Mila Agatha telah menjalani 11 tahun pernikahan penuh dengan cinta dari suaminya, namun tidak ada rumah tangga tanpa ujian. Pernikahan yang ia jalani terasa hampa tanpa kehadiran seorang anak di antara mereka, berbagai macam cara sudah ia lakukan namun nihil.
Hingga suatu hari ia harus menerima suatu kenyataan pahit yang membuatnya begitu terluka.
Akankah Mila sanggup untuk melewati ujian pernikahan yang ia jalani?
Yuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Di dalam kamarnya Mila kembali menangis. Ia merasa begitu sakit hati dengan apa yang sudah Hendra lakukan padanya. Tepat di hadapan matanya sendiri.
"Dasar manusia berhati iblis. Tega sekali kamu sama aku mas, kamu sudah sangat menghianati aku tepat di depan mataku sendiri."
Mila pun langsung bergegas mengambil tasnya dan pergi dari rumah yang sudah bagaikan neraka baginya, namun saat melewati kamar tamu ia mendengar suara-suara aneh yang tak asing lagi di telinganya.
Mila mengepal erat tangannya dan pergi meninggalkan rumah itu dan menutup pintunya dengan Sangat kencang, biarkan hancur saja sekalian pikir Mila.
Mila pun mengendarai mobilnya pergi ke rumah adiknya di pinggiran kota, dua jam berlalu melewati jalanan yang sedikit ramai karena memang ini sudah jam pulang kerja.
Sejenak Mila berpikir untuk mencari pekerjaan yang akan menyibukkan dirinya dan melupakan semua yang sudah terjadi dalam rumah tangga nya. Mila pun sudah memikirkan hal itu dengan sangat matang.
Mila berencana untuk memulai hidupnya yang baru tanpa harus menggantungkan hidupnya pada Hendra lagi, "Kamu pasti bisa Mila karena kamu adalah wanita kuat." Ucap Mila menyemangati dirinya sendiri.
Tak terasa kini Mila pun sudah sampai di halaman rumah sederhana milik adiknya, karena setelah kepergian ibu dan ayahnya Mia hanya tinggal sendirian di rumah itu, walaupun mila mengajaknya untuk tinggal bersama namun Mia bersikeras untuk tetap tinggal di rumah peninggalan kedua orang tua mereka.
"Kak Mila" Teriak Mia dengan sangat heboh dan berlari menghampiri kakak perempuan satu-satunya.
Namun senyuman Mia menghilang saat melihat wajah sembab kakaknya "*K*ak mila habis menangis? ada apa ini kenapa perasaanku tidak enak."
"Kakak Apa kau baik-baik saja?" Tanya Mia sambil meneliksik wajah kakaknya.
"Kakak baik dek, sebaiknya kita masuk ke dalam saja biar kakak ceritakan semuanya sama kamu nanti di dalam." Ajak Mila dan langsung di angguki oleh Mia.
Kini kakak beradik itu sedang duduk di ranjang sederhana dengan guling di pangkuan Mia, ia masih sabar menunggu sampai kakaknya benar-benar mau menceritakan tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Sedangkan Mila hanya duduk melamun pikiran nya kini melayang entah kemana, "Kakak kenapa pipimu lebam begitu?" Tanya Mia saat melihat pipi kakaknya, dan langsung menyadarkan Mila dari lamunannya.
Dengan tatapan mata kosong. Mila langsung mengelus pipinya yang masih terasa sakit bekas tamparan keras suaminya, gambar tangan Hendra pun tercetak jelas di wajah mulusnya.
"Rasa sakit ini tidak seberapa jika di banding rasa sakit dihatiku"
"Apa maksudmu kak?" Tanya Mia sedikit bingung dengan ucapan kakaknya, karena ini baru pertama kalinya Mia melihat sang kakak dengan raut wajah seperti itu, selama ini Mia tidak pernah melihat kakaknya bersedih sedikitpun setelah menikah dengan pria yang sangat di cintai kakaknya.
"Jelaskan kak." Mia terus memojokkan sang kakak agar mau bercerita tentang apa yang sudah terjadi padanya saat ini.
Mila pun mulai menceritakan tentang kehidupan rumah tangga nya yang sedang di ujung tanduk. Tangisnya pun kembali pecah, setelah menceritakan semua prahara dalam rumah tangga nya.
Sedangkan Mia merasa sedikit syok, saat mendengar cerita tentang hubungan rumah tangga kakaknya saat ini. Karena yang Mia tahu hubungan mereka selalu harmonis dan romantis. Dengan penuh emosi Mia pun mengepalkan tangannya, ia sungguh sangat tidak terima saat mengetahui kakaknya di perlakuan layaknya sampah. "Kau tenang saja kak, aku akan memberikan pelajaran pada si pelakor itu biar tahu rasa." Ucap Mia sambil menyingsingkan lengan bajunya dan berjalan keluar rumah.
