Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter.20 Jejak yang Terpendam
Setelah pertemuan mereka dengan anggota Bayangan Arka, Kael dan Ceryn kembali ke Kota Baru dengan pikiran yang dipenuhi pertanyaan. Peta-peta yang mereka teliti selama ini tidak memberikan petunjuk lebih lanjut. Ancaman baru ini lebih dari sekadar ketidakstabilan energi; ini adalah gerakan yang terorganisir, sesuatu yang datang dari bayang-bayang dunia lama yang belum sepenuhnya terungkap.
Kael memutuskan untuk mengadakan pertemuan darurat dengan para pemimpin Kota Baru. Seluruh anggota dewan berkumpul di ruang pertemuan utama yang kini dikelilingi layar hologram yang memproyeksikan peta-peta, laporan energi, dan data dari seluruh penjuru dunia. Setiap inci dari dunia yang baru ini sedang diawasi dengan cermat, namun tetap saja, Bayangan Arka selalu berhasil menyelinap tanpa terdeteksi.
“Kita tidak bisa terus bermain kucing dan tikus dengan mereka,” kata Kael dengan suara tegas. “Jika mereka benar-benar ingin menghentikan kita, maka kita harus menemukan mereka terlebih dahulu.”
Dr. Velas maju, menatap peta dengan tatapan penuh tekad. “Aku telah mempelajari beberapa data dari reruntuhan Elara,” katanya sambil menggeser layar untuk menunjukkan serangkaian koordinat. “Ada tanda-tanda aktivitas energi yang tidak biasa di bagian paling barat, di wilayah yang kita kenal sebagai Kepulauan Aether.”
Kepulauan Aether adalah sekelompok pulau terpencil yang dulunya menjadi pusat penelitian energi sihir yang mendalam sebelum perpaduan dunia. Namun setelah bencana besar, tempat itu ditinggalkan dan dianggap terlalu berbahaya untuk dieksplorasi.
“Jika Bayangan Arka memiliki basis di sana, itu akan masuk akal,” kata Kael. “Tempat yang terisolasi, jauh dari pandangan kita.”
“Namun, itu juga berarti kita akan memasuki wilayah yang penuh bahaya,” tambah Ceryn. “Kepulauan Aether terkenal dengan fenomena anomali energi yang sulit diprediksi. Kita mungkin menghadapi lebih dari sekadar musuh fisik.”
Kael mengangguk. “Tapi ini satu-satunya petunjuk yang kita punya. Kita akan pergi ke sana. Ini mungkin satu-satunya kesempatan kita untuk menghentikan mereka sebelum mereka mengganggu kestabilan dunia ini lebih jauh.”
Mereka mempersiapkan tim kecil yang terdiri dari para ahli sihir dan ilmuwan teknologi terkemuka dari Kota Baru. Mereka membawa peralatan canggih dan artefak sihir untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Kapal udara yang mereka gunakan, Aurora, adalah salah satu yang paling kuat, dilengkapi dengan lapisan sihir pelindung dan teknologi terbaru yang dikembangkan oleh para ilmuwan di Kota Baru.
Di tengah perjalanan, langit yang semula cerah perlahan berubah menjadi gelap, ditutupi awan tebal yang menyelimuti lautan. Kepulauan Aether mulai terlihat di kejauhan, dikelilingi kabut berwarna ungu yang bergerak seolah hidup. Atmosfernya terasa berat, seolah-olah alam sendiri menolak kehadiran mereka.
“Kita memasuki wilayah anomali energi,” kata Ceryn yang memonitor kristal pengukur energi di tangannya. “Fluktuasinya jauh lebih tinggi dari yang kita duga.”
Mendadak, kapal Aurora terguncang hebat. Angin yang awalnya tenang tiba-tiba berubah menjadi badai dengan kilat berwarna hijau yang memancar dari segala arah. Sistem navigasi mereka mulai terganggu, dan layar hologram di dek menjadi kabur, menunjukkan data yang tidak konsisten.
“Kita harus segera mendarat!” teriak Kael, memegang kendali kapal erat-erat.
Aurora berhasil menembus badai, menemukan tempat pendaratan yang aman di salah satu pulau terbesar di Kepulauan Aether. Begitu mereka menyentuh tanah, mereka langsung disambut oleh kesunyian yang mematikan. Tidak ada suara binatang, hanya desiran angin yang membawa aroma energi magis yang pekat.
Tim Kael menyusuri hutan lebat yang dipenuhi dengan tanaman aneh dan berkilau di bawah cahaya yang remang-remang. Mereka bergerak hati-hati, mengikuti aliran energi yang terasa semakin kuat saat mereka mendekati pusat pulau. Tiba-tiba, mereka menemukan reruntuhan menara tua yang terbuat dari batu hitam. Menara itu tampak seperti sisa-sisa peradaban yang hilang, diliputi oleh tumbuhan merambat yang bercahaya samar.
