***++ Harus bijak memilih bacaan ya guys...
Malam panas satu malam ku dengan lelaki asing membuatku tidak bisa lepas dari lelaki itu. Belakang aku tahu ia adalah Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah sakit Mamaku dan kebetulan lelaki itu adalah Dokter yang merawat mamaku. Ia srorang duda yang haus akan hubungan panas di atas ranjang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qolbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 BERIKAN AKU IMBALAN.
"Tidak bisakah aku menggodamu saat ini Dokter?" Aku memberanikan diri untuk bertanya padanya dengan senyum yang aku paksakan karena sebenarnya aku tidak sekuat dan juga setegar itu.
"Ada apa Kenapa kau jadi seperti ini? kau tidak jadi masuk kuliah hari ini? atau ada sesuatu yang kau sembunyikan diriku?"
aku menatap wajah dokter Rafandra yang saat itu ada di depanku yang lalu aku melihat lelaki itu tampak lekat menatapku balik.
"A... aku..." suaraku seakan tertekan di kerongkongan aku tidak bisa berkata secara normal seperti apa yang tadi sempat aku ucapkan saat aku berlatih di dalam kamar mandi sembari menatap wajahku sendiri dari pantulan kaca cermin yang ada di depanku.
"kau bilang saja Sebenarnya ada apa?"
"Aku membutuhkan bantuanmu dokter,"
Aku mengatakan apa yang harusnya aku katakan dan aku berharap dokter Andra bisa mencarikan jalan keluar untuk masalahku tersebut.
"masalah yang seperti apa yang sampai membuatmu bernisiatif terlebih dahulu seperti ini?"
aku bisa merasakan kedua telapak tangan kasar lelaki itu mulai mengusap ujung lututku yang tertekuk di sana di kedua sisinya dan perlahan naik ke atas menyusuri setiap inci kulit pahaku yang terekspos namun aku tidak menghiraukannya seolah apa yang lelaki itu lakukan dengan tangannya sudah seperti biasa untuk kulit tubuhku.
aku semakin menautkan kedua tanganku tepat ke jenjang lehernya ketika aku merasakan usapan itu yang semakin dalam dan dalam menyentuh permukaan dalam kedua pahaku.
"Aku memiliki masalah di kampus. Aku tidak tahu bahwa apa yang aku lakukan seharian kemarin ternyata malah akan dijadikan gosip panas dan tidak benar oleh temanku yang tidak bertanggung jawab. Sebenarnya apa yang mereka katakan memang benar sedikit tidak banyak Mereka bilang kalau aku menjadi simpanan om-om tua. sebenarnya itu yang benar aku mau jadi simpanan dokter hafalan gerakan bukan om-om tua dan aku tidak mau sampai... hal tersebut membuatku kehilangan beasiswa yang selama ini aku dapatkan secara berturut-turut,"
aku melihat lelaki itu menganggukkan kepalanya beberapa kali tanda ia mengerti khawatiran yang aku rasakan.
"kalau aku bisa menyelesaikan masalahmu kau akan memberiku imbalan apa?"
aku mendengus karena aku merasa kesal aku merasa jika lelaki itu tidak tahu apa yang bisa aku lakukan karena sudah pasti aku hanya bisa menyerahkan tubuhku untukmu Aku tidak memiliki apapun sebagai imbalannya.
"kau tidak senang?"
"bukan seperti itu dokter, Kalau dokter bertanya imbalan apa yang bisa aku berikan jelas aku hanya bisa memberi dokter dengan tubuhku aku tidak memiliki apapun selain tubuhku yang Hanya aku berikan untuk dokter bukan lelaki lain,"
setelah mengucapkan kata-kata itu Aku kemudian meraih kedua sisi wajah lelaki itu kemudian mendekatkan wajahku lalu mendaratkan kecupan lembut tepat di bibirnya.
"aku janji padamu dokter Aku tidak akan pernah dekat dengan lelaki manapun selain dokter Rafandra jadi tolong aku dokter,"
ucap rengekanku lagi yang berharap Dokter bisa mengerti dengan apa yang aku katakan.
ia lalu mengambil ponsel yang ada tidak jauh dari tempatnya berada kemudian memberikan ponsel itu padaku untuk melihat apa yang ternyata sudah ia lakukan.
