Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Otak Usil
" Memangnya kenapa dengan pacar kamu itu? " Wilona bertanya saat setelah mereka menikmati santap makan bersama, kini Wilona dan Rangga tengah duduk di sofa yang tak jauh dari meja makan, sedangkan Shopia terlihat sibuk beres beres di dapur, Shopia memang tidak memakai jasa pembantu rumah tangga, tapi jika diperlukan untuk pembersihan seluruh rumah itu pun satu bulan sekali, dia memanggil jasa cleaning online.
" Iya Seperti yang tadi dibilang sama mamahku, dia selingkuh. " Ucap Rangga, dari nada ucapannya terdengar malas untuk membahas soal itu.
" Masa selingkuh? laki laki setampan kamu bisa diselingkuhin? " Wilona mencoba mengamati wajah Rangga yang tengah menunduk itu.
" Ternyata aku bukan kriteria yang dia harapakan olehnya. "
" Maksudnya? " Bola mata yang terlihat indah itu terus menatap Rangga.
" Dia tidak menyukai dengan laki laki yang puitis sepertiku, padahal aku juga sering memberikan dia sebuah kejutan, dia memang menerima pemberian dariku, sepertinya memang itu terpaksa saja " Rangga sejenak menoleh kearah Wilona sebelum akhirnya dia kembali menunduk. Rangga tak menyebutkan jika Berliana dipergokinya sedang melakukan hubungan badan.
" Wanita yang aneh. " Ucap Wilona yang terdengar seperti sedang menggumam itu.
" Aku Justru senang kalau laki laki itu selalu memperlihatkan keromantisannya, suka membuat puisi buat aku, terus suka buat kejutan yang tak terduga dan pastinya itu membuat hatiku senang. " Ucap Wilona kembali. Wilona memang punya karakter yang suka bicara apa adanya. Walau dihadapannya itu seorang pria yang baru dikenalnya.
" Besok rencana kamu mau kemana? " Rangga mengalihkan pembicaraan. terlalu malas berlama lama membahas tentang Berliana. Ada perasaan yang menumbuhkan kebencian terhadap wanita itu, apa lagi dia sudah memutar balikan fakta.
" Sekolahku sudah masa tenang, tinggal menunggu camp saja minggu depan, besok kamu menemaniku kan? " Ucap Wilona setelah perkataan terakhir dia menaik turunkan alisnya dengan cepat. "
" Iya, aku sudah membuat perjanjian untuk jadi body guard kamu, jadi nggak mungkin aku bisa menolak hal itu. aku akan menemanimu kemana saja. " setelah berucap seperti itu pandangannya Rangga menatap ke wajah Wilona, karena dia menemukan kalau WIlona tak henti hentinya menatap ke arah wajahnya, pada akhirnya pandangan mereka saling bertemu, saling menatap cukup lama. terbesit dipikiran Rangga jika Wilona adalah wanita yang berbeda, dari semua wanita yang pernah bertemu dan berhubungan dengannya. Walau usianya masih terlihat sangat muda.
" Hanya jadi body guard? kamu tidak menginginkan jadi yang lain? " Ujar Wilona, matanya tak berhenti memandang wajah Rangga, sekarang dengan kedua tangan yang menopang dagunya.
" Maksudnya jadi pacar kamu? " Rangga bukan karakter orang yang suka pura pura tidak mengerti maksud dari yang diucapkan seseorang padanya, bisa terlihat dari tatapannya, jika Wilona mulai menaruh hati padanya. Begitu juga dengan hati Rangga yang memang mulai jatuh cinta pada Wilona.
" Maybe. "
" Apa ini tidak terlalu cepat Wilona? " Rangga berujar, kedua mata mereka masih saling menatap
" Aku tidak tahu apa yang ada saat ini, tapi ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, tapi aku belum berani berkomitmen untuk secepat itu mengatakan cinta sama kamu, rasanya ini terlalu cepat untuk kita bicarakan. aku takut yang kurasakan adalah rasa semu belaka, takut apa yang aku rasakan hanya nafsu bukan cinta. " Rangga berujar kembali, pada akhirnya Rangga yang tak kuasa menatap Wilona lebih lama lagi , pandanganya kemudian diturunkan perlahan, ada desiran yang mengajakan otak Rangga berfantasi hebat. dia begitu menggairahkan.
