Sahira Gadis cantik ramah dan murah senyum, namun tak banyak yang tahu di balik senyum manisnya, dia banyak menyimpan luka.
Terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Sahira hidup bahagia, dia di abaikan oleh ke dua orang tuanya.
Sahira selalu di suruh mengalah dari adik perempuannya.
Kekasih yang sangat dia cintai ternyata sudah berselingkuh dangan adik kandungnya sendiri, dan itu di dukung oleh orang tuanya, tanpa melihat perasaan Sahira yang hancur
Dan lebih sakit lagi, Sahira di paksa menikah dengan laki laki yang tidak di ketahui asal usulnya.
Bagaimana kelanjutan kisah sahira, yuk.... Ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Sahira lagi mematut diri di depan meja rias, hari ini hari pertama Sahira masuk kerja, setelah beberapa hari mengambil cuti.
Penampilan Sahira saat ini sangat berbeda dengan penampilannya yang dulu.
Sahira memakai celana panjang bahan warna hitam, blus putih garis garis, di lapis dengan blazer senada dengan celana bahannya.
Rambut di kuncir kuda, wajah di poles tipis dengan make up, bibir merah mudanya di oles dengan lipblam.
Sungguh Sahira terlihat sangat cantik, yang awalnya memang sudah cantik, kini semakin cantik, saja dengan pakaian baru dan penampilan barunya.
Apa lagi kemeran saat berbelanja kebutuh Sahira, Galang menyuruh sang istri untuk melakukan perawatan wajah dan tubuhnya, Sahira juga memotong rambut panjangnya hingga sebahu, Sungguh penampilan Sahira itu membuat bi Asnah berdecak kagum dan melihat Sahira tanpa kedip.
"Bibi kenapa bengong? " heran Sahira.
"Non Sahira cantik banget." puji bi Asnah
"Bibi bisa aja." kekeh Sahira malu.
"Bibi ngak bohong Non, kemaren Non udah cantik, tapi sekarang makin cantik Non, menyesal itu laki laki yang udah membuang Non." ujar bi Asnah berapi api sedikit banyak Sahira menceritakan masalahnya kepada keluarga barunya itu, walau mereka di sana hanya pekerja di rumah sang suami, tapi Sahira sudah menganggap mereka semua saudara bagi Sahira, karena kebaikan dan perhatian dari para pekerja Galang itu.
"Istri Saya memang cantik Bi, bukan hanya wajahnya yang cantik tapi hatinya pun juga cantik." sahut Galang yang baru tiba di meja makan itu, dan lansung mengusap sayang bahu sang istri.
Galang memang sangat suka memeluk, membelai puncak kepala sang istri, entahlah, hanya kepada Sahira lah Galang berlaku seperti itu, padahal di luar sana banyak teman teman wanita yang suka mendekati Galang, namun Galang sangat risih dan jijik dengan wanita seperti itu, dia pikir selama ini dia mempunyai penyakit, ternyata pikirannya itu salah besar, mungkin saja Galang sudah mulai mencintai istrinya itu.
Sahira yang baru mendapat perlakuan seperti itu dari sang suami, tentu saja sangat senang, karena dia memang sangat haus kasih sayang dari dulu, kini dia dapat dari orang lain yang berstatus suami sah nya, jadi Sahira sangat senang.
Galang memang baru melakukan seputar peluk dan cium, belum melakukan yang lebih kepada sang istri, dia hanya ingin membuat sang istri nyaman dulu kepadanya dan menyerahkan dirinya sendiri tanpa Galang minta.
"Jangan terlalu memuji ku, nanti aku bisa besar kepala loh." kekeh Sahira dengan pipi yang merona.
Galang terkekeh melihat tingkah malu malu istrinya itu.
"Ya sudah ayo... Makan, nanti kamu telat." ajak Galang membuka kursi untuk Sahira, dengan senang hati Sahira menerima perlakuan Galang tersebut.
"Mas mau makan pakai apa? " tanya Sahira, melihat Galang yang sibuk membalas pesan masuk dari seseorang.
