He Ma Li, seorang wanita muda yang penuh semangat, baru saja diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan besar. Berbekal mimpi besar dan tekad kuat, Ma Li berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya yang penuh tekanan. Namun, ada satu sosok yang selalu menguji ketenangannya—CEO Zhang Xiang Li, seorang pria keras kepala dan penuh aturan. Dikenal sebagai pemimpin yang ambisius dan tegas, Xiang Li menjalankan perusahaannya dengan tangan besi, tidak memberi ruang untuk kesalahan.
Awalnya, Ma Li menganggap Xiang Li hanya sebagai bos yang sulit didekati. Namun, semakin lama bekerja di dekatnya, Ma Li mulai melihat sisi lain dari pria tersebut. Di balik sikap dingin dan tatapan tajamnya, Xiang Li memiliki cerita hidup yang sulit, yang perlahan membuat Ma Li semakin tertarik.
Tanpa disadari, perasaan cinta mulai tumbuh di hati Ma Li. Namun, cinta ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Xiang Li, cinta dan pekerjaan tidak pernah bisa bercampur, dan dia bersikeras menahan perasaannya agar tetap profesional. Mampukah Ma Li menembus dinding yang dibangun oleh Xiang Li? Apakah cinta Ma Li cukup kuat untuk membuat CEO keras kepala ini membuka hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lim Kyung rin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 7
Senin pagi tiba, suasana kantor kembali sibuk setelah akhir pekan. He Ma Li datang lebih awal dengan membawa bekal makan siang khusus yang ia siapkan untuk Zhang Xiang Li. Dengan senyum hangat, ia meletakkan bekal itu di meja Zhang Xiang Li, sementara Zhang Xiang Li juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua saling tersenyum, merasakan kehangatan dari perhatian yang diberikan satu sama lain.
Ikatan batin mereka begitu kuat, sampai-sampai tanpa berbicara pun, mereka bisa merasakan perasaan satu sama lain. Setiap perhatian kecil dan perhatian satu sama lain membuat hubungan mereka semakin dalam, dan suasana di kantor terasa berbeda ketika mereka berada bersama.
Saat istirahat makan siang tiba, mereka duduk di kantin kantor sambil membuka bekal masing-masing. He Ma Li tersenyum lebar ketika melihat lauk favoritnya ada di dalam bekal dari Zhang Xiang Li.
“Kamu ingat, ya, aku suka makanan ini?” tanya He Ma Li sambil menatapnya penuh rasa terima kasih.
“Tentu saja,” jawab Zhang Xiang Li sambil tersenyum, matanya menatap penuh perhatian ke arah He Ma Li. “Aku juga tahu kamu selalu menambahkan sambal di bagian tertentu untuk aku, kan?” Ia tertawa kecil, melihat betapa perhatiannya He Ma Li.
Mereka berdua tertawa bersama, sambil menikmati bekal masing-masing yang penuh dengan sentuhan perhatian. Rasanya begitu nyaman, seolah dunia di sekitar mereka menghilang. Rekan-rekan kantor yang melihat mereka pun hanya bisa tersenyum, menyadari ikatan spesial yang terjalin di antara mereka.
Setelah makan siang, mereka kembali ke meja kerja masing-masing. Sepanjang hari, walau sibuk dengan pekerjaan, pikiran mereka berdua sering terlintas pada satu sama lain. Sesekali mereka saling melirik di tengah kesibukan, berbagi senyum kecil yang penuh arti.
Sore harinya, Zhang Xiang Li menghampiri meja He Ma Li, menawarkan untuk pulang bersama.
“Bagaimana kalau kita mampir ke tempat biasa sebelum pulang?” tanyanya dengan nada lembut.
He Ma Li mengangguk, “Ayo. Sudah lama kita tidak mampir ke sana.”
Mereka pun pergi bersama, berbagi momen manis dan menunjukkan betapa kuatnya ikatan batin mereka, sebuah kebersamaan yang tak memerlukan banyak kata.
Setibanya di kafe yang mereka suka, suasana hangat dan nyaman menyambut mereka. Aroma kopi dan kue segar mengisi udara, membuat mereka merasa seolah berada di dunia sendiri. Zhang Xiang Li memesan dua cangkir kopi dan sepotong kue cokelat untuk He Ma Li, yang selalu menjadi favoritnya.
