Yunan (Suami Rahasia Bu Guru)

Malam ini begitu sunyi, Dara tidak bisa tidur, dia terus saja mengubah posisi tidurnya, memiringkan badannya ke sebelah kanan, kemudian berganti menghadap ke kiri.

Dara memegang jantungnya yang berdebar-debar, bagaimana dia tidak kaget, tiba-tiba Yunan mencium bibirnya. Mungkin karena Dara baru pertama kali merasakan ada yang mencium bibirnya, sehingga dia nampak shock atas apa yang terjadi malam ini.

"Kenapa aku malah pasrah saja tadi? Seharusnya aku mendorongnya!"

Dara menggelengkan kepalanya, menurutnya apa yang terjadi pada dirinya pada Yunan itu tidak boleh terjadi, mereka itu guru dan murid, walaupun dia tau sekarang ini status dia dengan Yunan adalah suami istri, tapi Dara sudah berencana pergi dari apartemen setelah satu bulan tinggal disana.

Dara tidak mungkin bisa hidup lebih lama dengan Yunan, karena dia memang tidak memiliki keinginan untuk menjadi istri Yunan selamanya. Yunan masih SMA, dia harus mengejar mimpinya.

Dan juga Yunan bukanlah pria yang diinginkan oleh Dara untuk menjadi pendamping hidupnya, Dara menginginkan pendamping hidupnya adalah sosok pria dewasa yang bisa menjadi tempat dia bersandar. Bukan laki-laki bocah seperti Yunan.

"Hmm... mungkin dia terbawa suasana, makanya dia tidak bisa mengontrol diri. Pokoknya besok aku harus pura-pura tidak ingat dengan apa yang terjadi malam ini."

Berbeda dengan Yunan, malam ini dia nampak bahagia sekali, dia mengingat lagi bagaimana dia mencium bibir Dara, ah rasanya membuat sekujur tubuhnya panas, jika seandainya tadi Dara tidak buru-buru melepaskan diri dan berlari ke kamar, mungkin saja Yunan tidak akan bisa mengontrol dirinya. Bisa saja dia khilaf.

Khilaf? Yunan memukul keningnya, dia baru ingat Dara adalah istrinya Yunan, tidak ada kata khilaf jika dia melakukannya bersama Dara. Tapi dia tau mungkin Dara belum siap menerimanya, dia paham betul Dara pasti menginginkan sosok pria dewasa untuk menjadi pendamping hidupnya.

"Kenapa aku harus terlahir terlambat? Seharusnya aku lahir di tahun yang sama dengan dia atau aku lahir lebih dulu sebelum dia lahir!" Yunan sadar sampai kapanpun dia akan lebih muda dari Dara, mungkin Dara tidak akan pernah menganggapnya pria dewasa.

Yunan membaringkan dirinya di sofa, lama sekali termenung, kemudian dia tersenyum. "Aku memang jauh lebih muda dari dia, tapi aku harus membuktikan bahwa aku bisa bersikap dewasa!"

Yunan tidak akan mundur, dia tidak akan pernah melepaskan Dara, apalagi merelakan Dara pada kakak tirinya. Kecuali jika Dara memang tidak bisa membalas cintanya dan tidak bahagia tinggal bersamanya.

...****************...

Pagi ini seperti biasa Dara bangun lebih awal lagi, dia terkejut saat melihat ada banyak makanan di meja makan, ternyata Yunan sudah memasak banyak jenis sayuran. Bukan hanya sayur, Yunan juga menambahkan ayam goreng dan juga cumi asam manis.

"Ka-kamu yang masak semua ini?" tanya Dara pada Yunan, rasanya sangat mustahil laki-laki bandel seperti Yunan bisa memasak.

Sebenarnya Dara masih canggung jika mengingat kejadian semalam, tapi dia harus berpura-pura bersikap biasa saja pada Yunan. Menganggap diantara mereka tidak terjadi apa-apa semalam.

"Tentu saja, aku yang memasak. Aku belajar di Mr google. Kamu gak usah nyuci, biar aku aja yang nyuci." Sikap Yunan begitu tenang, Dara pikir mungkin Yunan juga sudah melupakan kejadian semalam.

Yunan segera pergi ke kamar mandi.

Dara masih mematung, dia tidak mengerti mengapa sikap Yunan berubah 180 derajat. Yunan tiba-tiba menyiapkan sarapan pagi untuk mereka, dan sekarang dia yang akan mencuci pakaian.

Ngomong-ngomong soal mencuci pakaian, Dara baru ingat tentang bagian pakaian yang tidak boleh terlihat oleh Yunan. Dara membelalakan mata.

Dara bergegas belari ke kamar mandi, "Yunan!"

Yunan yang sedang memasukkan pakaian ke dalam mesin cuci, dia segera menoleh ke arah Dara. "Kenapa?" tanyanya.

Dara membulatkan mata karena pas dia kesana Yunan sedang memegang BH punya Dara, Yunan tidak sempat memasukanya ke dalam mesin cuci keburu dipanggil oleh Dara.

"Kenapa?" Yunan mengulangi pertanyaannya, dia tidak sadar dengan apa yang dia pegang, karena dia sedang fokus memandangi Dara.

Yunan mengerutkan keningnya, mengapa wajah Dara memerah, dia tak sengaja melirik ke arah tangannya, dia kaget saat menyadari apa yang sedang dia pegang, ternyata dia sedang memegang BH.

"A-aku sedang memasukan pakaian kotor ke dalam mesin cuci." Wajah Yunan juga memerah, sialnya dia jadi membayangkan bagaimana isi di dalamnya. Sebesar apa kira-kira?

"Gak usah, biar aku saja yang nyuci." Dara segera merebut BH dari tangan Yunan. Kemudian dia memasukkan BH ke dalam mesin cuci, bersama pakaian lainnya.

Dara masih bernafas lega karena Yuna mungkin belum sempat melihat ce-la-na dal-amnya.

"Memangnya kenapa aku gak boleh nyuci? Apa kamu takut aku akan melihat pakaian dalam kamu?"

Dara menjadi gelagapan ditanya seperti itu. "Bu-bukan begitu tapi..."

Dara tidak meneruskan perkataannya begitu melihat Yunan nyengir.

"Kenapa nyengir?"

"Kamu lucu kalau terlihat panik begitu."

Dara menghela nafas sebentar, kemudian dia menatap Yunan dengan tatapan serius. "Yunan, kamu harus ingat bagaimanapun juga aku ini guru kamu, jadi aku ingin..."

Yunan memotong perkataan Dara, dia tersenyum. "Oke, disekolah kamu adalah guru aku. Tapi di apartemen kamu adalah istriku."

"Maksud aku bukan begitu."

"Tapi faktanya begitu, kenyataannya kamu adal guruku dan istriku juga. Aku menunggu kamu di ruang makan."

Yunan segera pergi ke ruang makan.

Dara mengerutkan keningnya, "Apa dia salah makan? Kenapa dia sekarang bersikap manis padaku?"