Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan di Luar Ruangan Sean
"Apa matamu buta? Jalan saja tidak becus! Kau mau dipecat ya!"
Seorang wanita berambut panjang dan bermata tajam mendorong Claire dengan kuat hingga Claire terjatuh dan terduduk di dekat pintu lift.
Claire bangun dari duduknya lalu membersihkan roknya. "Maaf Nona, tapi kau sudah menabrakku terlebih dahulu." Claire masih bersikap sopan meskipun wanita di depannya sudah bersikap kasar padanya.
Mendengar jawaban dari Claire, wanita itu semakin marah. Dia menginjak kertas yang akan diambil oleh Claire dengan sengaja. "Apa kau bilang? Aku yang menabrakmu lebih dulu? Apa kau sedang mengingau?"
Claire yang sedang membungkuk ingin meraih kertasnya, seketika mendongakkan kepala menatap wanita itu. Claire berusaha menahan diri agar tidak marah dan tetap bersikap tenang. "Permisi Nona, kau menginjak dokumenku."
Wanita itu menampilkan wajah acuh tak acuhnya. "Berlutut dan minta maaflah padaku, maka akan kuberikan padamu dokumen ini, jika tidak aku akan merobeknya."
Wanita itu berucap dengan angkuh. Wanita itu pikir Claire mudah ditindas saat melihat penampilannya seperti orang lugu dan polos.
Wanita itu menampilkan wajah acuh tak acuhnya. "Berlutut dan minta maaflah padaku, maka akan kuberikan padamu dokumen ini, jika tidak aku akan merobeknya." Wanita itu berucap dengan angkuh. Wanita itu pikir Claire mudah ditindas saat melihat penampilannya seperti orang lugu dan polos.
Claire berdiri tegak lalu menatap wanita di depannya dengan berani. "Aku tidak mau. Kau yang salah. Seharusnya kau yang meminta maaf padaku. Kau yang menabrakku lebih dulu."
"Berani sekali kau berkata seperti itu. Apa kau tidak tahu siapa aku?"
"Aku tidak peduli kau siapa. Bagiku itu tidak penting."
Mendengar hal itu, membuat wanita itu semakin marah. Wanita itu membungkuk kemudian meraih kertas putih milik Claire lalu merobeknya dan melemparkan ke wajah Claire.
"Apa kau tidak tahu kalau itu berkas penting?" tanya Claire dengan marah.
"Aku tidak peduli. Itu pelajaran untukmu karena sudah berani melawanku," ucap wanita itu dengan wajah angkuhnya.
Claire menggertakan giginya berusaha untuk menahan amarahnya. "Minta maaf padaku sekarang juga," ucap Claire penuh penekanan.
"Ponselku terjatuh karena ulahmu dan berkasmu sudah robek, jadi kita impas," kata wanita itu dengan wajah acuh tak acuh.
"Selanjutnya aku akan memecatmu dari sini." Wanita itu tersenyum mengejek lalu memungut ponselnya kemudian hendak pergi, tetapi ditahan oleh Claire.
"Minta maaf padaku, jika tidak, aku tidak akan membiarkanmu pergi." Claire menahan tangan wanita itu ketika dia akan melangkah masuk ke dalam lift.
Wanita itu menepis tangan Claire lalu berbalik dengan wajah marah. Sekali lagi dia mendorong tubuh Claire hingga dia membentur tembok. "Wanita rendah sepertimu jangan mimpi mendapatkan permintaan maaf dariku," ucap Wanita itu dengan angkuh.
"Baiklah kalau begitu, jangan salahkan aku karena bersikap kasar padamu." Claire menghampiri wanita itu lalu menariknya dan menghempaskannya hingga wanita itu terjatuh.
*********
"Ada keributan apa di luar?" Sean yang sedang membicarakan hal serius dengan Ken merasa terganggu ketika mendengar suara gaduh di luar ruangannya.
"Saya akan mengeceknya, Tuan."
Ken berjalan keluar ruangan Sean dengan langkah cepat. Lima menit kemudian dia kembali dan membisikkan sesuatu pada Sean. Tidak ada perubahan di wajah Sean hanya ada sedikit kerutan di keningnya, tetapi hanya sesaat kemudian menghilang.
