Sebelum meninggalkan Kenanga untuk selamanya, Angga menikahkan Kenanga dengan sahabatnya yang hanya seorang manager di sebuah bank swasta.
Dunia Kenanga runtuh saat itu juga, dia sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain Angga, dan kini Kakaknya itu pergi untuk selama-lamanya.
"Dit, gue titip adik gue. Tolong jaga dia dan sayangi dia seperti gue menyayanginya selama ini" ~Angga ~
"Gue bakalan jaga dia, Ngga. Gue janji" ~ Aditya ~
Apa Kenanga yang masih berada di semester akhir kuliahnya bisa menjadi istri yang baik untuk Aditya??
Bagaimana jika masa lalu Aditya datang saat Kenanga mulai jatuh cinta pada Aditya karena sikap lembutnya??
Bagaimana juga ketika teman-teman Aditya selalu mengatakan jika Kenanga hanya istri titipan??
Lalu, bagaimana jika Aditya ternyata menyembunyikan latar belakang keluarganya yang sebenarnya dari semua orang??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bantuan Caca
"Caca, aku sepertinya butuh bantuan kamu!!" Anga meminta bantuan pada Caca dengan panik.
"Bentar-bentar. Sebenarnya ada apa sih??"
"Ca, tadi malam Mas Adit udah pulang"
"Hah, kenapa bisa?? Bukannya harusnya nani sore ya??"
"Aku juga nggak tau Ca. Katanya acaranya ada yang batal. Dan kamu tau Ca?? Tadi malam Mas Adit udah ada di rumah waktu aku pulang"
Anga masih bisa merasakan ketakutannya tadi malam sampai saat ini. Untung saja Aditya percaya dengan alasan yang dia buat.
"Terus gimana?? Dia marah??"
"Untung aja enggak. Dia percaya sama alasan aku. Tapi nanti dia mau jemput aku Ca" Anga memijat kepalanya karena merasa pusing.
"Nanti Mas jemput ya??"
Anga gelagapan seperti hampir tenggelam di dalam air.
"N-nanti rencananya Anga mau buat tugas lagi Mas, kayaknya malam lagi pulangnya. Tapi katanya Caca mau nganterin sekalian pulang, jadi Anga bareng Caca aja ya Mas. Lagian Mas pasti capek harus balik lagi ke kampus Anga padahal udah pulang dadi sore" Anga bingung harus pakai alasan apa agar Aditya mudah percaya.
"Mas nggak papa kok jemput kamu"
"Anga sama Caca aja lah Mas. Udah janji sama dia. Nggak enak".
"Ya sudah, tapi kalau nggak jadi sama Caca bilang sama Mas ya?? Jangan naik ojek!!"
"I-iya Mas"
Anga bisa bernafas lega karena Aditya percaya dan berhenti memaksanya.
"Tuh kan, sekarang lo yang bingung sendiri. Sekarang lo lolos, tapi gimana setelah ini??" Caca ikut pusing sendiri dengan masalah yang di hadapi sahabatnya.
"Mau gimana lagi Ca. Kamu tau kan apa yang aku rasakan??"
Caca hanya bisa pasrah dan menyerah karena begitu susah untuk membujuk Anga agar memberitahu semuanya pada Aditya.
"Ya udah, nanti kalau udah pulang kerja telepon gue aja. Nanti gue anterin sampe ke rumah lo".
"Nah gitu dong. Makasih ya sahabatku yang cantik" Anga memeluk Caca dengan gemas tapi Caca pura-pura acuh pada Anga.
🍀🍀🍀
Sekarang, rutinitas Anga setelah pulang kampus adalah ke Restoran tempat ia bekerja. Sudah dua hari ini seharunya dia susah harus terbiasa dengan rasa lelah dan juga harus mulai bisa mengerjakan pekerjaannya sendiri.
Anga tampak menyeka keringatnya saat tak ada pelanggan yang haris dia layani. Rasa lelah sebenarnya sudah menggerayangi tubuhnya. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus tetap bekerja dengan baik agar dia tidak kehilangan pekerjaannya dengan cepat.
"Hay, anak baru ya?? Kemarin belum sempat kenalan, nama ku Irwan" Pemuda dengan tinggi kira-kira hampir sama dengan Aditya itu menghampiri Anga.
"Anga Mas" Pemuda itu memang terlihat lebih tua dari Anga.
"Kuliah semester berapa??"
"Semester akhir Mas"
"Wah lagi sibuk sibuknya mau skripsi dong. Kenapa ambil part time?? Apa biasanya juga gitu??"
"Enggak Mas, ini baru pertama kali" Anga agak canggung karena gak biasanya dia berbincang dengan pria apalagi baru ia kenal.
"Tapi kamu cukup pintar belajar loh. Kamu baru kemarin tapi udah bisa melayani pelanggan sendirian"
"Itu karen Mbak Nurma yang ngajarin Mas" Memang apa yang Anga kerjakan di sana, semua meniru yang Nurma ajarkan.
