Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permata Pertama Mulia
Wajah anggun, karena dipoles dengan make up seadanya, hanya bedak dan celak. Pakaian menjuntai, bergamis sopan. Dan berkerudung menutupi dada. Bintang masih tak berpaling memandangi keanggunan wajah Permata.
"Kapan kamu pulang mondok?" tanya Permata.
"Udah lama, sekitar sebulan ini aku juga udah kerja di Kota Sambo ini." jawab Bintang.
Mereka duduk di atas kursi kayu pendek, buatannya mas iparnya Bintang. Mereka masih berbincang, melepas rindu tak lama bersua bertahun-tahun sudah. Hingga tibalah pada percakapan,
"Kamu gak lanjutin pendidikan mu Bintang?"
"Hem ... Insyaallah lanjut sih. Kalau kamu?"
"Aku juga insyaallah lanjut, aku disini kok dekat."
"Di Kota Sambo juga? Atau mau keluar kota?"
"Iya... Di Kota Sambo lah. Soalnya ortu gak pernah ngizinin aku jauh dari kota Sambo. Biasa... Kan aku anak perempuan."
"Hem, gitu.... Oia, kira-kira gimana kabarnya temen-temen yang lain juga ya?" Bintang merasa merindukan semua temannya seketika. Terutama teman-teman laki-lakinya yang empat orang masuk dalam mimpinya.
"Iya juga ya...." sambil berpikir, jemari Permata menyentuh dagunya. "Gimana.... Kalau kita ngadain reuni?!" ide muncul akhirnya.
"Wah bener juga tuh. Boleh boleh... Kamu yang woro-woro ya temen-temen." ucap Bintang.
"Aku ganti hp nih, jadi punya nomornya temen-temen,"
"Yaudah sini hp mu aku tambahkan ke kontakku sekarang." ucap Bintang, sembari merebut hp yang ada di tangan Permata tanpa permisi.
Hp Permata yang tak berkata sandi pun dengan mudah Bintang menambahkannya di dalam kontak Bintang.
"Ini sudah." ucap Bintang sambil mengembalikan hp Permata lagi.
Permata yang sekarang berbeda gumam Bintang dalam hati. Dulu dia kalau aku ngerampas hp nya gitu aja dia pasti marah. Sekarang nggak sama sekali.
Bintang yang melamun pun hingga tak sadar bahwa Permata kini sedang melambai-lambaikan tangan ke depan wajahnya.
"Kamu kok ngelamun sih." Permata pun tertawa renyah. "Kamu banyak pikiran ya? Udah dibuat enjoy aja" ucap Permata.
"Nggak sih hehe." hanya itu yang dapat Bintang jawab, karena gak mungkin dia blak-blakan. Walaupun dulu, dia anak yang suka berterus terang saat masih SD.
"Yaudah ya....aku pamit balik...."
"Emang tadi sebenarnya mau kemana?"
"Nggak cuma keliling aja... Kangen Kampung Idiom jadi muter aja didaerah sini." ucap Pertama. Sambil menyisakan senyuman saat dia mulai melenggang pergi.
Bintang benar-benar terpana. Berkali-kali dia bergumam bahwa Permata yang sekarang berbeda, jauh lebih cantik dari sebelumnya.
...****************...
Saat malam hari datang, Bintang yang hendak pergi tidur pun baru ingat, bahwa dia seharusnya sudah masuk dalam grup yang dia dan Permata tadinya rencanakan.
"Kok Permata masih belum buat grupnya ya?" pikir Bintang.
Dia pun tak berpikir lama, "Ah chat duluan ah ke Permata. Siapa tau dia lupa." Dan chat WhatsApp ke nomor Permata pun dia mulai.
Assalamualaikum ini aku Bintang
Permata yang sedang tiduran di kamarnya pun terkejut mendengar denting hp nya, "Siapa sih malam-malam wa." pekiknya.
Setelah Permata buka chat di hpnya, "Bintang?!"
Tak menunggu waktu lama dia pun membalas,
Waalaikumsalam iya Bin
Sumringah yang Bintang rasakan seketika, karena Permata membalas wa nya dengan cepat.
