Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.
Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.
Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.
Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?
Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Cinta yang Menguji Kesetiaan
Liburan yang penuh makna bagi Aisha dan Dani. Dani sudah mengatakan isi hatinya, jika ia tidak hanya sekedar sahabat, jika ia ingin bisa saja menjalin kasih. Tapi Dani disini tidak mau tergesa gesa. Tidak meminta balasan atas cintanya, cukup dengan melihat wanitanya bahagia.
Dani: (dalam hatinya) "Sha. Jika kau tahu seberapa tulus dan besar cinta untukmu, dari dulu dan semakin membesar setiap waktunya hanya satu nama Aisha. Tapi aku tidak egois, menjadi sahabatmu saja sudah sangat beruntung. Jika kau bahagia dengan Arya kelak, aku pasti akan mengalah, Sha."
Dani beruntung, ternyata Aisha tidak marah saat keceplosan menyatakan isi hatinya. Malah terlihat santai dan melakukan apa yang biasanya saja. Hal itulah yang membuatnya lega dan yakin, jika persahabatannya masih utuh.
***
Di kafe tempat mereka biasa bertemu, Aisha duduk menunggu Arya, yang akhirnya memutuskan untuk menemui Aisha setelah sekian lama menghilang demi menyelesaikan masalahnya dengan Lana. Arya tampak gugup, namun pandangannya tegas—ia tampak bertekad untuk membawa hubungan mereka ke arah yang lebih baik. Di sisi lain, Aisha tampak penuh keraguan, terutama setelah hubungan yang semakin dekat dengan Dani selama liburannya.
Arya: (menarik napas panjang) “Aisha, terima kasih sudah mau bertemu. Aku tahu... aku tahu aku sudah menyakitimu dengan membiarkan masalah masa laluku menghantui hubungan kita.”
Aisha: (mengangguk pelan, menatap Arya dengan ekspresi datar) “Arya, aku nggak tahu harus mulai dari mana. Rasanya... aku sudah lelah dengan semua ini.”
Arya: (meraih tangan Aisha, suara bergetar) “Sha, aku sudah benar-benar menyelesaikan semuanya dengan Lana. Aku minta maaf kalau aku terlalu lama. Aku nggak mau ada satu pun hal dari masa laluku yang mengganggu kita lagi.”
Aisha: (menarik tangannya dari genggaman Arya) “Arya, aku butuh kepastian, bukan sekadar janji. Selama ini, aku sudah mencoba bertahan... Tapi aku nggak yakin, apa aku masih bisa menunggu.”
Arya: (terdiam, menatap Aisha dalam-dalam) “Aisha, aku nggak bisa hidup tanpamu. Kamu tahu itu, kan? Aku sudah berubah, aku janji... aku akan serius. Aku akan melakukan apapun agar kamu percaya lagi.”
Aisha: (menunduk, menarik napas dalam) “Arya, kamu tau nggak? Saat kamu sibuk menyelesaikan masalahmu, ada orang lain yang selalu ada buat aku. Yang selalu siap dengar ceritaku tanpa beban masa lalu... Dani selalu ada di sampingku, dan aku nggak bisa mengabaikan perasaan nyaman yang dia beri.”
Arya: (terdiam sejenak, berusaha menahan emosinya) “Jadi... Dani? Selama aku nggak ada, kamu jadi lebih dekat dengan Dani? Bukankah ia sahabatmu?”
Aisha: “Ya, aku nggak pernah rencanakan ini, Arya. Dani cuma selalu ada saat aku butuh teman bicara, saat aku merasa sendiri. Aku nggak tahu kapan perasaan ini mulai tumbuh... tapi dia memberiku ketenangan yang berbeda.”
Arya: (dengan suara serak) “Sha, kamu lebih dari sekadar teman buat aku. Kamu tahu perasaanku, kan? Jangan biarkan Dani menghancurkan apa yang kita punya. Jangan biarkan hubungan ini kandas, Sha.”
Aisha: (menggelengkan kepala, air mata mulai mengalir) “Arya, aku juga nggak ingin ini berakhir. Tapi selama kamu masih ada bayangan masa lalu yang harus diselesaikan, aku nggak yakin kita bisa terus bersama tanpa luka baru.”
Suasana menjadi sangat hening, hanya suara detak jam yang terdengar di kafe itu. Arya menatap Aisha dengan penuh rasa bersalah dan keputusasaan.