"Panggil mereka ke sini," perintah Sean.
Ken kembali keluar dan kembali bersama dengan sekertaris Sean, Claire, dan wanita yang bertengkar dengannya. Sean menatap ketiga wanita yang kini sudah berdiri di hadapannya dengan sorot mata terbaca.
Sebelum berbicara, tatapannya berhenti pada Claire. "Jelaskan padaku kenapa kalian membuat keributan di luar ruanganku?"
Meskipun datar, tapi kata-kata Sean mampu membuat mereka semua menjadi takut. Sean memang terkenal tidak banyak bicara, tapi sekalinya berbicara, suasana menjadi mengerikan. Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya wajib dipatuhi dan tidak ada yang berani membantahnya.
Sekertaris Sean yang bernama Alea lebih dulu membuka mulutnya. "Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saya hanya melerai mereka berdua ketika mendengar mereka membuat keributan di dekat lift."
Setelah terjatuh, Aletha bangun dan berniat menampar Claire, tetapi ditahan oleh Claire. Aletha kemudian menghubungi pihak keamanan untuk menyeret Claire keluar dan tidak memperbolehkannya masuk lagi ke perusahaan tersebut.
Saat Claire akan dibawa oleh petugas keamanan, dia memberontak dan menolak untuk pergi. Saat itulah sekertaris Sean datang dan melerai pertengkaran mereka.
"Kakak Sean, ini semua salah wanita udik itu. Dia mendorongku." Wanita itu menunjuk pada Claire lalu menghampiri Sean dan memegang lengannya.
Claire diam-diam menampilkan senyum mengejek ke arah Sean dan wanita itu. Claire sudah mendunga kalau wanita itu pasti didukung oleh salah satu pejabat tinggi yang ada di perusahaan tersebut, jika tidak, bagaimana bisa dia memiliki kepercayaan diri untuk memecatnya dan memperlakukannya dengan seenaknya. Ternyata dia berlindung di balik Sean, calon suaminya sendiri.
Sean menoleh pada wanita itu. "Aletha, jaga sikapmu. Ini adalah kantor." Aletha seketika terdiam dan melepaskan tangannya dari lengan Sean dengan wajah cemberut.
Sean kemudian beralih menatap pada Claire. "Siapa namamu?"
Salah satu sudut bibir Claire berkedut. Jadi Sean ingin berpura-pura tidak mengenalnya, baiklah. Dia juga akan melakukan hal yang sama dengannya. "CEO Sean, namaku Claire. Aku karyawan baru di sini."
Sean menyandarkan punggungnya ke kursinya masih dengan tatapan datarnya. "Apa benar kau mendorong Aletha?"
"Iyaa, tetapi dia ingin mend...."
Belum sempat Claire menyelesaikan ucapannya, Sean sudah lebih dulu menyela. "Kau adalah karyawan baru dan kau sudah berani membuat keributan di sini. Apa kau pikir ini tempat bermain?"
Aletha tersenyum senang karena merasa mendapatkan pembelaan dari Sean. "Dia juga sudah merusak ponselku, Kakak Sean," adu Aletha dengan wajah pura-pura sedih. Aletha meletakkan ponsel yang layarnya retak di atas meja Sean.
"Kau merusaknya sendiri," ungkap Claire.
Tentu saja dia melihat Aletha menginjak ponsel itu dengan heelsnya hingga layarnya menjadi retak. Padahal, saat mereka bertabrakan tadi, ponselnya hanya tergores saja.
Aletha buru-buru menggeleng. "Dia bohong Kakak Sean. Dia yang sudah menabrak dan mendorongku hingga terjatuh lalu menginjak ponselku hingga rusak," sanggah Aletha cepat.
"Minta maaf pada Aletha." Kata yang keluar dari mulut Sean membuat Claire ingin tertawa. Menertawakan kebodohan Sean yang dengan mudahnya mempercayai ucapan Aletha.
"Aku tidak mau, dia harus meminta maaf lebih dulu padaku." Alea, Ken, dan Aletha terlihat terkejut setelah mendengar perkataan Claire. Baru kali ini ada yang berani membantah Sean.
"Kau pikir siapa dirimu? Berani sekali menyuruhku meminta maaf," sela Aletha dengan wajah angkuh.