" Aku merasa yakin sekarang, selain kamu mempunyai kemampuan, kuat, kalau kamu juga seorang pria yang tulus. " Perlahan Wilona menurunkan pandangannya, kemudian dia menyandarkan punggungnya di sofa, matanya seperti menerawang. Entah kenapa dengan terus menerus menatap wajah Rangga ada desiran yang kuat untuk dicumbui olehnya, selain memang wajah Rangga yang semakin tampan, Rangga seperti punya daya pikat yang luar biasa. Didukung dengan tubuh yang sekarang terlihat berotot dan kekar. Ternyata desiran yang sama yang dirasakan oleh Rangga.
" Aku mau pulang, kamu antar aku, terus nanti mobil kamu bawa, besok kamu jemput aku, nanti aku mengabarkan lagi waktunya. " Wilona merubah posisi duduk, setelah sedikit menguasai perasaannya, lalu dia berucap pada Rangga, untuk berpamitan pulang.
" Besok aku ada kelas jam 9 pagi, nanti aku yang akan hubungi kamu terlebih dahulu, setelah selesai kuliah. "
" Kalau begitu, aku tunggu kamu menghubungiku Rangga. " Wilona beranjak dari sofa seraya tersenyum.
Rangga pun melakukan hal yang sama, setelah keduanya berdiri, wilona melangkah terlebih dahulu, tanpa terpikir oleh Rangga sebelumnya, Wilona terlihat menghampiri shopia, gadis itu menunjukan sopan santun yang baik, walau dia termasuk anak dari orang tua yang sangat kaya.
" Tante, terima kasih ya, sekali lagi masakan tante enak sekali! " Ujar Wilona pada Shopia yang terlihat masih sibuk di dapur itu, kedua jempolnya diacungkan secara bersamaan didepan shopia.
" iya sama sama sayang, ini kamu mau kemana? Ucap Shopia, menatap lekat kearah Wilona.
" Aku mau pulang dulu tante, minta antar Rangga boleh ya? "
" Boleh dong, justru kalau Rangga tidak mau mengantarkan kamu, dia akan tante marahin. "
" hehehe, Iya sudah tante aku jalan dulu, sementara motor Rangga dibengkel, dia akan membawa mobil aku ya tante. " Wilona berujar, walau pun Shopia tak menanyakan perihal Rangga bagaimana setelah mengantar dirinya, Wilona seperti paham apa yang ada dipikiran Shopia.
" Memangnya itu bolehkan sama papah Wilona? itu kan termasuk mobil mewah sayang. "
" Boleh kok tante, aku pamit pulang dulu ya. "
" Hati hati ya sayang, daahhh.. "
" Daahhh tante. " Keduanya pun saling melambaikan tangan, seperti yang sudah kenal cukup lama, mereka terlihat cepat akrab, ditambah dengan karakter Wilona yang sopan dan apa adanya itu. Sophia belum mengetahui jika Wilona adalah anak dari pengusaha rokok yang sangat terkenal bernama Ferdinand.
Kemudan Rangga maupun Wilona melangkah keluar menuju mobil yang terparkir diteras rumah, Shopia terlihat mengantar sampai mereka berlalu dari teras rumahnya, kemudian shopia kembali kedalam rumah, untuk mengerjakan kembali pekerjaan didapurnya tadi.
Setelah memakan waktu 1 jam, karena saat menjelang magrib suasana jalan cukup padat, Mobil yang dikendarai Rangga dan Wilona memasuki area komplek dengan hanya ada 5 unit rumah bergaya panthouse di pusat ibu kota dengan nama The Estate Arunika Ada 5 Pengusaha yang tinggal komplek itu, salah satunya Ferdinand yang tak lain adalah papahnya Wilona.
setelah mengantar dan menurunkan Wilona hingga memastikan Wilona masuk kedalam rumahnya, Rangga pun langsung kembali kerumahnya dengan membawa mobil Wilona.
