Velicia dianggap berselingkuh dari Jericho setelah seseorang memfitnahnya. Jericho yang sangat membenci Andrew—pria yang diyakini berselingkuh dengan istrinya, memutuskan untuk menceraikan Velicia—di mana perempuan itu tengah mengandung bayi yang telah mereka nanti-nati selama tiga tahun pernikahan mereka, tanpa Jericho ketahui. Lantas, bagaimanakah hubungan mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilylovesss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesal
****
"Untuk sementara, kau harus mengikuti ala yang dia perintahkan. Ibu juga tidak menyukainya, tetapi mau bagaimana lagi, Seina? Dia berhak memutuskan."
Seina berdecak kesal. Perempuan itu lantas berdiri dari posisinya kemudian beralih dengan menyandarkan tubuh pada dinding dengan kedua tangan yang melipat di atas dada. Perasaan kesalnya tak kunjung padam sejak bibi Anne datang menemuinya beberapa menit yang lalu.
"Aku tidak melakukan apa pun, Bu. Kenapa dia berkata seakan aku telah mengganggu hidupnya? Memangnya dia pikir aku ini benalu?"
Bibi Anne juga merasa sangat kesal kepada Jericho. Akan tetapi wanita setengah baya itu tidak bisa membela Seina untuk saat ini. Salah satu alasannya adalah karena Seina masih terbilang baru. Bibi Anne tidak ingin jika pembelaannya malah berakhir dengan menghancurkan harapan Seina seluruhnya termasuk dengan pekerjaan yang akan ia dapatkan di masa depan.
"Kita hanya perlu mengalah. Setidaknya kau masih dia izinkan untuk bekerja di sini, Seina. Kau hanya perlu bersyukur untuk saat ini."
"Menurut Ibu, apakah ini tidak menyakiti perasaanku? Secara tidak langsung dia telah mencapku sebagai benalu, Bu. Kenapa Ibu hanya diam dan tidak membelaku?"
Bibi Anne terdiam di posisinya. Bertengkar dengan Seina adalah hal yang paling ia ingin hindari, sebab putrinya tersebut terkadang keras kepala dan sulit diatur. Sama halnya dengan saat ini. Sehingga Bibi Anne memutuskan untuk memutar balik tubuhnya. Hendak meninggalkan Seina di area belakang.
"Ibu akan pergi begitu saja?"
"Masih begitu banyak pekerjaanku di dapur, Seina. Jika kau masih ingin berada di sana, Ibu tidak masalah."
Tanpa mempedulikan Seina, bibi Anne bergegas pergi. Berjalan sedikit cepat agar ia tidak bisa mendengar kekesalan Seina di sana. Jika pun ia meladeni putrinya, sudah pasti nasihatnya tidak akan pernah ia dengar satu pun. Sekarang, hal terbaik bagi bibi Anne adalah dengan meninggalkannya.
****
Sepulang dari kantor, Jericho menyibukkan dirinya di ruang kerja. Setelah makan malam singkat tepatnya. Perutnya tidak begitu lapar, sebab pikirannya terlalu sibuk memikirkan bagaimana caranya pria itu membawa Velicia kembali ke rumah kedua orang tuanya? Haruskah Jericho menemui Velicia secara langsung saja?
"Sharine sama sekali tidak membalas pesanku. Nomor teleponnya juga mendadak tidak bisa dihubungi. Lantas, haruskah aku menemui Velicia secara langsung saja? Aku juga masih ingat di mana ia tinggal," ujar Jericho.
Pria itu sedikit mengacak rambutnya. Belum lagi saat ia membuka ponsel dan menemukan beberapa pesan yang dikirimkan oleh ayahnya yang meminta Jericho agar segera membawa Velicia ke sana. Hubungan Nathalie dengan Velicia memang sangat dekat. Itu lah mengapa Nathalie sangat merindukan Velicia saat ini.
"Kenapa ayahku mendadak menyebalkan seperti ini. Huh!"
Saat Jericho hanya memfokuskan kedua bola matanya pada ponsel, pria itu harus dikejutkan dengan Seina yang tiba-tiba datang dan masuk ke dalam ruangan kerjanya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Jericho sempat akan menegurnya, tetapi saat Jericho menatap raut wajah Seina, ia membatalkan rencananya.
"Ada apa, Seina? Tidak biasanya kau datang tanpa mengetuk pintu ruanganku terlebih dahulu. Apakah ada hal penting yang ingin segera kau sampaikan pada saya sehingga kau lupa untuk mengetuk pintu?"
"Kenapa Tuan Jericho mengatakan hal itu kepada ibuku? Kenapa tidak padaku secara langsung?"
