Jia menemukan kembali arah hidupnya setelah dia bercerai dari Alex.
Namun siapa sangka, perceraian itu membuat Alex kehilangan pijakan kakinya.
Dan Rayden adalah bocah kecil berusia 4 tahun yang terus berharap mommy dan daddy nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AD BAB 34 - Jia Seminggu Ini
Disaat Jia dan Rayden menghabiskan waktu bersama, pagi ini Alex kembali menjemput Amora untuk tinggal di rumahnya. Sebelum mereka menikah, Amora harus lebih dulu dekat dengan Rayden, karena itulah Amora akan tinggal bersama dengan dia dan Sofia.
Jam 8 pagi Alex sudah berada di rumah keluarga Lance.
Belum bertemu dengan kedua orang tua Amora tapi Amora sudah buru-buru mengajak Alex pergi dari sana. Membuat Alex mengeryit bingung.
"Kenapa buru-buru sekali, aku belum menyapa kedua orang tua mu," ucap Alex diantara langkah kaki mereka yang menuju mobil.
"Tidak perlu berpamitan lagi, kan kemarin sudah bertemu."
"Tapi pergi seperti tidak sopan Amora, apalagi kamu akan tinggal di rumah ku."
"Tidak apa-apa sayang, mereka juga sedang sibuk."
Alex terdiam.
Mereka berdua lantas masuk ke dalam mobil dan Alex segara melajukan mobilnya.
Sikap Amora pagi ini tentu membuatnya bertanya-tanya, seolah ada sesuatu yang sedang terjadi di rumah Amora namun dia tidak diizinkan untuk tau. Seolah ada yang sedang ditutup-tutupi oleh kekasihnya ini.
"Sebenarnya ada apa? apa kamu bertengkar dengan kedua orang tua mu?" tanya Alex di setengah perjalanan mereka.
Dan Amora hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Tidak ada apa-apa sayang, aku sudah menjelaskan semuanya pada mereka, jadi kamu tidak perlu menjelaskan lagi. Apa kita langsung menjemput Rayden?" Amora mulai mengalihkan pembicaraan.
"Tidak, Rayden akan pulang sore."
"Kenapa tidak sekarang saja? sekalian kita jalan."
"Tidak, aku sudah berjanji pada Rayden akan menjemputnya sore. Dia akan marah jika aku menjemputnya sekarang."
"Kamu sangat menyayangi Rayden."
"Tentu saja, dia anakku."
Amora tersenyum, senyum kecut.
"Apa nanti setelah kita menikah dan memiliki anak kamu akan menyayanginya seperti menyayangi Rayden?" tanya Amora pula, dia mulai berandai-andai.
"Tentu saja."
Tapi saat itu terjadi, aku akan memintaku untuk memberikan Rayden pada Jia. balas Amora di dalam hati.
Membayangkan itu berhasil membuat Amora kembali bahagia, senyum di bibirnya pun terbit dengan lebar.
Sampai di rumah. Alex dan Amora melihat mobil Sean terparkir di halaman.
Hari ini juga Sean akan menyampaikan hasil penyelidikannya tentang Jia.
"Ada Sean, mau apa dia kemari? ini kan hari minggu?" tanya Amora, bertanya dengan nada tidak terima. Harusnya hari ini Alex hanya untuk Dia, bukan pekerjaan.
"Ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda, masuk dan carilah mama. Aku dan Sean akan ke ruang kerja."
Setelah mengatakan itu Alex turun lebih dulu lalu disusul oleh Amora yang mendengus.
Kesal, karena selalu saja ada gangguan.
"Katakan, apa yang dilakukan Jia selama seminggu ini," titah Alex.
Kini dia dan sang asisten sudah berada di ruang kerja. Alex duduk di kursi kebesarannya, sementara Sean berdiri dengan tegap di hadapan sang tuan, terhalang oleh meja.
"Di hari pertama Nyonya Jia menjual cincin pernikahannya. Cincin itu terjual dengan harga 90 juta."
Alex terus mendengarkan, sebelum Sean selesai bercerita dia tidak akan menyela.
"Kini uang itu sudah terpakai 10 juta, dan sisanya masih berada di tabungan nyonya Jia ..."
"Nyonya Jia tidak mengambil sepersen pun 500 juta yang Anda beri, nyonya juga tidak menggunakan mobil pemberian Anda ..."
"Hari kedua Nyonya Jia mulai mendapatkan pekerjaan di Five Season Hotel, di menjadi salah satu pegawai laundry di hotel itu dengan gaji 3 juta perbulannya..."
"Nyonya Jia juga mengikuti les bisnis dan manajemen."
Tentang Rayden yang ikut Jia bekerja kemarin, Sean tidak melaporkannya.
Dan semua penjelasan Sean itu mampu membuat Alex terdiam, menelan ludahnya dengan kasar.
Merasakan hatinya yang tiba-tiba didatangi rasa kecewa. Kecewa karena Jia tidak memakai semua yang dia beri. Merasa ada yang hilang ketika Jia benar-benar memutuskan untuk mandiri.
Seolah tidak butuh dia lagi.