"Apa-apaan ini?" teriak Alea
"Nikah sama aku!" perintah Niko.
"Gak mau!" tolak Alexa
"Kamu nolak siap-siap aku hancurin karier kamu juga kehidupan kamu!" ancam Niko.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima Belas
Alexa duduk di depan meja rias sambil mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Tubuhnya hanya ditutupi oleh handuk yang melingkar di dadanya. Mulutnya tidak berhenti menggerutu karena kesal. Bagaimana tidak, Nicholas kembali mempermainkan dirinya. Setelah dibuat melayang dalam sekejab dibanting ke bawah. Beberapa saat yang lalu Nicholas mempermainkan dirinya di bathtub. Menggodanya, terus meninggalkan dirinya begitu saja.
Alexa berhenti menggerutu, saat matanya melihat pantulan tubuh Nicholas di cermin yang ada di hadapannya. Pria itu berdiri bersandar pada ambang pintu kamar mandi, sambil menghisap rokok, bertelanjang dada, menampilkan otot perutnya yang terbentuk dengan sempurna, bagian bawahnya memakai celana panjang bahan berwarna hitam yang nampak pas di kakinya, wajahnya tampan dengan hidung mancung, sangat manis jika tersenyum, meskipun pria itu jarang melakukan itu, wajahnya yang innocent mampu menipu banyak orang. Melihat wajah Nicholas pasti banyak yang tidak percaya jika pria itu sebenarnya sangat kejam.
"Apa?" Alexa melotot ketika pandangan bertemu dengan Nicholas di cermin.
Pria itu mendengkus, menggeleng seakan tidak peduli dengan kemarahan Alexa.
Alexa menaruh hairdryer ke atas meja rias sedikit kasar, lalu berbalik. Duduk dengan menyilangkan kaki, tangannya melipat di dada, tatapannya mengarah pada Nicholas, menatap sang suami dengan kesal.
"Aku mau tanya satu hal," ucap Alexa.
"Apa?" tanya Nicholas datar. Ia menjatuhkan sisa rokok di tangannya lalu menginjak untuk mematikannya.
"Dalam berkas yang kemarin kamu tunjukkan padaku, aku tidak boleh dalam waktu dekat. Tapi kamu… keluarin benih kamu di dalam terus." Alexa bicara sambil mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana kalau aku hamil?" tanya Alexa.
"Gugurin!" jawab Nicholas tanpa to the point.
"Kejam sekali." Alexa menggerutu, tetapi Nicholas masih bisa mendengarnya.
Nicholas mendengkus lantas membuka laci meja nakas. Ia mengambil botol seperti obat lantas memberikannya kepada Alexa.
"Aku belum siap kalau punya anak." Nicholas meletakkan botol obat itu di meja rias. "Minum ini."
Alexa mengambilnya, ia membaca yang tertulis di kemasan itu. Meskipun tidak yakin Alexa menduga obat itu adalah obat pencegahan kehamilan.
Alexa mengeluarkan satu butir obat lantas meminumnya
"Kalau kamu belum siap punya anak kenapa kamu janjiin Noah adik," gerutu Alexa.
Nicholas terdiam tidak bisa membalas ucapan Alexa.
"Pakaian kamu sudah disiapkan di atas tempat tidur. Arif akan mengantar kami pulang nanti," ucap Nicholas.
"Kenapa harus Arif? Memangnya kamu mau ke mana?” tanya Alexa seraya melangkah ke tempat tidur.
“Tidak ada urusannya sama kamu?" jawab Nicholas membuat Alexa mendengkus.
"Aku menyesal bertanya padamu!" sesal Alexa. "Ya sudah pergi sana, jangan kembali kalau perlu," ucap Alexa dengan nada kesal.
Alexa beranjak dari meja rias membuka dua buah paper bag yang ada di tempat tidur. Mata berbinar saat melihat dress panjang selutut dan juga heels merek ternama. Semua barang itu limited edition.
"Ini benar untuk aku?" seru Alexa.
"Memang buat siapa lagi? Tidak mungkin aku yang memakainya, 'kan?" balas Nicholas ketus.
"Boleh jika memang kamu mau," balas Alexa membuat Nicholas mendengkus.
Tanpa berpikir panjang Alexa meloloskan handuk dari tubuhnya, membuatnya telanjang bulat. Alexa tidak sadar melakukan itu, karena sudah tidak sabar untuk memakai dress itu.
Alexa tidak tahu Nicholas sangat frustrasi melihat itu. Diam-diam Nicholas memerhatikan Alexa, menatap tanpa jeda barang sedetik pun, seolah tidak ingin kehilangan moment setiap gerakan wanita itu.
Beberapa saat kemudian Nicholas maju, berdiri di belakang Alexa, membantu menaikan resleting dress yang Alexa kenakan.
