Gairah Sang Casanova

Setelah mandi bersama, tak ada lagi kegiatan apapun yang mereka lakukan. Ken hanya menyesap bibir Zoya beberapa kali sebelum akhirnya dia keluar dari kamar gadis itu.

Matahari belum menunjukkan sinarnya, dan Ken berjalan mengendap-endap seperti semalam, hingga dia sampai di kamarnya dengan selamat.

Padahal di bawah sana, Bi Lila melihat kelakuannya. Dan dia hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Huhh..."

Ken langsung bernafas dengan lega. Lalu mengganti pakaiannya dengan setelan kerja.

Dia tersenyum tipis, mengingat tentang Zoya. Ken tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya, dia selalu dibuat mabuk ketika bertemu dengan Zoya.

Dan dibuat kelabakan saat dia harus jauh dari gadis itu. Seperti tumbuhan yang membutuhkan karbondioksida. Seperti bumi yang membutuhkan sinar matahari. Zoya seperti telah menjadi pusat hidupnya.

Tanpa sentuhan gadis itu, Ken bisa terkapar bagai ikan yang dilempar ke daratan.

Setelah rapih Ken keluar dari kamarnya, dan berpapasan dengan Nora yang kebetulan ingin ke bawah pula.

Tak memperdulikan kehadiran wanita itu, Ken terus saja berjalan dengan acuh. Membuat ulu hati Nora lagi-lagi terasa ngilu, apa seburuk itu dia di mata Ken?

Dan akhirnya mereka semua dipertemukan kembali di meja makan. Zoya yang datang paling akhir, menjadi pusat perhatian kedua orang itu.

"Maaf, aku sedikit terlambat," ucap Zoya.

Nora mengulum senyum manis. "No problem, Zoy. Ayo kita sarapan bersama."

Gadis itu mengangguk, dan Ken masih menunjukkan kebiasaannya. Dia bergeming sebelum Zoya melayaninya. Zoya hanya bisa mendengus tanpa diketahui oleh Nora.

Sementara Ken, lagi-lagi memberi usapan sambil mengedipkan mata dan memberi gerakan ciuman virtual.

Pelayan yang melihat acara langsung itu, ada yang merasa gemas, ada juga yang menatap aneh. Di dalam mansion ini, seperti hidup sebuah rumah tangga penuh drama.

Antara istri sah, dan madunya.

"Selamat makan, Kak Nora, Dad," ucap Zoya, mulai memasukan sandwich ke dalam mulutnya.

"Selamat makan juga, Zoy."

"Selamat makan juga, putriku tersayang." Ken mengulum senyum lagi, lalu memakan makanan yang disajikan oleh Zoya, dengan wajah tanpa dosa.

Sementara gadis itu hampir tersedak, tetapi dia buru-buru menetralkan keterkejutannya. Dia seperti mendapat boom yang kapan saja bisa meledak secara tiba-tiba.

Ken, benar-benar pria berbahaya.

Setelah sarapan itu selesai, ketiga orang itu bersiap untuk kegiatan mereka masing-masing.

Nora yang merupakan cucu keluarga Monaco, sekaligus pemilik restauran besar di salah satu ibu kota, hendak pergi untuk memantau restaurannya tersebut.

Dia adalah wanita karir, selama ini dia selalu memantaskan diri untuk bersanding dengan Ken, padahal kalau dia mau, dia bisa bekerja di perusahaan kakeknya.

Namun, Nora memilih untuk mengembangkan bakatnya di bidang perekonomian, dengan membangun satu restoran.

"Kak, aku ikut ke mobilmu yah. Aku mau berangkat ke restauran soalnya," ujar Nora, dia sengaja ingin ikut bersama Ken.

Ingin menunjukkan pada pria itu, kesuksesan yang dia raih selama ini.

Namun, bukannya mengiyakan Ken justru kembali melayangkan tatapan dingin ke arahnya.

"Di mansion ini aku memiliki banyak supir. Kalau kamu mau, ajak salah satu dari mereka. Aku tidak punya waktu untuk mengantarmu, karena aku harus mengantar putriku!" cetus Ken tanpa segan.

Mendengar itu, ludah Nora terasa tercekat di tenggorokan.

Sementara Zoya melotot ke arah Ken. "Dad!"

Ken tak peduli, dia segera menarik tangan Zoya untuk masuk ke dalam mobil, dan meninggalkan Nora yang lagi-lagi mendapat penolakan dari orang tercintanya.

"Dia benar-benar tidak suka padaku? Apa aku harus mencari cara agar mendapatkannya?" gumam Nora pada dirinya sendiri.

Sementara Ken dan Zoya sudah berada di dalam mobil, bahkan kijang besi itu sudah melengang ke jalan raya.

"Dad, kamu benar-benar tidak suka dengan Kak Nora?" tanya Zoya, dia pun ikut merasa sakit saat melihat penolakan Ken pada wanita itu.

Meskipun di sisi lain, dia bahagia karena Ken bertahan untuknya.

"Dia itu mata-mata kakek, Sayang," jawab Ken.

"Kalau ternyata bukan? Dan dia benar-benar menyukai Daddy bagaimana? Kakek sudah mengumumkan bahwa dia calon istri Daddy!"

"Tapi yang Daddy mau hanya kamu, Baby."

"Dad, jangan bercanda!"

Ken merengkuh bahu Zoya, ingin memeluk dan mencium gadis itu, tetapi Zoya menahannya.

"Sayang, Daddy sudah janji 'kan? Mulai hari itu Daddy hanya akan menyentuhmu, trust me, only you."

Setelah mengatakan itu, akhirnya Ken bisa menjangkau bibir ranum itu lagi, menahan tengkuk itu kuat-kuat, dan menyesap hingga menimbulkan decapan yang terdengar nyaring.

Tak peduli pada Ron yang sedang menyetir, pria itu hanya bisa meneguk ludahnya kasar, lalu memasang earphone di telinganya.

Menyalakan musik.

Sialan!

*

*

*

Taburan kembang jangan lupa, biar gassss terossss🔥🔥🔥🔥

Nih Mbak Nora yang hatinya putih, selembut sutra.