Aku menerimanya kemudian membuka semua berita yang ada di buletin kampus dan semua berita itu sudah hilang begitu saja. Aku tidak menyangka ternyata berita yang aku khawatirkan tersebut sudah tidak bisa di akses lagi bahkan akun yang ada di buletin kampus yang menyebarkannya pun satu persatu sudah tidak bisa di akses lagi.
Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat saat itu aku pun langsung turun dari atas pangkuan Rafandra begitu saja untuk mengambil ponselku sendiri karena aku masih tidak percaya dengan ponsel lelaki itu.
aku segera menuju ke atas ranjang di mana ponselku berada aku lalu membukanya dan melihat berita itu di sana ternyata sudah tidak ada benar-benar sudah lenyap begitu saja. aku menatap darah lelaki itu dan tampak begitu heran. dalam hatiku bertanya "sejak kapan ia memblokir kabar berita tersebut?" ternyata tatapanku itu disadarinya dan ia menatap balik ke arahku.
"Kenapa kamu menatapku dengan tatapan seperti itu?"
aku menggelengkan kepalaku beberapa kali ketika mendengar apa yang lelaki itu tanyakan aku hanya merasa takut juga senang luar biasa sekali saat aku memiliki lelaki yang seperti Dokter Rafandra Erlangga.
"Apakah kau tahu tentang berita yang ada di buletin kampus itu?"
aku mencoba untuk bertanya padanya sebenarnya aku ingin tahu sejak kapan ia mengetahuinya Dan apakah ia sendiri yang menghapus postingan tersebut atau memang ada orang lain yang ikut campur tangan dalam hal itu.
"aku melihat postingan itu sejak postingan itu muncul. sejak pagi tadi tentunya sejak aku melarangmu untuk masuk kuliah tapi karena kamu tidak bisa aku hentikan aku hanya bisa membiarkanmu saja seperti apa yang kamu mau jadi sekarang postingan itu sudah hamil karena aku sudah meminta seseorang untuk menghapusnya secara permanen. kalau kamu tanya kenapa aku bisa tahu postingan itu dibuletin kampus kamu apakah kamu lupa aku memiliki akses semua yang ada di kampus itu karena aku adalah donatur tetapi di kampus mu tersebut. Jadi kau jangan heran,"
aku merasa begitu terkejut ketika mendengar apa yang lelaki itu katakan benar-benar tidak bisa aku pikirkan bagaimana kekuatan lelaki itu yang begitu luar biasa.
"Aku tidak tahu kenapa ada orang yang memiliki tangan dewa sepertimu. dan aku baru menyadari bahwa aku begitu beruntung jatuh di tanganmu,"
Aku mengucapkan semua kata-kata itu hanya dalam hati karena aku tidak bisa mengekspresikan kebahagiaanku itu di hadapannya karena itu sudah pasti aku akan menjatuhkan diriku dalam lubang dalam yang mungkin akan membuatku menyesalinya. Jelas, lelaki itu seperti serigala yang kelaparan saat melihatku. Apa lagi aku yang memulainya terlebih dahulu.
"kenapa? Kenapa kau jadi diam saja? bukankah kau harus memberiku hadiah untuk hal besar yang sudah aku lakukan?"
aku hanya menganggukan kepalaku beberapa kali sebagai jawabannya karena sudah pasti aku tidak bisa untuk melarikan diri aku juga tahu apa yang harus aku lakukan yaitu berterima kasih padanya.
Aku kemudian meletakkan ponselku ke atas pengisi daya yang ada di atas laci di samping ranjang. aku turun dari atas ranjang itu dan berjalan mendekat menuju ke arah lelaki itu berada.
"seharusnya pagi-pagi kau bilang padaku kalau di kampus sedang ada berita yang tidak mengenakan. Tapi kau hanya bilang tadi aku kalau kau ingin bersamaku seharian,"
aku menghentikan langkah kakiku ketika aku tepat berada di sampingnya dan saat itu ia langsung menarik salah satu tanganku hingga aku terjatuh dalam pangkuannya.
"kalau aku memberitahumu sejak awal bukankah kau tidak akan menjadi seperti ini padaku? aku ingin kau berinisiatif duluan. Aku ingin kau yang memuaskan aku kali ini,"
Aku melihat tangannya terulur ke arahku isyarat ia ingin aku mendekat ke arahnya.