Sudah di save nomor ku? Kok kamu belum buat grup obrolan nya sih? Katanya mau buat acara reuni.
Panjang lebar kini chat dari Bintang. Permata pun menyungging senyum. Waduh lupa! Pekik Permata dalam hati.
Maaf Bintang lupa banget hehe. gimana kalau kamu aja yang buat grup nya.
Oke.
"Hah? Cuma itu balasnya?" pekik Permata yang merasa dicuekin.
Tak perlu waktu lama setelah Bintang membalas oke. Grup pun telah berbuat. Namun anggota grup nya masih hanya ada 2 orang saja. Di grup itu hanya ada Bintang dan Permata saja. Permata pun langsung mengirim pesan lagi ke Bintang.
Loh Bintang. Kok cuma kira berdua?
Iyalah. Kan aku juga gak punya nomornya temen-temen lain.
🤦
Bintang pun tertawa seketika. Tanpa sadar mereka pun saling membalas pesan malam itu. Menghabiskan malam bersama larut dalam per whatapp an.
...****************...
Hari telah berganti, Sibuk mulai menghiasi hari-hari Bintang. Bintang juga telah menemukan kampus yang tepat untuk dia mulai berkuliah menimba ilmu, sebagai lanjutan pencarian ilmunya.
Pagi hari sampai siang hari dia berkuliah, sedangkan seusai kuliah dia langsung bergegas berangkat bekerja di perusahaan percetakan yang telah dia tekuni. Di malam harinya sekitar jam sepuluh malam, dia juga sudah dapat pekerjaan sampingan, yaitu menjaga warung kopi di daerah kampung Idiom dekat rumahnya. Dalam sehari Bintang hanya tidur setidaknya kurang lebih cuma 3 jam itu pun sudah paling banyak yang dia dapatkan sebagai jam tidurnya.
Hal itu telah berlangsung dan menjadi rutinitas baginya. Tak kenal lelah, itulah rumus hidupnya untuk saat ini. Karena dia benar-benar ingin mencapai cita-citanya yang telah lama dia idam-idamkan sejak berada di bangku SD, lebih tepatnya sejak dia menjadi muridnya Bu Fastaqima.
Tepat di hari Senin, dia mulai masuk ke kampus untuk hari pertamanya kuliah, kemarin-kemarin nya dia ke kampus karena masih OMABA, Orientasi Mahasiswa Baru.
Hari ini, benar-benar hari pertamanya berkuliah. Bintang sangat bersemangat. Mamaknya pun juga tak kalah semangat, pagi-pagi Mamaknya sudah menyiapkan sarapan untuk Bintang berbekal.
Dia turuti keinginan Mamaknya pagi itu membawa bekal, walaupun ini untuk pertama kalinya setelah dewasa ini, dia membawa bekal.
Setibanya dia di kampus, sesegera mungkin dia mendatangi tempat pengumuman pembagian kelas ditempelkan, tak lain di Mading OMABA. Disana tertempel lengkap seluruh nama-nama mahasiswa baru di kampus Manwa, Kota Sambo.
Setelah berada tepat di depan pengumuman yang tertempel, Bintang pun mulai menunjukkan telunjuknya ke salah satu kertas yang tertempel. Tak lama kemudian akhirnya dia menemukan namanya.
Tapi tiba-tiba penglihatannya melihat hal lain, telunjuknya pun kembali bergerak mencari sesuatu. Dan, tak lama kemudian dia pun menemukannya.
"Permata Pertama Mulia." pekiknya.
Dan telunjuknya masih belum puas, dia berpikir hal lain, dia masih ingin melihat lainnya.
"Tidak ada. Yes... Setidaknya ada Permata." pikirnya.
Dia berharap ada banyak temannya yang akan kuliah di kampus yang sama dengannya. Tapi dia hanya menemukan satu nama saja. Permata Pertama Mulia.
Setidaknya ada Permata sudah cukup bagiku. Gumam Bintang dalam hati.
Hatinya seketika berbunga, dia berjalan riang menuju kelasnya. Hanya satu temannya, tapi itu sudah cukup menjadi alasannya bahagia.
.
.
.
Lanjutannya secepat mungkin guys 😘