"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.
Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.
Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.
Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Butuh Kepastian
Sonia bersiap untuk rapat hari ini, Sonia berjalan di belakang Vanno memasuki ruang meeting. CEO perusahaan besar yang dimaksud Vanno adalah Sean Aznand.
Meeting berjalan dengan lancar, kerjasama antara perusahaan Sean dan Vanno terjalin dengan baik dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Vanno mengajak Sean untuk berbincang dulu di ruangannya karena Vanno sangat tau bahwa Sean bukanlah orang yang gampang diajak untuk bekerja sama.
"Saya berharap semoga kedepannya hubungan bisnis ini semakin baik dan saling menguntungkan bagi kita." Kata Vanno.
"Iya, saya juga berharap demikian."
Sonia memasuki ruangan Vanno yang sebelumnya sudah diizinkan oleh Vanno untuk masuk.
"Permisi pak, ini semua berkas dan file yang bapak minta tadi." Kata Sonia sambil memberikan dokumen kerja yang dia pegang pada Vanno.
"Oke kamu boleh kembali bekerja, semua sudah lengkap disini. Terimakasih Sonia." Ucap Vanno setelah memeriksa dokumen yang diberikan oleh Sonia.
"Iya pak, saya permisi."
Sonia meninggalkan ruangan bosnya itu, dia kembali berkutat dengan pekerjaan nya. Tak terasa sekarang sudah pukul 5 sore, Sonia bersiap untuk pulang dan harus mengerjakan pesanan cake dari pelanggannya yang akan diambil nanti malam.
Sonia bergegas menuju tempat dimana motornya di parkir, dia menghembuskan nafas dengan kasar karena melihat ban motornya kempes.
"Kenapa harus sekarang sih kempesnya, kan bisa nanti aja pas di rumah. Ah, nyari kerjaan banget sih ini motor, mana pesanan banyak lagi buat nanti malam." Gerutu Sonia melihat motornya, dia harus membawa motornya itu ke bengkel dulu dan akan membuang banyak waktunya.
"Mari saya antar pulang, motormu bisa diantar oleh orang suruhan ku nanti." Sonia terdiam mendengar suara tegas di belakangnya, Sonia langsung menoleh, ternyata itu adalah Sean. Sonia seketika terpaku melihat Sean ada di depannya dengan jarak yang begitu dekat namun Sean hanya menunjukkan ekspresi datar dan dingin.
"Nggak usah pak, saya bisa kok pulang dengan ojek nanti." Tolak Sonia dengan lembut.
"Saya tidak suka ditolak, mari ikut saya." Sonia dengan terpaksa mengikuti Sean karena Sonia tau bahwa Sean orangnya suka memerintah dan tidak suka ditolak.
Sean membukakan pintu mobil untuk Sonia, dengan perasaan segan, Sonia memasuki mobil Sean. Tanpa mereka sadari kalau dari kejauhan ada sepasang mata yang mengamati mereka.
"Kenapa Sonia mau pergi dengan Sean? Sedangkan setiap kali aku mengajaknya pulang bersama, dia tidak pernah mau." Gumam Vanno yang melihat Sonia dan Sean dari balkon ruangannya, yang kebetulan dia berdiri menatap keluar.
Semua karyawan di perusahaan itu menatap Sonia dengan tatapan yang beragam ketika memasuki mobil Sean.
"Beruntung banget Sonia, bisa semobil sama Pak Sean." Kata salah seorang perempuan yang menjadi karyawan di Green House.
"Pasti di booking sama Pak Sean, dia kan selalu deketin bos-bos besar, contohnya CEO kita tuh." Sahut yang lain.
"Iri banget liat Sonia." Bermacam tanggapan dari teman-teman kantor Sonia.
Selama di perjalanan, Sean dan Sonia tidak bicara satu katapun setelah Sonia menunjukkan alamat rumahnya. Sean fokus mengendarai mobilnya dan menghabiskan 35 menit di perjalanan karena jalanan lumayan padat, mobil Sean berhenti tepat di depan rumah Sonia.
"Terimakasih banyak pak, kalau begitu saya pamit untuk masuk dulu." Ucap Sonia dengan sopan.
"Sama-sama Son, saya pamit pulang dulu."
"Iya pak, hati-hati di jalan."
"Iya." Sean tersenyum pada Sonia yang membuat hati Sonia berdesir, terpancar kerinduan hebat dari tatapan mereka berdua.
"Ya Allah, ini kenapa." Kata Sonia pelan sambil memegang dadanya setelah keluar dari mobil Sean.