Sambil menunggu pesanan mereka, He Ma Li memandang sekeliling dan kemudian kembali menatap Zhang Xiang Li. “Aku senang kita bisa meluangkan waktu seperti ini. Rasanya sudah lama sekali kita tidak menghabiskan waktu bersama di luar kantor.”
Zhang Xiang Li tersenyum dan membalas, “Aku juga. Kadang kita terlalu terjebak dalam rutinitas, sampai lupa untuk menikmati momen kecil seperti ini.”
Tak lama kemudian, pesanan mereka tiba. Mereka berdua saling bertukar potongan kue dan berbagi cerita tentang hari-hari di kantor. Zhang Xiang Li menceritakan bagaimana ia menghadapi proyek sulit yang membuatnya stres, sementara He Ma Li dengan ceria membagikan momen lucu dari tim mereka.
Ketika percakapan semakin akrab, Zhang Xiang Li berusaha untuk mengungkapkan perasaannya. “He Ma Li, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” katanya dengan nada serius, membuat He Ma Li menatapnya dengan penasaran.
“Ada apa? Kamu tampak serius sekali,” jawab He Ma Li, rasa ingin tahunya semakin membara.
Zhang Xiang Li mengambil napas dalam-dalam. “Aku merasa kita memiliki ikatan yang sangat kuat. Lebih dari sekadar teman. Setiap kali aku bersamamu, aku merasa bahagia dan tenang. Aku ingin kita bisa lebih dari ini.”
Jantung He Ma Li berdebar mendengar pernyataan itu. “Zhang Xiang Li, aku juga merasakan hal yang sama. Setiap momen bersamamu sangat berarti bagiku,” jawabnya dengan tulus.
Keduanya saling menatap, dan dalam sekejap, semua keraguan dan rasa tidak pasti sirna. Mereka tahu bahwa apa yang mereka miliki adalah sesuatu yang istimewa.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita coba menjalin hubungan yang lebih serius?” tanya Zhang Xiang Li, hatinya berdebar-debar menunggu jawaban He Ma Li.
“Ya, aku ingin sekali,” jawab He Ma Li, senyumnya merekah. “Aku ingin kita bisa saling mendukung dan berbagi kehidupan bersama.”
Mereka berdua tersenyum lebar, merasakan kebahagiaan yang baru. Malam itu, mereka tidak hanya berbagi kue dan kopi, tetapi juga mimpi dan harapan untuk masa depan bersama. Rasanya, dunia di sekitar mereka menjadi lebih cerah dan penuh kemungkinan.
Setelah pernyataan mereka, Zhang Xiang Li dan He Ma Li merasa seolah ada sesuatu yang baru dan berharga dalam hidup mereka. Saat pulang dari kafe, mereka berjalan berdampingan, tangan mereka nyaris bersentuhan, merasakan getaran yang penuh harapan. Setiap langkah terasa ringan dan penuh arti, seolah mereka memasuki babak baru yang lebih cerah.
Beberapa hari berlalu, dan mereka mulai menjalani hubungan baru ini dengan penuh semangat. Mereka berkomitmen untuk saling mendukung, tidak hanya di kantor tetapi juga dalam kehidupan pribadi. Setiap pagi, He Ma Li menyiapkan secangkir kopi untuk Zhang Xiang Li di pantry, dan di siang hari, mereka sering beristirahat bersama, berbagi tawa dan cerita.
Suatu malam, Zhang Xiang Li mengundang He Ma Li untuk makan malam di rumahnya. Ia ingin menunjukkan sisi lain dari dirinya dan memasak makanan kesukaan He Ma Li sebagai kejutan. Saat He Ma Li tiba, aroma masakan menyambutnya di pintu. Zhang Xiang Li telah menyiapkan spaghetti dan salad segar—makanan sederhana, tetapi penuh cinta.
“Makan malam ini adalah hasil kerja keras dan keinginan untuk membuatmu bahagia,” ujarnya sambil tersenyum lebar.
