Dominict Seorang jendral kerajaan yang diam-diam jatuh cinta pada tuan putri namun gengsi untuk menyatakan perasaanya hal hasil Dominict jadi sering menggoda Tuan Putri. Dominict akan melakukan apapun untuk Tuan Putri_nya, pencemburu akut. Tegas dan kejam Dominict hanya lembut pada gadis yang ia cintai. Akan murka ketika sang Putri gadis pujaannya melakukan hal yang berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Beberapa hari kemudian, Dominict masih merasa bersalah atas sikapnya pada Putri Ana.
Di kantornya Dominict tampak duduk bersandar di kursi sambil memandangi gelang yang Putri Ana berikan padanya, saat itu ia sadar, gelang itu Putri Ana jalin menggunakan pita rambut yang selalu Putri Ana pakai.
" Apa...aku spesial bagimu, Yang Mulia?" Tanya Dominict dalam hati.
Meski awalnya ia hanya sekedar menebak perasaan Tuan Putri terhadapnya saat mengawasi pelatihan militer.
Melihat gelang yang Putri Ana berikan "Hmm, gelang ini memang terlihat spesial. " merenung sejenak merasa hangat di hati.
" Apakah aku benar-benar orang yang spesial bagimu, Yang Mulia? " Menggunakan pertanyaan yang sama sambil memandang gelang di pergelangan tangannya.
" Aku tidak pernah berpikir tentang hal itu sebelumnya. Tapi..... " Memandang gelang dengan perasaan campur aduk antara kekhawatiran dan keinginan perlahan Dominict menyentuh bibinya dengan lembut lalu tersenyum.
lalu Dominict memutuskan keluar dari kantornya dan pergi ke taman istana, tak sengaja Dominict melihat Putri Ana duduk sendirian di taman istana. Dari kejauhan Dominict memperhatikan Putri Ana, lalu mengusap pelan bibirnya mengingat saat ia mencium bibir Putri Ana.
Sesaat perasaan itu muncul kembali. Dominict tak pernah menyangka bahwa ia akan memiliki perasaan seperti ini pada Putri Ana. Perasaan yang tak biasa mulai tumbuh dalam hatinya.
Memperhatikan Putri Ana yang duduk sendirian di taman istana " Hmm, sepertinya Yang Mulia sedang merenung sendirian. "
Dominict memutuskan Menghampiri Putri Ana yang duduk sendirian di taman istana dengan langkah perlahan " Ada sesuatu yang membuatmu terdiam seperti ini? " menunjukkan ekspresi sedikit lebih lembut.
" Jangan biarkan masalah mengganggumu terlalu lama. Aku di sini, jika kau ingin berbicara. " Menatap Putri Ana dengan penuh perhatian, lalu Dominict duduk di sebelah Putri Ana.
" huh?! " Memalingkan wajah dengan cepat dan kesal saat Dominict duduk di sebelahnya. Melihat reaksi Putri Ana, Dominict tahu Putri Ana sedang kesal padanya.
Melihat Putri Ana yang kesal dan memalingkan wajah. " Oh, ada yang sedang marah, huh? " Dominict menunjukkan ekspresi acuh tak acuh.
" Jangan berpura-pura padaku, aku tahu kau masih marah padaku. " Mengernyitkan dahi. " Ayo, katakanlah apa yang sebenarnya membuatmu kesal. Aku siap mendengar. "
" Aku tidak kesal! " ucap Putri Ana kesal. Tampak jelas ekspresi kesal di wajahnya.
Lengan berlalu di atas bahu Putri Ana dengan lembut. " Tenanglah, Yang Mulia. Aku di sini untukmu, meskipun kau tidak ingin mengungkapkan rasa marahmu padaku. " Menunjukkan ekspresi penuh perhatian.
" Jika ada yang ingin kau ceritakan, aku siap mendengarkan. " Mengirimkan senyuman lembut.
" Berhenti menggodaku! " Ucap Putri Ana kesal dan mendorong sedikit tubuh Dominict.
Melihat Putri Ana yang kesal dan mendorong tubuhnya, Dominict tersenyum genit melihat tindakan Putri Ana.
" Kalau begitu, apa yang sebenarnya ingin kau katakan padaku, hm? " Dominict menggoda Putri Ana dengan senyuman nakal.
" Aku tidak mau bicara denganmu! Huh! " Putri Ana masih tampak kesal.
Mengangguk singkat. " Baiklah, jika begitu. " Menunjukkan ekspresi acuh tak acuh.
" Jika kau tidak ingin bicara denganku, itu pilihanmu. " Mengangkat bahu. " Aku akan meninggalkanmu sendirian untuk saat ini. " Pergi dengan langkah tegap.
" Kalau kau butuh sesuatu, panggil lah aku. " Kata Dominict sebelum ia pergi.
Sesaat sebelum Dominict pergi jauh Putri Ana menarik jubah Dominict dengan pelan yang membuatnya menoleh ke belakang dan menatap Putri Ana.
" Dominict.. " Menarik pelan jubah Dominict, menghentikan Dominict sebelum pergi meninggalkan Putri Ana.
Dominict yang merasakan jubahnya di tarik oleh Putri Ana langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Putri Ana.
" ada apa? ada yang ingin kau bicarakan, Yang Mulia? " berbalik dan menatap Putri Ana.
" em... Aku.... "
Dominict yang melihat Putri Ana yang tampak ragu berjalan mendekati Putri Ana lalu melihat tangannya di dada.
" aku pikir kau tidak membutuhkanku lagi. " menunjukan senyum genit.
" jangan tersenyum seperti itu! Dasar mesum! "
Mendengar pernyataan Putri Ana, Dominict bukanya tersinggung ia malah semakin menikmati menggoda Putri Ana. Dengan senyuman khasnya Dominict mulia menggoda Putri Ana yang membuat Putri Ana sampai salah tingkah olehnya.
" oh, jadi begitu, Yang Mulia? Tapi kau tahu, senyum mesumku ini hanya untukmu. Jangan di tahan aku tahu kau menikmatinya. " memperlihatkan senyuman genit dan ekspresi jahil.
" jadi, apa yang sebenarnya ingin kau katakan padaku, hm? " lanjut Dominict menatap Putri Ana dengan penuh tantangan.
" hah?! " Putri Ana menatap Dominict dengan skeptis.
Dominict mendekatkan bibinya ke telinga Tuan Putri Ana dan berbisik lembut.
" Ah.. Ingat kah kau saat kita berciuman sebelumnya, Yang Mulia? Rasanya sungguh menggairahkan bukan? " bisik Dominict di telinga Putri Ana dengan anda menggoda.
" jangan khawatir, aku selalu siap untuk memberikan ciuman Yanga lebih membara lagi. " menarik diri menatap dengan penuh godaan.
" s..siapa yang bilang begitu?! " sontak wajah Putri Ana memerah karena malu.
Namun berbeda dengan Dominict ia tampak menikmati reaksi Tuan Putri sambil terkekeh.
" Oh.. Jangan pura-pura polos begitu, Yang Mulia. Aku tahu sebenarnya kau menikmati ciuman itu. Wajahmu yang memerah itu mengkhianati kata-katamu, tahu. Jadi, apa yang apa yang ingin aku katakan padaku, hm? " menyeringai nakal penuh kejutan.
Seketika Putri Ana tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya setelah Dominict mengungkap segalanya.
" k..kau memaksaku berciuman, tahu! " teriak Putri Ana mencoba menyembunyikan rasa malu dan gugupnya.
" Oh. Jadi begitu, Yang Mulia? Ya, aku memang memaksamu untuk berciuman. Tapi, aku yakin dalam diam, kau juga menikmatinya. " Dominict mengakui perbuatannya dengan santai sambil tersenyum licik.
Melihat Dominict yang terus mempermainkannya membuat Putri Ana semakin kesal, namun sebaliknya Dominict malah semakin senang melihat reaksi kesal Putri Ana.
Tanpa Dominict sadari bahwa Pangeran Benedict memperhatikan kedekatan antara Putri Ana dan Dominict sang Jendral istana dari jendela perpustakaan istana yang menghadap langsung ke taman belakang istana. Mata Pangeran Benedict menyiratkan kebencian pada Dominict namun masih tetap merahasiakan apa yang ia rasakan saat ini.
Namun Dominict sepertinya mengetahui Pangeran Benedict memperhatikannya dan Putri Ana dari jendela dan menyunggingkan senyuman kemenangan di bibirnya hingga membuat Pangeran Benedict merasa tertantang oleh tindakan Dominict. Bukanya berhenti Dominict malah memanas-manasi Pangeran Benedict dengan semakin menggoda Putri Ana.
" Dominict, berani sekali kau mencoba mengganggu hubunganku dengan Anastasya. Kau tidak akan pernah berhasil, meskipun kau terlihat senang dengan usahamu yang kotor itu. " Memperlihatkan senyuman licik di balik ketegasan.
Mengernyitkan dahi dengan curiga. " Dominict benar-benar tidak tahu malu. Dia bahkan berani mencoba merayu Anastasya di depanku. Tidak akan ku biarkan dia merusak apa yang telah kita bangun bersama, Anastasya. Aku tidak akan membiarkan Dominict merebutmu dariku, Anastasya. " Mengencangkan jawaban dengan tekad.
Hal hasil tindakan Dominict itu berhasil hingga membuat Pangeran Benedict pergi dan berhenti memperhatikan Dominict yang masih menggoda Putri Ana, Dominict tersenyum penuh kemenangan setelah berhasil membuat Pangeran Benedict cemburu.
Bersambung.....
Pangeran Benedict juga ok 🫨 bingung