Sonia memasuki rumah dan membersihkan dirinya. Dia langsung menunaikan ibadah Sholat Maghrib, setelah itu dia langsung berkutat dengan pekerjaan sampingannya. Sonia disibukkan dengan membuat 10 cake pesanan pelanggan setianya. Selama 4 jam akhirnya semua cake sudah masak, sekarang sudah menunjukkan pukul 11 malam.
"Buat apa ya cake malam-malam begini, apa dia lagi ngadain pesta?" Ujar Sonia pada dirinya sendiri karena biasanya para pelanggan akan order cake untuk pagi atau siang hari, tapi berbeda dengan pelanggannya yang satu ini, selalu order cake untuk malam hari
Sonia menghubungi orang yang memesan cake nya, karena orang tersebut ingin menjemputnya sendiri. Sonia menyandarkan tubuhnya di sofa ruang tamu, dia begitu kelelahan. Tak lama ada yang mengetuk pintu rumah, segera Sonia membuka pintu dan terlihat disana seorang pria berbadan tegap dan tampan tersenyum padanya.
"Saya mau ambil pesanan atas nama Rani." Kata pria itu.
"Oh baik, tunggu sebentar." Sonia masuk ke dalam rumah dan mengambil pesanan kue yang sudah dia packing dengan rapi dan memberikannya pada pria itu. Setelah memberikan uang, pria tersebut pergi meninggalkan rumah Sonia. Sonia akhirnya lega dan merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur, pekerjaannya hari ini sudah selesai.
"Berkahilah penghasilanku ini ya Allah." Doa Sonia sebelum memejamkan mata nya dan tak lama dia pun terlelap.
"Buat apa kau cake sebanyak ini Sean? " Tanya Kenzo yang baru saja memasuki mobil, mobil Sean di parkir agak jauh dari rumah Sonia, jadi Sonia tidak tau kalau yang memesan cake itu adalah Sean.
"Cake nya sangat enak, cobalah." Jawab Sean, Kenzo mencoba cake buatan Sonia, memang sangat enak dan nikmat.
"Jadi selama ini kau order atas nama si Rani?"
"Iya dan aku selalu menyuruh Rani yang ambil." Kenzo geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Menyusahkan si Rani saja kau ini."
"Memang apalagi tugas pembantu kalau bukan untuk aku susahkan." Mereka berdua tertawa sambil menyantap cake buatan Sonia yang memang sangat lezat. Rani adalah salah seorang pembantu yang ada di rumah Sean, dia selalu menyuruh Rani untuk membeli cake Sonia dengan jumlah yang lumayan banyak.
Sean sampai di rumahnya, Kenzo tidak masuk ke dalam rumah Sean, dia memilih untuk pergi ke diskotik.
...***...
Angel membuka matanya dan menatap Derren yang sudah bersiap untuk pergi bekerja. Deren semalam tidur di kos Angel, mereka melakukan hubungan terlarang itu lagi sepulang dari club malam.
"Derren." Angel mengenakan pakaiannya dan mendekati Derren yang sudah rapi.
"Ada apa sayang? "
"Aku pengen ngomong serius sama kamu."
"Ngomong aja."
"Please, tolong duduklah dulu, ini pembicaraan yang sangat penting."
"Aduh sayang, aku udah telat ini ke kantor. Lain kali aja ya kita bicara."
"Ngak, aku mau bicara sekarang." Angel menahan lengan Derren yang membuat Derren kesal.
"Mau ngomongin nikah lagi? "
"Iya, emang apalagi coba? Apa hubungan kita hanya begini-begini saja, aku nggak mungkin digantung terus sama kamu kayak gini."
"Dengar Ngel, masih banyak hal yang harus aku capai, aku nggak mau terhalang hanya karena pernikahan. Aku harap kamu mengerti."
"Emang kamu pikir aku nggak ada target pencapaian juga hah? Selama ini kamu pikir aku cuma main-main aja gitu? Banyak hal juga yang ingin aku capai Der, kamu jangan egois dong. Pikirin juga gimana nasib aku. Aku nggak bisa terus-terusan begini, kalau memang kamu tidak ada niatan untuk menikahi aku, kita akhiri saja hubungan ini." Angel sudah tidak sanggup menahan emosinya. Dia merasa sangat dipermainkan oleh Derren.
"Haha akhiri? Kamu yakin? Denger ya Ngel, kamu itu perempuan bekas yang nggak akan bisa ngapa-ngapain tanpa aku, kamu pikir segampang itu melepaskan hubungan kita."