Bulu mata Sean terangkat dengan cepat, kemudian memajukan tubuhnya sambil menatap Claire. "Jadi kau tidak mau minta maaf padanya?" Ucapan Sean sangat datar, tetapi memiliki aura tekanan dibaliknya.
Suasana menjadi hening selama beberapa detik. "Kakak Sean, lebih baik pecat saja dia. Dia bahkan tidak menununjukkan rasa hormat sedikit pun padaku tadi. Karyawan seperti itu, tidak seharusnya bekerja di perusahaan ini."
Sean terdiam beberapa saat, pandanganya masih tertuju pada Claire. "Kau tidak bisa memecatku untuk alasan yang tidak jelas Tuan Sean. Wanita itu lebih dulu menyerangku. Apa kau sungguh percaya dengan semua ucapannya?"
Melihat sikap keras Claire, Sean berkata dengan suara berat. "Selain Claire, semuanya keluar dari ruanganku."
Aletha menoleh cepat pada Sean. "Kak Sean, biarkan aku yang mengurusnya. Hal seperti ini tidak perlu sampai merepotkanmu." Tentu saja Aletha ingin membuat perhitungan lagi pada Claire sebelum memecatnya.
"Jangan sampai aku mengulangi perkataanku lagi, Aletha."
Mendegar hal itu, Alea dan Ken berjalan keluar lebih dulu karena takut melihat kemarahan Sean, sementara Aletha menelan salivanya dengan tangan gemetar ketika melihat tatapan menakutkan dari Sean.
"Baiklah, aku akan keluar." Aletha melangkah keluar setelah melayangkan tatapan tajam pada Claire.
Setelah kepergian Aletha, Sean menatap Claire beberapa saat lalu berkata, "Hari pertama bekerja sudah membuat keributan. Menggertak orang dan berlaku kasar pada senior yang memiliki jabatan lebih tinggi darimu. Kau pikir ini perusahaan ini milik keluargamu?"
Claire mengangkat kepalanya dengan wajah tanpa senyum. "Dia yang mulai duluan."
Kelopak mata Sean terangkat cepat dan mata hitamnya menyorot tajam ke arah Claire. "Jangan kau pikir karena kakek memihakmu sehingga kau berpikir aku tidak berani mengusirmu dari perusahaanku." Mata dingin Sean terlihat serius.
"CEO Sean begitu melindungi wanita itu, apa dia adalah kekasihmu? Kau bahkan tidak memberikanku kesempatan untuk membela diri."
Dahi Sean berkerut mendengar perkataan Claire. "Kenapa? Apa kau takut posisimu sebagai calon istriku akan terancam?"
"Tidak, justru aku senang kalau dia bisa menggantikanku. Dengan begitu, aku bisa lepas dari perjodohan ini."
Tatapan Sean seketika menjadi dingin dan wajahnya mengeras. "Keluar!"
Saat pulang bekerja, Sean melihat Claire sedang berdiri di depan pintu keluar kantornya bersama dengan seorang pria. Dia menghentikan langkah kakinya sejenak untuk menatap ke arah Claire dan pria itu.
Aura dingin memancar dari tubuhnya Sean dan mata hitamnya berubah menjadi gelap ketika melihat Claire berbicara dengan akrab dengan pria itu.
********
Sesampainya di kediaman keluarga Sean, Claire langsung naek ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya. Dia kembali turun ke bawah saat makan malam. Setelah selesai makan malam, Sean langsung naik ke ruang kerjanya tanpa berbicara apapun.
Saat Claire akan naik ke atas, ibu Sean mengajaknya bicara di taman belakang. Ibu Sean sengaja mengajaknya berbicara di sana agar tidak ada mendengar permbicaraan mereka.
"Bibi Kate, apa yang ingin kau bicarakan padaku? Apa masih ada yang harus aku kerjakan setelah ini," tanya Claire setelah mengalami keheningan selama 5 menit.
Ibu Sean berbalik menghadap Claire. "Katakan padaku, apa yang kau inginkan agar kau mau membatalkan perjodohanmu dengan anakku?" tanya Ibu Sean tanpa basa-basi.
Bersambung...
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor