Follow IG othor @ersa_eysresa
Anita wanita yang memiliki paras cantik dan pekerja keras, harus rela kehilangan segalanya saat dia berurusan dengan pria bernama Jayden, seorang pengusaha sukses bertangan besi. Dia tidak segan menghancurkan orang yang berani melawannya.
Salah satunya adalah Anita yang sudah berani mengusik hatinya sejak pertemuan pertama mereka yang terjadi tanpa disengaja. Namun, dibalik sifat tangan besinya, Jayden memiliki masa lalu yang kelam yang tidak diketahui oleh siapapun. Karena dia menutupi kelemahannya itu dengan sifat arogan yang dia miliki.
Apa yang terjadi pada Anita setelah bertemu Jayden?
Dan apa rahasia di balik masa lalu Jayden?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkunjung Ke Rumah Sakit
Dengan langkah perlahan Anita kembali ke dalam kamar dan melihat Jayden masih terlelap dalam tidurnya. Dia segera ke walk in closet untuk mengambilkan pakaian kerja suaminya seperti yang dikatakan oleh bibi Elly.
Dia akan memulainya dari sini, dari menyiapkan pakaian kerja Jayden.
"Biasanya dia memakai apa? "
Anita memikirkan beberapa penampilan Jayden saat bertemu dengannya dan melihat sekilas ke arah lemari di depannya. Disana hanya ada kemeja, jas dasi celana bahan yang tergantung rapi. Dengan berbagai warna yang di dominasi warna hitam, navy dan ada juga yang berwarna abu-abu.
"Ini saja. " Akhirnya sebuah kemeja putih, dengan jas hitam dan celana hitam juga dari berwarna hitam menjadi pilihan Anita untuk setelah kerja Jayden hari ini.
Semua pakaian yang sudah dia siapkan di letakkan di atas sofa. Dia lalu membangunkan Jayden untuk berangkat kerja pagi ini.
"Hei, kau tidak bangun. Ini sudah jam tujuh pagi,apa kamu tidak kerja." Anita mengguncang tubuh Jayden pelan agar pria itu segera bangun.
Tapi apa yang dia lihat, Jayden hanya menggeliat dan meregangkan otot tubuhnya. Dan berbalik memeluk guling.
"Jayden, bangun. Kenapa kamu sulit sekali dibangunkan? Ayo bangun, kamu harus kerja. Jangan malas seperti ini Jayden, kamu sudah dewasa."
Anita mengguncangkan tubuh Jayden sedikit keras hingga membuat pria itu merasa terganggu tidurnya dan terpaksa membuka mata.
"Ada apa? " ucapnya dengan sedikit kesal.
"Ini sudah jam tujuh pagi, apa kamu tidak pergi bekerja? " tanya Anita.
Dengan malas Jayden melihat ke sudut ruangan dan melihat jam yang menempel di dinding memang menunjukkan pukul tujuh pagi, karena sinar matahari juga terlihat sudah meninggi.
Akhirnya dengan malas juga dia menyibakkan selimut yang menempel di tubuhnya hingga menunjukkan tubuh polos tanpa sehelai benang pun itu turun dari tempat tidurnya dan berjalan dengan santai kekamar mandi.
"Ya, ampun pria itu. Kenapa tidak tau malu sih. " gerutu Anita melihat tingkah Jayden.
"Untuk apa aku malu, lagipula semalam kamu juga sudah menikmati tubuh ini yang membuatmu terbang melayang sampai berkali-kali. " terdengar sahutan dari dalam kamar mandi sebelum ruangan itu tertutup rapat.
"Jaydeeeeeennnn–, "
Kini Anita lah yang benar-benar malu mendengar celetukan Jayden yang sangat menggelikan dan memalukan. Dia segera merapikan tempat tidur yang berantakan akibat ulah mereka berdua semalam.
Benar kata Jayden, setelah menolak karena rasa sakit yang dia rasakan, akhirnya Anita bisa merasakan rasanya dibawa ke angkasa berkali-kali tanpa merasakan rasa sakit yang dia khawatirkan.
Kini Jayden sudah bersiap dengan pakaian yang sudah disiapkan oleh Anita. Bibir Jayden menyunggingkan senyuman saat melihat perhatian kecil yang diberikan oleh Anita kepadanya.
"Apa aku harus memasangkan ini untukmu? " hanya Anita ragu sambil memegang sebuah dasi.
Alis Jayden terangkat saat mendengar ucapan Anita. Dia tidak berekspektasi terlalu banyak untuk mendapatkan perhatian dan pelayanan dari Anita. Tapi sepertinya kata-katanya semalam membuat Anita banyak berubah pagi ini.
"Tidak perlu aku tau kau pasti belum bisa memasangkannya untukku, bisa-nisa nanti kamu malah mencekikku dengan dasi ini. Sebaiknya kamu belajar dulu kepada bibi Elly bagaimana cara memasang dasi ini kepadaku. " kata Jayden menyahut dasinya dari tangan Anita.
Anita langsung mencebikkan bibirnya mendengar ucapan Jayden. Pria itu begitu meremehkannya, walau memang benar dia tidak bisa memasangkan dasi itu di leher nya.
"Jangan cemburu seperti itu, ucapan ku memang seratus persen benar kan. Sebaiknya kamu segera bersiap, kita akan pergi ke rumah sakit setelah kita sarapan. " kata Jayden.
Anita tidak salah dengar kan? Jayden mengajaknya ke rumah sakit?
"Kenapa malah bengong? buruan, aku juga sudah terlambat ini. " Sentak Jayden yang menyadarkan Anita dari lamunannya.
Dengan tergagap Anita segera menyiapkan apa yang harus dia bawa ke rumah sakit. Apa? memangnya apa yang harus dia bawa?
"Apa aku boleh menginap? " tanya Anita ragu.
"Tidak! Aku akan mengantarmu pagi ini, dan nanti sore setelah aku pulang kerja, aku akan langsung menjemput mu. " Kata Jayden tegas tidak mau di bantah.
Anita langsung merasa lemas dengan bahu yang menurun saat dirinya tidak boleh menginap.
"Kamu hanya tinggal pilih, disana seharian atau tidak sama sekali. " ucap Jayden saat melihat istrinya tidak bersemangat.
Anita langsung mendongak menatap Jayden dengan tajam. Bagaimana dia begitu tega tidak membiarkannya menjenguk sang ayah
"Baiklah, aku ikut. Dan pulang nanti bersamamu. " ucap Anita dengan pasrah, ya, lebih baik disana seharian daripada tidak sama sekali.
Mereka pun segera berangkat ke rumah sakit setelah sarapan pagi ini. Satu hal yang menjadi kejutan untuk Jayden adalah saat dirinya mendapatkan pelayanan terbaik oleh istrinya saat sarapan. Anita menyiapkan sarapannya dengan baik, bahkan minuman pun dia siapkan di hadapannya. Benar-benar wanita berbeda.
Saat ini Anita dan Jayden sudah sampai di rumah sakit dan berjalan menyusuri lorong rumah sakit untuk sampai di sebuah ruangan VVIP yang disiapkan Jayden untuk ayah Anita
Maya Anita terbuka lebar saat membaca sebuah papa gantung di depannya yang bertuliskan Ruang VVIP. Pantas saja ayahnya bisa mendapatkan perawatan terbaik saat mengetahui dimana dia berada saat ini.
"Jay, aku tidak sedang bermimpi kan? " tanya Anita kepada sosok Jayden di sampingnya.
"Bermimpi apa? " tanya Jayden menatap Anita tidak mengerti.
"Ayahku di ruangan VVIP ini? " tanya Anita menjelaskan.
"Oh, tentu saja. bukankah aku janji padamu akan memberikan pelayanan terbaik. Dan hanya yang bisa aku lakukan untuk ayahmu. " ucap Jayden yang mulai mengerti kemana arah pertanyaan Anita.
Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada sepasang mata yang mengikuti mereka. Dan berhenti mengikuti saat Anita dan Jayden masuk ke dalam sebuah ruangan perawatan VVIP.
"Ibu, " Anita berhamburan memeluk ibunya seketika saat dia masuk ke ruang perawatan sang ayah mengabaikan sedikit rasa sakit di pangkalan pahanya.
"Anita kamu datang? Bagaiman kabarmu, nak? " tanya Bu Laksmi kepada anaknya
"Alhamdulillah baik, bu. Ibu sendiri? ".
"Alhamdulillah ibu juga baik, ibu bisa tidur dengan tenang, itu semua karena suamimu. Nak. " kata Laksmi menoleh ke arah Jayden yang sejak tadi hanya diam.
"Nak Jayden kemarilah, kenapa hanya diam disitu? " Laksmi juga menyapa Jayden yang sejak tadi terdiam.
"Terima kasih, tapi aku harus pergi ke kantor. Aku titip Anita, bu. Nanti sore aku akan menjemputnya. . " Ucap Jayden dan mencium tangan ibu mertuanya,
Laksmi dan Anita sangat terkejut melihat sikap pria arogan satu ini. sangat berbeda dengan yang terjadi kemarin. Hari ini Jayden terlihat seperti pria baik.
Jayden segera berbalik dan keluar dari ruangan ayah mertuanya di rawat. Diikuti Anita yang akan mengantarnya sampai di luar.
"Aku pergi, jaga dirimu baik-baik jangan keluar rumah sakit jika tidak ada keperluan penting. " pesan Jayden sebelum berangkat.
"Iya, aku mengerti. amu juga hati-hati di jalan ya? " Anita langsung mencium tangan suaminya sebelum pria itu pergi.
Hati Jayden menghangat mendapatkan perlakuan seperti itu dari istrinya. Dia seperti mendaptkan kejutan berkali-kali mulai dari membuka mata.
Jayden segera meninggalkan ruang perawatan Ayah mertuanya, dan Anita kembali ke kamar. Namun sebelum dia menutup pintu ruangan, Anita mendengar sebuah suara menahannya
"Tunggu, Apa aku boleh bertanya sesuatu? "