"Mia mau kemana kamu?" Mila sedikit berteriak memanggil adiknya yang pergi begitu saja meninggalkan dirinya. Namun Mia tidak mendengarkan perkataan kakaknya yang terus menerus memanggilnya.
"Mia tunggu." Mila mengejar adiknya tanpa menggunakan alas kaki. "Mia kakak mohon jangan lakukan hal yang nekat. Kakak tidak mau mereka menyakiti kamu karena kakak hanya punya kamu saja di dunia ini."
Mendengar ucapan kakaknya Mia pun langsung menghentikan langkahnya dan berbalik pada kakaknya, "Tapi kak, Mia tidak bisa diam saja melihat kakak terus menerus di hina keluarga nya apa lagi sekarang pria itu tega selingkuh dan berbuat kasar padamu kak." Ucap Mia dengan emosi yang meledak-ledak.
"Mia ingatlah pesan ibu pada kita dulu ibu tidak suka jika hal buruk di balas dengan cara yang buruk pula, lebih baik kita serahkan semuanya kepada sang pencipta saja." Ucap Mila dengan bijak.
"Hendra, harusnya kamu bersyukur memiliki istri seperti kakakku yang tidak pernah memiliki dendam sedikit pun pada mu dan keluargamu. Tapi tenang saja aku akan datang membalaskan semua rasa sakit hati kakakku padamu dan keluargamu suatu hari nanti."
"Baiklah Sekarang kita kembali ke rumah" Mia pun langsung menggandeng tangan kakaknya.
Akhirnya mereka berdua pun kembali ke rumah yang sederhana itu. "Lalu apa rencana kakak untuk kedepannya?" Tanya Mia.
"Kakak ingin bekerja saja dek."
"Bukankah kakak sudah punya pekerjaan sendiri dengan bisnis online kakak itu?"
"Itu bisa di atur kakak serahkan sepenuhnya sama kamu dek, karena kakak ingin mencari kesibukan lain."
"Tapi mia tidak yakin kak!"
Mila hanya tersenyum mendengar Jawaban adiknya, "Kamu pasti bisa Mia, sekarang tolong bantu kakak mencari pekerjaan yang bagus"
"Oke siap" Mia pun langsung mengambil laptop yang Mila berlikan saat Mia naik kelas tahun lalu.
"Kalau jadi asisten pribadi gimana kak, kayaknya cocok deh buat kakak persyaratan nya juga tidak banyak hanya harus disiplin dan tepat waktu saat bekerja" Tanya Mia menatap kakaknya.
"Mana coba lihat" Mila langsung mengambil laptop yang di sodorkan adiknya, Mila pun mengerutkan keningnya ia merasa sangat janggal dengan info lowongan pekerjaan tersebut.
"Aneh gajih besar tanpa banyak persyaratan tapi apa boleh buat, kita coba saja dulu." Batin Mila
Mila pun langsung mengirimkan email ke perusahaan tersebut tanpa berpikir panjang lagi, karena ia hanya ingin merubah nasibnya agar menjadi lebih baik lagi.
"Selesai, ayo sekarang kita tidur besok kamu liburkan nanti ikut kakak pergi ke suatu tempat ya" Ucap Mila sambil memejamkan matanya.
"Siap kak!"
*
Berbeda dengan Mila, Hendra kini sedang bingung mencari keberadaan istri pertama nya yang tidak ada di rumah.
"Kemana Mila pergi sampai selarut ini, tidak seperti biasanya dia tidak memberi tahu aku dulu" Gumam Hendra sambil menatap jam dinding.
"Sayang kamu ngapain sih di luar malam-malam begini?" Diana berjalan menghampiri hendra dengan gaya centilnya.
"Aku sedang menunggu Mila.''
"Haahh perempuan mandul itu lagi, aku harus segera menyingkirkan perempuan itu dari rumah ini dan juga hatinya Hendra agar tidak ada tempat lagi untuk wanita itu bertahan di rumah ini."
"Sudahlah sayang Mila sudah besar nanti juga dia pulang sendiri ayo masuk." Ajak Diana yang langsung menarik tangan Hendra dan membawanya masuk ke dalam rumah.
"Tapi sayang."
"Ayo masuk atau aku juga ikut pergi dari rumah ini" Ancam Diana.
"Jangan sayang, kau sedang mengandung anakku aku tidak ingin terjadi apa-apa pada kalian!" Hendra pun menyerah dan menurut saja kepada istri keduanya.
Bersambung...