"Mau pakai roti bakar saja, sayang." pinta Galang, yang masih sibuk membalas pesan.
"Dengan cekatan Sahira melayani suaminya itu, Sahira tidak ada canggung sama sekali, memang dia sudah biasa melayani semua orang di rumah orang tuanya dulu, dan sayangnya apa yang dia lakukan tidak bearti apa apa bagi mereka.
" Terimakasih, sayang." ucap Galang menerima sepiring roti buatan sang istri.
"Sama sama, mas." sahut Sahira yang mulai menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
Mereka makan dalam keadaan diam, sesekali mata Galang melihat ke arah sang istri, dia tersenyum tipis melihat istrinya itu makan dengan sangat lahap, tanpa canggung sedikit pun.
"Mau tambah, sayang? " tanya Galang, melihat nasi goreng di piring sang istri yang hampir tandas.
"Ngak mas, udah cukup." tolak Sahira.
Galang mengangguk tanda mengerti.
"Bi, aku berangkat ya." ujar Sahira sopan kepada sang bibi yang mengantar mereka ke depan.
"Iya Non, hati hati, mulai sekarang Non jangan mau di tindas lagi ya, jangan takut, di sini ada kami dan ada suami Non yang paling terdepan membela Non." ujar bibi.
"Makasih bi, aku sayang bibi." sahut Sahira terharu, matanya berkaca kaca "aku akan menjadi orang yang tega mulai saat ini, jadi orang baik itu ternyata hanya di manfaatin orang licik." ucap Sahira.
"Itu baru Nona muda kami." seru mang asep, memberi dia jempol kepada Sahira.
"Ya sudah, kami berangkat ya bi, mang, jaga rumah baik baik." lerai Galang klau terus begini bisa bisa Sahira ngak akan jadi berangkat kerja.
"Kenapa ngak naik mobil aja Den, kasian Non Sahira sudah dandan cantik malah di ajak naik motor." ucap Mang udin.
"Belum saatnya orang orang tau siapa saya mang." ujar Galang.
Semua pekerja di sana mengerti dengan ucapan Galang tersebut, dan memilih mengangguk tanda mengerti.
"pegangan Sayang." ucap Galang menarik tangan sang istri untuk memeluk pinggangnya.
Sahira lansung melakukan perintah sang suami.
Dengan perlahan motor yang di kendarai oleh Galang itu menghilang di balik pagar rumah mewah itu.
Setelah menempuh jarak setengah jam perjalanan menuju perusahaan tempat Sahira bekerja, akhirnya sampai juga mereka di parkiran perusahaan itu.
Sahira turun dari atas motor dengan hati hati, tangan kiri Galang sigap membantu sang istri dan tangan kanannya memegang stang motor agak tidak jatuh.
"Makasih, mas." ucap Sahira tersenyum manis menatap sang suami.
"Sama sama, sayang, nanti jangan lupa makan siang ya, pakai saja uang yang mas berikan kemaren, jangan di tahan pengen makan apa beli aja jangan sungkan." ucap Galang sambil tangannya mengusap sayang pipi Sahira.
"Baik, mas. Mas juga jangan lupa makan siang." ujar Sahira.
"Mmm..." Angguk Galang tanda mengiyakan.
"Sudah, masuk sana, nanti pulangnya tunggu mas ya." ujar Galang.
Sahira mengangguk tanda mengerti, dan tak lupa mencium tangan Galang dengan takzim, Galang pun membalas mencium dahi Sahira.
Sahira melangkah dengan pasti memasuki perusahaan tempat dia bekerja, Galang masih saja memperhatikan sang istri dari jauh.
"Jaga dia dengan baik, jangan sampai terjadi apa apa kepadanya." tegas Galang dengan suara dinginnya.
"Sahira! " panggil seseorang melihat Sahira masuk dengan tampilan berbeda.
Bersambung....
Hallo... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
Maaf kemaren mamak ngak up, biasa lah mama kontrol rutin ke rumah sakit, jadi ngak sempat up😁