawa seram, menatap mereka dengan mata yang tidak dapat dilihat, namun bisa dirasakan. "Kalian hanya manusia lemah. Ini adalah akhir bagi kalian."

Namun, Vera tidak menyerah. Dia merasakan kekuatan yang luar biasa datang dari dalam dirinya, dari segala yang telah dia alami selama ini. Dia tahu bahwa dia tidak bisa mundur sekarang. Dia berlari ke depan, menyabetkan belatinya dengan kecepatan yang lebih dari sebelumnya, mencoba untuk melukai makhluk itu.

Namun, makhluk itu dengan mudah menghindar dan menepiskan belati itu dengan tangan besarnya. "Kalian semua hanya boneka. Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi."

Dengan satu langkah besar, makhluk itu meluncur ke arah Vera. Rasanya waktu seolah berhenti, dan Vera hanya bisa menatap makhluk itu dengan mata penuh ketegangan. "Aku tidak akan menyerah," bisiknya, suara penuh kemarahan dan keberanian.

Tiba-tiba, seorang suara lantang memecah kegelapan yang mengancam. "Cukup!"

Pria tua itu mengangkat tangannya, dan saat itulah sebuah cahaya terang muncul, menyinari seluruh lembah itu. Cahaya itu bukan berasal dari matahari, bukan dari api, tetapi dari dalam dirinya sendiri. Cahaya itu bercahaya sangat terang, sangat murni, hingga makhluk itu terpaksa mundur beberapa langkah.

"Kalian tidak tahu apa yang sebenarnya kalian hadapi," pria tua itu berkata, suaranya penuh dengan kekuatan yang sebelumnya tersembunyi. "Kegelapan ini tidak hanya ingin menghancurkan dunia kalian, tetapi juga menguasai alam semesta ini. Tetapi ada satu hal yang mereka tidak tahu... kami punya sesuatu yang lebih kuat daripada kegelapan."

Cahaya yang dipancarkan pria tua itu semakin menyala, mengisi seluruh lembah dengan kilauannya yang membutakan. Makhluk itu mulai meronta, seperti terbungkus dalam pusaran cahaya yang tak bisa dia tangkal. "Apa yang terjadi?" makhluk itu berteriak, suaranya penuh dengan ketakutan.

Vera dan Raka terkejut. Mereka tidak menyangka pria tua itu memiliki kekuatan seperti itu. "Apa yang kamu lakukan?" Vera bertanya, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Pria tua itu tidak menjawab. Sebaliknya, dia melangkah maju, tangan yang terangkat menahan cahaya itu, yang semakin kuat dan semakin mencekik makhluk itu. "Aku adalah satu-satunya yang tersisa dari penjaga keseimbangan," katanya dengan suara rendah dan penuh tekad. "Dulu aku melindungi gerbang ini. Tapi, mereka datang, dan mereka menghancurkannya."

Makhluk itu, yang kini berada dalam cengkeraman cahaya, mulai mengerang kesakitan. Cahaya itu menyelubungi tubuhnya, mengikis kekuatan gelap yang ada pada dirinya. "Kamu tidak bisa menghentikanku!" teriak makhluk itu.

Namun pria tua itu hanya menggelengkan kepala. "Tidak ada yang lebih kuat daripada cahaya kebenaran. Kegelapan yang kalian bawa ke dunia ini... akan berakhir malam ini."

Dalam satu ledakan terang yang mengoyak segala sesuatu di sekitar mereka, makhluk itu terpecah, hancur menjadi serpihan-serpihan gelap yang berterbangan, seolah lenyap ditelan oleh cahaya. Namun, meskipun makhluk itu hancur, rasa ketegangan belum hilang.

Vera dan Raka terdiam, berjuang untuk mengerti apa yang baru saja mereka alami. Tubuh mereka masih terhuyung lelah, namun rasa cemas belum sepenuhnya hilang. Mereka tahu, meskipun makhluk itu telah dikalahkan, ancaman yang lebih besar masih menunggu mereka.

"Apa sekarang?" tanya Raka, suaranya serak dan lemah.

Pria tua itu menatap ke arah gerbang besar yang terbuka di hadapan mereka, tempat yang telah mereka tuju sejak awal. "Sekarang kita akan menghadapinya. Gerbang ini bukan hanya penghalang, tetapi juga kunci untuk menutup kegelapan yang sudah lama mengancam dunia kalian."

Vera menatapnya dengan tekad yang semakin kuat. "Kita akan melakukannya. Kita harus melakukannya."

Mereka melangkah maju, memasuki gerbang yang membentang di hadapan mereka, mengetahui bahwa pertempuran ini belum berakhir. Dalam kegelapan yang semakin dalam, mereka hanya bisa berharap bahwa mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk menutup pintu kejahatan yang tak terbayangkan ini.

Namun, di balik gerbang itu, mereka merasakan sesuatu yang lebih mengerikan, sesuatu yang lebih menakutkan dari apapun yang telah mereka hadapi sebelumnya.

"Ini baru permulaan," bisik Vera, hati yang semakin berat karena kegelapan yang semakin mendekat.

1
Airin Livia
bagus. semangat thor! 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!