"Nurma memang pintar berbagi ilmu. Apalagi ke karyawan baru kaya kamu"
Anga hanya membalas Irwan dengan senyum saja , dia tidak tau lagi harus membahas apa.
"Saya ke depan dulu ya Mas. Kayaknya ada pelanggan masuk" Anya lebih memilih menghindar saat ini.
Dia juga tidak mau ada fitnah yang menyerangnya karena asik ngobrol di belakang bersama Irwan. Apalagi dia masih anak baru di sana.
Tanpa Anga sadari, sejak tadi ada yang memperhatikannya dari kejauhan.
"Jadi dia kerja di sini??" Ucap orang itu dengan senyum liciknya.
🍀🍀🍀
Waktu semakin cepat berlalu, akhirnya Anga bisa segera pulang. Dia menunggu Caca yang sudah ada jalan untuk menjemputnya.
"Nungguin siapa?? Mau bareng nggak??" Irwan tiba-tiba ada di sampingnya.
"Eh Mas Irwan. Udah pulang juga??"
"Udah, kamu nungguin siapa?? Mau bareng sama aku nggak??"
"Enggak Mas, teman ku udah jalan ke sini" Lagipula, seandainya Caca belum menjemputnya, dia juga tidak akan pulang bersama Irwan.
"Ya sudah, aku duluan ya??"
"Iya"
Anga tak melihat kemana arah perginya Irwan. Dia tidak terlalu peduli pada pria itu. Anga malah sedikit risih karena Irwan yang seakan begitu akrab dengannya. Anga masih belum terbiasa dengan pria yang begitu akrab dengannya padahal baru kenal.
Tin..
Tin..
Bunyi klakson dari Caca membuat Anga terperanjat. Tapi dia pun langsung berlari kecil menghampiri Caca.
"Maaf ya Ca udah ngerepotin" Ucap Anga merasa tak enak.
"Nggak papa, demi sahabat gue. Tapi kita langsung pulang nih??"
"Iya, Mas Adit pasti udah nungguin di rumah"
"Oke, kita jalan!!"
Dan benar saja, ponsel Anga langsung berbunyi sesaat setelah mobil Caca mulai meninggalkan Restoran.
"Halo Mas??"
"Dek, kok belum pulang?? Mas jemput aja ya?? Tugasnya bisa di lanjut besok aja kan??"
"Ini udah di jalan kok Mas sama Caca. Sebentar lagi sampai"
"Ya sudah hati-hati"
"Iya Mas"
Wajah Anga langsung berubah sendu setelah telepon Aditya di matikan.
"Tuh kan Nga, suami lo kelihatan khawatir banget. Gimana kalau dia tau lo kerja??"
"Aku juga takut Ca. Tapi semoga aja enggak"
Anga kembali merasa berdosa saat mendapatkan perhatian dari Aditya seperti itu. Dia tega berbohong pada pria yang selama ini begitu menyayangi dan menjaganya.
Tak lama kemudian, mobil Caca sudah tiba di depan rumah Aditya. Kedua wanita itu sama-sama ketakutan karena saat ini Aditya tenga duduk di teras menunggu kedatangan Anga.
"Gimana nih Nga, gue jadi ikut deg-degan" Caca malah ketakutan sendiri.
"Nggak papa biar aku yang ngomong"
Anga keluar dari mobil mencoba bersikap biasa saja.
"Mas Adit, kok di luar??" Tanya Caca saat Adit mendekat ke arah mobil Caca.
"Mas nungguin kamu"
"Mas Adit, Caca pulang dulu ya. Maaf baru nganterin Anga jam segini" Ucap Caca dengan senyum cerianya, benar-benar seperti tak terjadi apa-apa. Belum sempat Anga bicara Caca sudah lebih dulu ingin kabur.
"Iya nggak papa. Makasih banyak udah nganterin Anga sampai rumah"
"Sama-sama Mas. Kalau gitu Caca pulang dulu. Daa Anga??"
"Daaa Ca, makasih yaa??"
Tin...
Hanya itu balasan dari Caca dan buru-buru melarikan diri dari hadapan Aditya yang membuatnya ketakutan padahal bukan dia yang membuat kesalahan.
Sementara Anga merasa grogi saat ini karena sedang ditatap oleh Aditya.
"K-kenapa Mas??" Gugup Anga.
"Nggak papa, kamu kelihatan capek banget"
"I-iya aku capek karena ngerjain tugas Mas" Bola mata Anga bergerak tak tenang karena kegugupannya.
Untung saja Aditya tidak curiga sama sekali dan tidak banyak bertanya pada Caca atau kepadanya.
"Ya udah ayo masuk. Kamu mandi terus kita makan" Aditya merangkul pundak Anga dan mengajaknya masuk.
"Jadi Mas belum makan??" Anga menghentikan langkahnya.
"Belum, kan Mas nungguin kamu"
Deg...
Bertumpuk sudah rasa bersalah Anga pada suaminya itu.
*
*
*
Sabar gaessss,, besok Anga bakalan ketahuan sama Mas Adit...
Gimana reaksinya kira-kira ya???😭😭😭