“Tempat ini sepertinya lebih dari sekadar pos penelitian biasa,” kata Ceryn sambil memeriksa simbol-simbol yang terukir di dinding reruntuhan. “Ini seperti... kuil kuno.”
Namun, sebelum mereka bisa menyelidiki lebih jauh, tanah di bawah kaki mereka bergetar. Dari dalam reruntuhan, muncul siluet sosok tinggi yang memancarkan aura energi sihir yang sangat kuat. Sosok itu mengenakan jubah biru tua dengan lambang Bayangan Arka di dadanya, dan matanya bersinar tajam dalam kegelapan.
“Kalian tidak seharusnya ada di sini,” kata sosok itu, suaranya bergema seperti dua suara yang saling tumpang tindih. “Dunia ini sudah cukup menderita karena tindakan kalian.”
Kael menghunus pedangnya, tapi Ceryn mengangkat tangannya, menghentikannya. “Siapa kau? Dan apa sebenarnya tujuan Bayangan Arka?” tanyanya dengan nada penuh rasa ingin tahu.
“Aku adalah Ardan, salah satu pemimpin Bayangan Arka,” jawab pria itu. “Kami ada di sini untuk mengembalikan keseimbangan yang telah kalian hancurkan. Dunia ini tidak bisa dipaksa untuk menyatu dengan teknologi kalian. Kalian hanya mempercepat kehancuran yang sudah dekat.”
“Jika kalian benar-benar ingin menyelamatkan dunia, mengapa kalian membuat anomali energi dan menyerang kami?” Kael membalas dengan nada penuh kemarahan. “Apa tujuan kalian sebenarnya?”
Ardan tertawa pelan, lalu menunjuk ke arah kristal di tangan Kael. “Kau masih belum mengerti, kan? Energi di dunia ini bukanlah sesuatu yang bisa dikendalikan dengan teknologi. Dunia ini memiliki kehendaknya sendiri, dan kalian telah melawan kehendak itu dengan memaksa perpaduan ini.”
Tanpa peringatan, Ardan mengangkat tangannya dan memanggil energi dari kristal-kristal yang tersembunyi di dalam reruntuhan. Gelombang energi biru memancar dari tanah, menciptakan kubah pelindung di sekeliling mereka yang membuat udara bergetar. Kael dan Ceryn langsung bereaksi, mengeluarkan senjata dan mempersiapkan pertahanan.
Namun, serangan tidak pernah datang. Sebaliknya, Ardan menurunkan tangannya dan kristal-kristal di sekeliling mereka bergetar, memproyeksikan gambar-gambar holografik yang memantulkan sejarah dunia lama. Mereka melihat bayangan kota-kota kuno, perang besar yang mengakibatkan dunia terpecah, dan eksperimen gila yang melibatkan teknologi dan sihir. Semua gambar itu menunjukkan satu hal: kehancuran yang disebabkan oleh manusia yang terlalu serakah dalam mengejar kekuatan.
“Aku menunjukkan ini bukan untuk mengancam kalian,” kata Ardan, suaranya penuh kesedihan. “Tapi untuk memperingatkan. Perpaduan dunia bukanlah solusi, tapi sebuah awal dari kehancuran yang lebih besar.”
Ceryn memandangi gambar-gambar itu dengan mata terbelalak. “Apa maksudmu? Apa yang sebenarnya kita hadapi?”
Ardan berbalik, menunjukkan lambang kuno yang terukir di tanah, yang bersinar terang di bawah cahaya kristal. “Kalian telah membuka gerbang menuju kekuatan yang seharusnya tidak diakses oleh siapa pun. Ada sesuatu di bawah permukaan dunia ini yang telah kalian bangunkan, sesuatu yang hanya bisa dihentikan jika kita kembali pada keseimbangan alam.”
Sebelum mereka bisa bertanya lebih jauh, Ardan menghilang dalam kilatan cahaya, meninggalkan mereka berdua dengan rasa bingung dan pertanyaan yang lebih besar. Mereka tahu bahwa perjalanan ini jauh dari selesai. Bayangan ancaman yang lebih besar kini semakin jelas, dan jawabannya mungkin terletak di balik misteri Kepulauan Aether.
Kael menatap lambang di tanah itu, merasakan kekuatan aneh yang memancar dari sana. Ia tahu bahwa ada lebih banyak rahasia yang harus diungkap, dan waktu mereka mungkin semakin terbatas. Dengan tekad baru, mereka bersiap melanjutkan penelusuran ke kedalaman Kepulauan Aether, di mana kebenaran tentang dunia ini mungkin tersembunyi.