He Ma Li merasa terharu. “Aku sangat beruntung memiliki kamu dalam hidupku, Zhang Xiang Li. Ini semua terasa seperti mimpi,” katanya dengan tulus.
Mereka menikmati makan malam sambil berbicara tentang impian dan rencana masa depan. Zhang Xiang Li mengungkapkan keinginannya untuk berkeliling dunia, dan He Ma Li berbagi cita-citanya untuk membuka restoran kecil suatu hari nanti. Mereka saling berjanji untuk mendukung satu sama lain dalam mewujudkan mimpi masing-masing.
Setelah makan, mereka duduk di sofa sambil menonton film. Zhang Xiang Li merangkul He Ma Li, dan tanpa terasa, mereka terhanyut dalam suasana yang nyaman. Saat film berakhir, He Ma Li berbalik untuk menatap Zhang Xiang Li, merasakan kehangatan yang mendalam.
“Zhang Xiang Li, terima kasih sudah membuat malam ini begitu istimewa. Aku merasa kita semakin dekat,” katanya, matanya berbinar.
Zhang Xiang Li menjawab, “Aku juga merasakannya. Setiap hari bersamamu adalah hari yang lebih baik.”
Hari-hari berlalu, dan hubungan mereka semakin dalam. Mereka menghadapi berbagai tantangan, seperti tekanan pekerjaan dan isu-isu yang muncul di antara rekan kerja, tetapi ikatan mereka hanya semakin kuat. Saat situasi di kantor menjadi menegangkan, mereka selalu memiliki satu sama lain sebagai tempat bersandar.
Suatu hari, saat mereka berada di luar kantor untuk beristirahat sejenak, Zhang Xiang Li melihat He Ma Li tampak sedikit cemas. Ia menghampirinya dan bertanya, “Ada yang mengganggu pikiranmu?”
He Ma Li menghela napas. “Aku khawatir tentang hubungan kita. Banyak yang mulai memperhatikan kita di kantor. Aku tidak ingin gosip buruk merusak apa yang kita miliki.”
Zhang Xiang Li tersenyum, mencoba menenangkan ketegangan dalam diri He Ma Li. “Kita tidak perlu memikirkan apa yang orang lain katakan. Yang terpenting adalah kita tahu apa yang kita rasakan satu sama lain. Kita akan menghadapinya bersama.”
Mendengar kata-kata tersebut, hati He Ma Li merasa tenang. Mereka berdua sepakat untuk tetap fokus pada hubungan mereka dan tidak membiarkan apa pun menghalangi kebahagiaan yang telah mereka bangun bersama.
Beberapa minggu kemudian, saat mereka merayakan ulang tahun He Ma Li, Zhang Xiang Li merencanakan kejutan yang spesial. Ia mengundang teman-teman dekat mereka dan menyiapkan pesta kecil di taman kota. Saat He Ma Li tiba dan melihat semua teman-teman berkumpul, matanya berbinar dengan kebahagiaan.
Zhang Xiang Li berdiri di tengah taman, memegang bouquet bunga dan sebuah kotak kecil. “Selamat ulang tahun, He Ma Li! Aku sangat bersyukur memiliki kamu dalam hidupku. Aku ingin kamu tahu, kamu adalah segalanya bagiku,” katanya sambil tersenyum.
He Ma Li merasa terharu. “Terima kasih, Zhang Xiang Li! Ini adalah kejutan terbaik yang pernah aku dapatkan,” jawabnya dengan senyuman.
Zhang Xiang Li kemudian berlutut dan mengeluarkan cincin kecil. “Aku ingin memberikan ini sebagai simbol betapa berartinya kamu bagiku. Maukah kamu menjadi pasanganku dalam setiap langkah kita ke depan?”
Dengan air mata bahagia, He Ma Li mengangguk. “Ya, aku mau! Aku tidak sabar untuk menjalani hidup bersamamu.”
Mereka berpelukan, dikelilingi oleh sorak-sorai teman-teman mereka, menandai awal perjalanan baru yang penuh cinta dan harapan. Malam itu, di bawah cahaya bintang, mereka merasakan bahwa apa yang mereka miliki adalah sesuatu yang sangat istimewa—ikatan yang tak tergoyahkan dan cinta yang akan terus tumbuh seiring waktu.