Pada saat itu Alexa baru sadar akan keberadaan Nicholas. Itu artinya Nicholas melihat dirinya telanjang tadi. Masa bodo pria itu juga sudah mengobrak-abrik tubuhnya.
“Dress ini ukurannya pas di tubuhku. Bagaimana bisa kamu tahu ukuran baju dan sepatu yang aku pakai?" tanya Alexa, setelah itu berbalik menghadap Nicholas.
"Aku sudah sering memelukmu. Aku bukan hanya tahu ukuran baju kamu. Tapi … juga ukuran pakaian dalam kamu," bisik Nicholas bermaksud menggoda Alexa.
Mendengar itu Alexa mengerucutkan bibirnya. Dasar pria mesum, pikir Alexa dalam hati.
Alexa lantas melangkah kembali ke meja rias, memilih untuk berdandan. Sesekali matanya mencuri pandang ke arah Nicholas melalui cermin yang ada di hadapannya. Pria itu sedang memakai kemejanya.
"Berapa lama lagi kamu akan berdandan?" tanya Nicholas sembari melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Dirinya sudah siap untuk pergi, tetapi Alexa masih belum selesai berdandan.
"Sebentar lagi," sahut Alexa. "Aku harus tampil secantik mungkin. Aku mau jika orang-orang mengatakan aku tidak layak untukmu," sambung Alexa.
Alexa sedang memakai blush on ke tulang pipinya seraya melihat suaminya dari cermin di hadapannya. Ada senyum tipis saat melihat suaminya duduk di tepi ranjang untuk menunggunya berdandan.
Alexa bisa melihat jika sang suami berulang kali melihat waktu pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sebenarnya Alexa sengaja memperlambat aktivitasnya untuk membuatnya kesal, tetapi ternyata suaminya itu masih setia menunggu dirinya.
“Kalau memang kamu ada urusan penting, pergilah lebih dulu. Aku akan pergi setelah aku siap," ucap Alexa seraya menyapukan kuas blush on di sekitar wajahnya.
"Aku tidak mau mengambil resiko jika kamu sampai kabur," tolak Nicholas.
Alexa mendengkus lalu meletakkan kuas blush on ke dalam tas riasnya.
"Ayo aku sudah siap." Alexa berdiri lalu berbalik ke arah Nicholas, memperlihatkan penampilannya. "Bagaimana penampilanku?" tanya Alexa.
Nicholas memperhatikan penampilan Alexa dari atas hingga bawah. Dress warna merah maroon terlihat pas di tubuhnya. Sangat cocok dengan kulitnya yang putih.
“Biasa saja tidak ada yang berubah,” jawab Nicholas. Padahal Alexa sangat cantik.
"Hah! Penglihatan kamu tidak bermasalah, 'kan?" maki Alexa tidak terima dengan penilaian Nicholas atas penampilannya.
"Cepat ayo pergi. Aku bisa terlambat!" dalih Nicholas.
Nicholas pergi lebih dulu, meninggalkan Alexa yang sedang misah-misuh tidak jelas. Sebenarnya Alexa begitu cantik, jika berada lebih lama lagi di satu ruangan yang sama, Nicholas tidak yakin bisa mengendalikan tubuhnya. Sedangkan hari itu ada masalah yang harus dirinya selesaikan.
"Apa kamu tidak bisa menghargai kerja kerasku ini?" protes Alexa. "Setidaknya kamu memujiku walaupun itu hanya sedikit."
Nicholas yang baru akan membuka pintu berbalik menghadap Alexa. "Aku tidak menyuruhmu untuk berdandan begitu lama, 'kan?" balas Nicholas.
Alexa menganga mendengar perkataan Nicholas. Percuma mengharapkan pujian dari Nicholas, ia lupa jika suaminya itu mahluk tidak berperasaan.
"Dasar menyebalkan!" maki Alexa.
Alexa menghentakkan kakinya, menyambar tas di atas tempat tidur, kemudian menyusul Nicholas.
"Minggir!" perintah Alexa.
Nicholas tersenyum mengejek lantas bergeser memberikan jalan untuk Alexa.
Alexa sendiri melangkah lebih dulu meninggalkan Nicholas. Mulutnya kembali menggerutu, memaki Nicholas tentunya. Sedangkan Nicholas yang melangkah di belakang, diam-diam menunjukan senyum tipisnya. Entah mengapa ia senang membuat Alexa kesal. Baginya istrinya nampak menggemaskan jika sedang marah.
sabaaaar yaaa ,,sebentar juga malam
ditunggu jawabannya thoor ,,kalo bisa jangan kelamaan hehe
nicholas yang ngelakuin itu ke Alexa, dan dia baru tahu setelah sekian lama,, makanya dia ada bersama Alexa sekarang