Sedangkan sesampainya didalam kamar, Wilona langsung menutup pintu kamarnya, sebenarnya tadi ingin lebih berlama lama dengan Rangga, tapi bagaimana pun Rangga seharian cukup ini lelah, apalagi dia baru saja mengalami kecelakaan walau pun tubuhnya tidak mengalami luka, tetap saja butuh waktu untuk beristirahat.
Wilona menanggalkan seluruh pakaian yang dikenakannya, hingga hanya menyisakan pakaian dalamnya saja, lalu perlahan dia menuju kamar mandi dengan bergaya modern luxury, didalam kamar mandi pakaian dalam yang masih melekat ditubuhnya dia lepas semua, melempar dengan begitu saja kelantai, dia berjalan kearah bathtub lalu perlahan merendam tubuhnya.
Bayangan tubuh kekar Rangga terus menggoda dipelupuk matanya, walau pertemuan dengan Rangga yang terbilang sangat baru, namun begitu sangat membekas dipikirannya, membuat segala pikirannya terbuai dengan apa yang ada didiri Rangga.
Bagi Wilona, Rangga bukan saja tipe seorang laki laki yang menfaatkan keadaan orang seperti dia, bagiamana pun menurutnya Rangga seorang pria yang tulus.
Tiba tiba saja Bayangan tubuh kekar dibalik kaos putih yang Rangga kenakan tadi, dengan wajah yang mengguratkan ketampanan dibalik rambut yang terkuncir alakadarnya, masuk kepikirannya, membuat sebuah khayalan yang kuat diotak Wilona, tanpa sadar perlahan Wilona mulai meraba tubuhnya sendiri, bayangan Rangga mencumbui dirinya semakin jelas, dalam mata yang terpejam. lenguhan kecil mulai terdengar.
" Astaga..! Apa yang telah aku lakukan! " Ucap Wilona dengan nada sedikit panik, bersamaan dengan itu dering telepon genggamnya berbunyi, perlahan Wilona keluar dari bathtub, dia raihnya handuk kimono dan mengenakannya.
Setelah melihat layar telepon, senyum lebar terukir dibibir Wilona. Hhmmm hampir saja aku berfantasi gila denganmu Rangga, ucapnya dalam hati, lalu menggeser tanda hijau dilayar telepon genggamnya.
" Maaf kalau aku sudah mengganggumu, aku hanya mau memberi kabar, kalau aku sudah sampai rumah. " Terdengar suara Rangga diseberang sana, tanpa sadar tangan Wilona mengepal menandakan hatinya sangat senang, Rangga memang pria romantis.
" Kamu meneleponku hanya mau kasih kabar saja, kalau kamu sudah sampai rumah? " Wilona sedikit menggoda Rangga.
" Iya itu saja, memangnya kenapa? " Terdengar suara Rangga yang merasa heran di ujung sana.
" Kamu bukannya mau melantunkan syair untukku? coba sekarang aku mau denger. "
" Apa itu harus sekarang juga? "
" Iya, aku sudah siap untuk mendengarkan syair dari kamu, tapi bukan syair yang mematikan seperti diruangan papah kemarin. "
" Baiklah Wilona, ini kamu yang memintanya. "
Rangga lalu mulai membacakan kidung syair, bersama lantunan syair, hembusan nafas Rangga menyusup masuk melalui speaker speaker telepon genggam, seperti membuat rasa hangat ditelinga dan pikiran WIlona, hembusan nafas seiring syair yang dilantunkan itu terus menyusup, hingga merasakan Rangga benar benar sedang mencumbui dirinya.
hingga mengantarkan fantasi yang cukup kuat, seolah olah tangan Rangga mulai bergerak menyelusup masuk disela sela handuk kimono yang dikenakan dirinya, Rasa gejolak itu semakin sangat kuat tanpa bisa ditahan lagi.
" Aahhh... Rangga... "