"Ya kalo gitu ayo nikahin aku Der. Aku pengen hubungan kita jelas."
"Aku nggak mau untuk menikah sekarang, jalani dan nikmati saja semua ini, kita pikirkan pernikahan nanti setelah aku siap."
"Siap? Kapan kamu siapnya Der? Aku bener-bener udah nggak bisa begini terus sama kamu."
"Udahlah, aku udah telat kerja, mending kamu jangan banyak drama. Aku pergi dulu."
"Derren, kamu kenapa sih, tolong kasih aku kepastian. DERREENN." Angel berteriak memanggil pacarnya itu namun tidak diindahkan oleh Derren. Dada Angel begitu sesak melihat kepergian Derren yang seakan menggantung dirinya tanpa ikatan yang jelas. Angel menangis tersedu untuk sekian menit.
Klek
Pintu kos Angel dibuka oleh Sonia, sekarang hari Minggu jadi Sonia ingin menghabiskan waktunya bersama Angel.
"Angel, kamu kenapa?" Angel langsung memeluk Sonia dengan erat, dia menumpahkan tangisnya pada Sonia.
"Nangis aja sampai perasaanmu lega. " Sonia membiarkan Angel menangis, setelah tangisnya reda, Sonia memberikan segelas air pada Angel.
"Minum dulu." Angel meminum air itu hingga tandas.
"Son, aku ingin mengakhiri semuanya. Aku ingin semuanya berakhir Son, aku udah ngak kuat." Tangis Angel pada Sonia.
"Yaudah Angel, kamu putusin aja Derren, pasti karna dia kan kamu begini."
"Iya, dia nggak mau nikahin aku, ngak mungkin kan, aku jadi pemuas nafsu dia aja."
"Semuanya berpulang padamu, lagian yang menjalani hubungan kan kamu, jadi kamu pasti bisa memutuskan yang terbaik untuk dirimu Angel."
"Iya, aku udah mengambil keputusan untuk mengakhiri semuanya Son. Semoga dia bisa hidup bahagia tanpa aku."
Sonia memeluk sahabatnya itu, dia tau apa yang Angel rasakan karena selama dengan Derren, Angel hanya dijadikan pemuas nafsu saja, tak jarang Derren sering melakukan kekerasan pada Angel.
Seharian Sonia berada di kos Angel, mereka bercerita dan juga tertawa lepas seakan beban hidup mereka tidak ada. Sonia melihat jam dinding dan sudah menunjukkan pukul 16.00 yang mana Sonia harus pulang. Dia lumayan takut jika harus pulang malam, jarak dari kos Angel ke rumah Sonia cukup jauh.
"Ngel, aku pulang dulu ya, udah sore nih."
"Yah, cepet banget, baru juga bentaran disini."
"Bentar apanya, dari jam 8 pagi aku di sini. Kamu jaga diri baik-baik ya, jangan sedih-sedih lagi."
"Iya cantik, sini peluk dulu." Sonia tersenyum dan memeluk erat Angel, tiba-tiba Angel terisak dalam pelukan Sonia.
"Udah dong, jangan nangis, besok kan kita bisa ketemu lagi. Aku janji deh, sepulang kerja aku akan nginap disini." Bujuk Sonia yang hanya dibalas dengan senyuman oleh Angel.
"Hati-hati di jalan ya Son."
Sonia dengan berat hati harus meninggalkan Angel sendirian di kos. Namun dia tidak memiliki pilihan karena besok pagi dia ada orderan dan harus ke kantor untuk bekerja. Sonia memacu motornya segera pulang, hari juga sedikit mendung, dia tidak mau jika kena hujan di jalan.
Sedangkan Angel kembali termenung sambil menatap foto dirinya bersama Derren. Hatinya begitu hancur.
"Kenapa ya aku jadi cewek bodoh banget, harusnya aku ngak terjebak dengan pria ini. Kenapa aku sangat mencintainya? Dan kenapa dia selalu bisa memanipulasi otakku agar tidak lepas darinya? Dasar bodoh kamu Angel." Angel merutuki dirinya sendiri karena sudah memberikan segalanya pada Derren, lelaki bajingan yang tidak pernah memberikan kata pasti untuk Angel.
...***...
...Beri dukungannya dengan cara like serta tinggalkan jejak di kolom komentar ya sahabat, terima kasih sudah membaca cerita ini. ...
Sorry aku langsung emo... geram perangai perempuan mcm nie.