NovelToon NovelToon
Ours Time

Ours Time

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Musim_Salju

Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.

Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.

Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.

Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.

Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Vanya seperti biasa berangkat di antar supir. Ia lagi dan lagi menolak pergi bersama Vanka. Kali ini dua sepupu mereka juga tidak terlihat batang hidungnya. Itu di karenakan mereka masuk agak siangan. Walaupun Hasbi dan Hanan sama-sama mengambil jurusan bisnis sama seperti Vanka, tapi mereka beda angkatan. Hasbi dan Hanan masih berada di semester tiga.

Vanya sudah berangkat bersama mang Karyo. Vanka pun mengikuti dari belakang. Ia tak lupa mengenakan kaca mata hitam. Perjalanan mereka tempuh dengan lancar karena mereka berangkat memang masih sangat pagi.

Seperti biasa Vanya turun di gerbang kampus dan sudah bersiap mengelilingi kampus mengenakan sepatu roda. Entah sampai kapan Vanya bisa melakukan hobinya itu. Entah suatu saat kemampuannya menggerakkan anggota tubuhnya tak lagi berfungsi dengan baik.

"Terimakasih mang, hati-hati teh pulangnya. Jangan ngebut mang. Banyak mobil Tayo di jalanan." Vanya memang suka bercanda dengan supirnya itu. Mang Karyo terkekeh. Anak majikannya memang suka bercanda dan tidak memilih dalam berteman dan dekat dengan siapapun. Vanka yang juga sudah tiba lebih dulu di parkiran melihat adik kembarnya memutari kampus dari kejauhan. Ia tersenyum melihat senyuman riang sang kembaran.

Zehan yang ternyata teman sekelas Vanka mendekati teman barunya itu. Ia belum tahu jika Vanya dan Vanka saudari kembar.

"Hhmm, serius benar pagi-pagi memperhatikan anak gadis orang."

Sebenarnya Zehan sedikit cemburu, ternyata banyak yang mengagumi Vanya. Sepertinya saingannya banyak di kampus ini untuk mendapatkan hati Vanya. Apalagi Zehan mengakui Vanka sangat tampan, dan bahkan wajah Vanka dan Vanya begitu mirip. Namun ia tak ngeh sama sekali jika teman dan wanita yang ia kagumi adalah saudara kembar.

"Eh, pagi bro. Siapa? Perasaan enggak ada yang memperhatikan anak gadis orang." Vanka yang sudah berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapapun jika ia adalah kembaran Vanya tak mengakui jika memang sedang memperhatikan Vanya. Namun Vanya itu adik kembarnya, bukan wanita lain.

Mereka yang baru berteman itu sudah terlihat akrab. Zehan yang memang sudah bisa bergaul sewaktu di LN memang mudah dekat dengan siapapun. Sehingga ia dengan cepat berteman dengan Vanka.

Vanka mengajak Zehan menuju kelas, karena mereka memang ada kelas lagi itu. Dengan mata yang sesekali masih memperhatikan Vanya, Zehan akhirnya mengikuti langkah Vanka.

Sedangkan Vanya yang lagi itu juga ada kelas langsung gegas menuju fakultasnya. Vanya menjalani perkuliahan hari itu dengan lancar. Vanya yang sudah selesai dengan kelasnya menuju kantin bersama Irena. Mereka mengobrol membahas seputaran tugas yang di berikan oleh dosen mereka. baru saja masuk kuliah, tugas mereka sudah menanti.

Pukul setengah sepuluh pagi sebelum kembali ke kelas, Vanya izin sebentar dari Irena. Ia juga mengatakan kepada Irena untuk duluan saja ke kelas. Ternyata Vanya pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat Dhuha. Ia memang sudah terbiasa melaksanakan shalat Sunnah tak pernah meninggalkannya. Saat Vanya memasuki masjid, lagi-lagi ada yang memperhatikan Vanya, seorang lelaki yang biasa mengenakan topi dan masker.

Vanya dengan khusyuk menghadap Tuhannya. Bermunajat di atas sajadahnya. Tak lupa selalu bersyukur untuk rezeki yang ia dapat. Selepas shalat, Vanya melipat mukenah dan langsung meninggalkan masjid. Ternyata lelaki yang memperhatikan Vanya tadi mendekati Vanya saat ia akan meninggalkan masjid.

"Tunggu!"

Vanya menoleh, ia melihat sosok yang sudah dua kali ia temui, di tambah hari ini menjadi tiga kali mereka bertemu.

"Ya, kamu berbicara dengan saya?" Vanya menunjuk dirinya sendiri. Tanpa mengatakan apapun, sang lelaki berjalan mendekati Vanya. Vanya jalan mundur dan sedikit ketakutan. Ia pikir lelaki itu mau macam-macam dengannya, tapi siapa sangka ia malah menyerahkan barang milik Vanya yang sempat hilang saat di taman.

"Eh, ini kan punya saya. Kamu menemukannya di mana? Dan kenapa ada di kamu?"

Bukannya menjawab, lelaki itu lagi-lagi pergi begitu saja. Vanya semakin penasaran dengan sosok di balik masker itu. Kenapa sosoknya begitu misterius.

"Terimakasih!"