Jericho menautkan alis. Sedikit tidak mengerti ke mana arah pembicaraan yang ditujukan oleh Seina sekarang.
"Ma-maksudmu apa, Seina?"
"Aku tahu, aku adalah seorang perempuan yang terlahir dari keluarga yang miskin. Tapi, itu bukan berarti Anda dengan bebas memperlakukan aku dengan seperti ini. Anda pikir saya ini benalu? Hanya karena saya ikut tinggal di sini dan tidak pulang bersama ibu saya?"
Jericho baru mengerti ke mana arah pembicaraan Seina. Awalnya ia juga ingin mengatakannya kepada Seina secara langsung, tetapi Jericho sedikit was-was jika perempuan itu akan berakhir dengan tersinggung dan membencinya.
"Bukankah pada saat saya berbicara dengan ibumu, kau tidak ada di lantai bawah, Seina? Kau sedang pergi ke rumahmu untuk mengambil sebuah barang. Apakah saya salah?"
"Tuan bisa menunggu saya kembali. Kenapa harus mengatakannya secara langsung kepada ibu saya? Kau tahu, Tuan? Hal itu justru membuat perasaan ibu saya hancur berkeping-keping. Padahal kesalahan saya hanya perihal tidur di rumah ini tanpa seizin darimu. Niat saya juga baik. Bukan untuk mencelakai."
Seina mengusap air matanya yang jatuh di kedua pipinya. Jericho merasa sangat bersalah ketika melihat perempuan itu menangis. Lantas, ia perlahan beranjak dari posisinya. Meninggalkan kursi kerjanya dan berjalan mendekat ke arah Seina.
"Jika hal itu membuatmu merasa sakit hati, saya meminta maaf padamu. Saya berkata demikian juga karena tidak ingin jika kau harus berkerja 24 jam di rumah ini hanya perkara harus melayani saya di saat saya sendirian."
"Bukankah pekerjaan seorang asisten rumah tangga memang seperti itu? Saya juga ikhlas melakukannya. Tidak dengan terpaksa. Anggap saja ini adalah rasa peduli saya terhadap Tuan yang baru saja ditinggalkan oleh istri Tuan."
"Saya melakukan ini karena saya menyayangi Tuan yang sudah menganggap keluarga saya sebagai keluargamu," sambung Seina dengan wajah yang menunduk.
Jericho awalnya tidak berniat melakukan apa pun. Akan tetapi, saat Seina mulai terisak salah satu tangan pria itu mendarat di puncak kepala Seina. Mengelus dengan lembut puncak kepala perempuan itu seakan memberinya ketenangan.
"Saya minta maaf, Seina. Jika kau memang tidak ingin pulang, saya izinkan kau untuk tinggal di sini selama kau bekerja di rumah saya."
Di balik wajahnya yang menunduk, Seina tersenyum licik. Usahanya benar-benar tidak sia-sia. Pria yang memiliki perasaan labil ini sangat bisa ia manfaatkan. Sama halnya dengan saat ini. Dia mengijinkan Seina untuk tinggal di sana perkara ia melihat perempuan itu menangis. Sesuatu yang kemungkinan akan Seina lakukan untuk merayu Jericho di masa depan.
"Jika saya tidak menangis, Tuan Jericho pasti tetap tidak akan mengizinkan saya untuk tinggal di sini selama bekerja, kan?" Seina kembali mengangkat wajahnya. Menatap kedua bola mata Jericho di hadapannya.
"Tidak. Jika saya tahu kau merasa keberatan, mungkin saya akan tetap memberikanmu izin, Seina."
"Permintaan maafmu saya terima, Tuan Jericho. Terima kasih untuk kesempatannya. Saya akan mengambil kesempatan ini dengan sebaik mungkin."
Jericho menurunkan tangannya yang berada di puncak kepala Seina. Pria itu mengangguk, kemudian Seina tersenyum dengan lega. Meskipun perasaan Jericho sangat mengganjal, ia tetap mengizinkan Seina untuk tinggal di rumahnya. Baginya, semua akan terbiasa seiring berjalannya waktu. Itu lah yang Jericho pikirkan saat itu juga.
"Saya berjanji, saya tidak akan mengkhianati Tuan. Sekalipun, Tuan Jericho," ucap Seina, seakan memancing rasa haru di dalam jiwa pria itu.
****
kau masuk dalam jerat wanita siluman itu 😏🤨
bahkan kau tak memikirkan perasaan orang tua mu yg ingin sekali bertemu Velicia disaat terakhir nya 😡😡
jika bertemu Valencia dalam keadaan yang lebih baik dan begitu bahagia 🙂