Arya: “Aisha, aku akan lakukan apapun. Aku akan buktikan, aku nggak main-main kali ini. Aku hanya ingin kamu.”
Aisha: (suara bergetar) “Arya... mungkin kita memang saling mencintai, tapi cinta saja kadang nggak cukup. Aku butuh seseorang yang bisa memberiku ketenangan, bukan hanya kata-kata.”
Arya tampak semakin bingung dan terluka mendengar kata-kata itu. Dia mencoba memahami perasaan Aisha, namun hatinya hancur melihat betapa dekatnya Aisha dan Dani sekarang.
Arya: "Jika begitu, biarkan aku tunjukkan kesungguhanku padamu Sha!"
Aisha hanya memberikan senyumannya, seakan tidak mampu menjawab ya atau tidak.
Arya mencoba memahami posisinya Aisha saat ini. Dengan kembali mengantarkan Aisha ke rumahnya setelah mereka selesai bicara di sana.
***
Beberapa hari kemudian, Aisha yang selalu pulang pergi dengan Arya. Perlakuannya sudah berubah kembali hangat dan juga perhatian. Mencoba tidak mengungkit sama lalunya. Berjalan dan melewati hari seolah tidak pernah ada duri itu.
Sore ini, Aisha duduk di taman meminta Arya tidak menjemputnya, merenungi semua keputusan yang diambilnya. Dani datang menghampiri dan duduk di sampingnya, wajahnya penuh perhatian.
Dani: “Sha, kamu baik-baik aja? Sepertinya kamu sedang banyak pikiran.”
Aisha: (tersenyum tipis) “Aku baik, Dan. Aku hanya sedang berpikir tentang Arya dan... semua yang terjadi di antara kami.”
Dani: (menarik napas, menatap Aisha lembut) “Aisha, kamu tahu aku nggak pernah maksudkan untuk mengganggu hubunganmu dengan Arya. Aku hanya... ingin kamu bahagia, apapun keputusanmu. Lagi pula aku lihat Arya sungguh sungguh padamu.”
Aisha: (menatap Dani dengan rasa syukur) “Aku tahu, Dan. Aku tahu kamu nggak pernah meminta lebih dari sekadar sahabat. Kamu selalu ada buat aku, bahkan saat aku nggak tahu harus bagaimana. Kamu selalu membuatku merasa nyaman.”
Dani: (tersenyum samar) “Sha, aku bahagia bisa ada untuk kamu. Kamu tahu itu, kan?”
Aisha: (menundukkan kepala, merasa dilematis) “Iya, Dan... kamu sangat berarti buat aku.”
Saat itu, Dani menggenggam tangan Aisha dengan lembut, dan Aisha tidak menariknya. Ada perasaan yang berbeda kali ini—campuran rasa nyaman dan rasa bersalah yang menghantuinya.
Dani: “Aisha, apapun yang terjadi, aku akan tetap di sini buat kamu. Aku nggak ingin menekan, tapi cukup kamu tahu perasaanku, kan?”
Aisha: (terdiam, lalu mengangguk perlahan) “Aku tahu, Dan. Tapi aku masih bingung. Aku nggak ingin melukai siapapun.”
Dani: “Kamu nggak harus jawab sekarang, Sha. Aku hanya ingin kamu tahu, aku di sini kalau kamu butuh.”
Dani lalu menarik Aisha ke dalam pelukan. Aisha merasa begitu tenang, perasaan yang berbeda dari yang ia rasakan saat bersama Arya. Namun, perasaan bersalah juga mulai membebani hatinya. Tepat saat ia merasa mulai menemukan kenyamanan bersama Dani, hatinya kembali teringat pada Arya, yang selama ini juga berusaha memperbaiki hubungan mereka.
Aisha kembali terjebak dalam dilema, dengan hati yang terluka dan bingung. Di satu sisi, Arya terus berjuang menunjukkan kesungguhannya, namun di sisi lain, Dani telah memberikan ketenangan yang ia rindukan. Aisha berdiri di persimpangan cinta, terjebak di antara dua hati yang sama-sama memberinya makna, namun hanya satu yang benar-benar bisa ia pilih.
Tanpa mereka tahu, jika Arya ada di taman yang sama sebab tadi menolong seserang yang hendak ke taman, rekan kerjanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.