Walaupun sang lelaki misterius sudah pergi, Vanya tetap mengucapkan terimakasih. Tanpa menoleh, lelaki itu mengacungkan jempolnya.

Tanpa memikirkan orang yang sudah menolongnya, Vanya kembali ke kelas. Kali ini masih ada dua SKS lagi yang harus ia ikuti.

......................

Di kampus, Shaka di panggil ke ruang rektor. Ia menghadap rektor diam-diam. Ia tak ingin semua orang tahu jika ia punya hubungan dengan pemilik kampus.

Tok! Tok! Tok!

Ceklek!

"Kek, kenapa memanggil Shaka."

Sang kakek langsung melempar cucunya dengan bolpoin yang ada di tangannya. Namun Shaka dengan mudah menghindar dan mengembalikan bolpoin itu kepada kakeknya.

"Kebiasaan, salam dulu Shaka. Kamu seperti tidak kakek ajarkan saja dari kecil."

"Assalamualaikum kakek, sudah kan!"

Dengan santai Shaka duduk di depan kakeknya. Kakek Shaka hanya geleng-geleng kepala melihat polah sang cucu.

"Wa'akaikumsalam, kemana kamu nanti siang Ka?" Kalau tidak ada acara ikut kakek ke pertemuan penting hari ini." Kakek Shaka menatap cucunya intens.

Shaka sudah hapal kemana arah pembicaraan mereka. Pasti sang kakek lagi-lagi mau membawanya ke sebuah pertemuan dua keluarga.

"Maaf kek, Shaka tidak bisa. Shaka kerja setelah pulang dari kampus." Kakek Shaka mendengus kesal dengan cucunya. Di kasih kemudahan malah mencari kesulitan. Padahal jika ia ikut membantu dirinya dan belajar mengelola kampus miliknya, pasti Shaka tidak harus capek-capek bekerja di cafe orang. Apalagi hanya jadi seorang barista atau waiters.

"Oh iya kek, maaf bukannya Shaka tidak sopan. Shaka sudah ada kelas lagi. Bye kek!"

Tanpa menunggu jawaban kakeknya. Shaka sudah lebih dulu menghilang dari pandangannya. Kakek Shaka hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sang cucu kesayangan. Sebenarnya Shaka ini anak yang patuh, hanya saja untuk perjodohan Shaka memang sedikit memberontak.

......................

Siang itu selepas jam, Vanya yang memang sudah janji akan membuat tugas kelompok dengan Irena sudah bersiap untuk mengerjakannya di sebuah cafe tak jauh dari kampus, namun ternyata si kembar Zenia dan Zelfa tiba-tiba turun dari mobil saat mereka melihat Vanya sahabat mereka.

"Anya, mau kemana?" Zenia bertanya kepada Vanya yang sepertinya akan pergi bersama Irena.

"Zenia, Zelfa! Aku sama Irena mau mengerjakan tugas kelompok di cafe depan. Kalian mau kemana? Oh iya kenalkan, ini Irena teman sekelas aku. Irena, mereka sahabat aku Zenia dan Zelfa."

Mereka saling berjabat tangan. Zenia, Zelfa dan Irena tampaknya dengan mudah akrab.

"Oh iya, kebetulan kita juga mau mengerjakan tugas, bagaimana jika di cafe papa kami saja. Kebetulan aku sama Zenia juga mau ke sana. Nanti kamu pulang sama aku, kamu juga Irena, nanti kita yang antar pulang."

Vanya menatap Irena meminta persetujuan. Karena ini tugas kelompok, jadi Vanya tidak bisa memutuskan sendiri. Sepertinya Irena tak masalah dengan tawaran si kembar. Hitung-hitung menambah teman.

Akhirnya setelah mengabari sang ummah, Vanya berangkat bersama duo Z dan juga Irena menuju cafe milik orang tua duo Z. Mereka bercerita di dalam mobil. Irena juga kaget jika ternyata dua teman kembar Vanya semester lima dan usia mereka dua tahun di atas dirinya. Ia jadi malu sendiri. Dan lebih kaget lagi saat Zelfa mengatakan jika Vanya seumuran dengan mereka. Seketika Irena mengubah panggilannya kepada Vanya menjadi kakak.

"Maaf, aku tidak tahu kalau kamu, eh kakak itu lebih tua dua tahun dari aku. Tapi walah kak Vanya muda sekali, bahkan terlihat lebih muda dari aku." Irena tampak jujur mengatakannya. Jika ia tak di beritahu, mungkin ia akan berpikir seumuran dengan Vanya.

......................

...To Be Continued...

1
Sulastri Oke86
bagus ceritanya
Sulastri Oke86
lanjut kak
Nurgusnawati Nunung
Siapa ya.. pria misterius itu.
Nurgusnawati Nunung
Vanka seperti baba Daffa, penyayang.
kalau shaka anak siapa ya thor?
Musim_Salju: Hayo anak siapa? nanti akan di spill ya kak🥰
total 1 replies
Sulastri Oke86
lanjut kak
Musim_Salju: di tunggu ya kakak cantik 🤗
total 1 replies
Nurgusnawati Nunung
lanjut thor..
Nurgusnawati Nunung
Alhamdulillah... semangat thor
Musim_Salju: always kakak🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!