Sinta Ardila,gadis ini tidak perna menyangka jika ia akan di jual oleh sahabatnya sendiri yang bernama Anita,kepada seorang pria yang bernama Bara yang ternyata seorang bos narkoba.Anita lebih memili uang lima puluh ribu dolar di bandingkan sahabatnya yang sejak kecil sudah tumbuk besar bersama.bagai mana nasib Sinta.apakah gadis sembilan belas tahun ini akan menjadi budak Bara?apakah akan muncul benih cinta antara Bara dan Sinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesya Aqilla putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Aku bisa saja menghapus semua donasi yang tertuju pada panti ini. Merobohkanya dan membuat semua anak-anak menderita jika kau tidak berkata jujur padaku. Suster Rini,dari raut wajahmu saja sudah jelas terlihat jika kau tidak berkata jujur padaku,"ucap Bara panjang lebar.
suster Rini tersentak kaget ketika ia melihat Brian mengeluarkan pistol dari balik jasnya.
"Membunuhmu adalah perkara muda bagi kami,"ucap Chris dengan nada mengancam.
Suster Rini ketakutan,mau tidak mau ia harus berkata jujur pada Bara. Hanya ada mereka berlima di ruangan ini tanpa ada orang lain. Terpaksa ia memberi tahu tentang Sinta dari pada mati di tangan Bara.
Setelah mendapatkan semua informasi tentang latar belakang Sinta,mereka memutuskan untuk pergi.
Ke empat pria ini pergi ke gudang mobil bekas alias markas tersembunyi milik Bara. Dua kompor besar sudah ada di atas meja Bara.
"barang yang sama di kirim Sean pada kita, anak buahnya baru saja pergi,"ucap Danil memberi tahu.
"Hati-hati,akhir tahun biasanya banyak polisi yang berkeliaran mencari mangsa. Aku tidak mau rugi,meskipun hanya sedikit,"ucap Bara mengingatkan.
Meskipun mereka termasuk komplotan bandar narkoba,baik Bara maupun ketiga sahabatnya tidak perna mengkonsumsi barang-barang haram ini.
Setelah menyimpan stok barang, Bara memutuskan untuk pergi ke showroom mobil miliknya. Showroom induk berada di pusat kota sisanya tersebar di beberapa daerah dan luar kota.
"Maaf pak,ada tamu yang menunggu bapak sejak tadi,"ucap atmita memberi tahu.
"pak Bram ,beliau ada di ruang tamu.
Bara mendengus kesal,kali ini apa lagi yang akan di bahas oleh tuan Bram padahal Bara sudah menegaskan jika ia tidak menyukai Sofia mau tidak mau pria ini pergi menemui tuan Bram
"akhirnya kau datang juga,"ucap tuan Bram yang merasa lega.
"Ada apa?tanya Bara singkat.
Bara,tolong lah aku, Sofia mengunci diri di kamarnya dan mengancam akan bunuh diri jika aku tidak bisa membujuk kau menikah dengan dia. Tolonglah Bara,nikahi Sofia karena dia sangat mencintaimu, dia anak kami satu-satunya,"ucap tuan Bram membuat Bara semakin muak.
"jika dia ingin mati ya mati saja,tidak ada urusanya dengan aku,apa lagi aku sudah menikah,"sahut Bara yang secuil hati tidak memiliki rasa ibah kepada Sofia.
Ekspresi wajah tuan Bram berubah dingin ketika iya mendengar ucapan Bara.
"Tega-teganya kau mempermainkan anakku," ucap tuan Bram yang merasa terhina karena selama ini ia selalu mendengar cerita dari Sofia tentang Bara yang katanya sangat mencintainya.
Mempermainkan apa?aku tidak perna mempermainkan Sofia apa lagi memberinya harapan. Sejak awal dia mendekati aku,sudah ku tegaskan jika aku tidak menyukai dia. Anda tidak berhak memerintahku apa lagi mengaturku,"sahut Bara kemudian berlalu begitu saja.
Ingin bekerja pun rasanya tidak bisa karena akhir-akhir ini Sofia sering kali mengejar Bara. Tuan Bram emosi,tidak terima jika anaknya di tolak mentah-mentah seperti ini meskipun di awal ia sempat kecewa pada Sofia.
"Gila"besar juga showroom ini,isinya mobil mahal semua bahkan milik pribadi. Sekaya apa Bara sampai Sofia terus mengejar bajingan ini?"ujar tuan Bram yang mulai silau pada harta milik orang lain.
Niat hati Bara ingin bekerja,tapi pria ini memutuskan untuk pulang. Sejak Sinta tinggal di rumahnya,ia menjadi lebih sering berada di rumahnya.
"Di mana istriku?"tanya Bara pada Tomo,pada akhirnya pria ini mengakui Sinta sebagai istrinya.
"di ruang keluarga sedang nonton televisi,"jawab Tomo.
Segera Bara menuju ruang keluarga,ternyata Sinta sedang tidur .
"Televisi yang sedang menonton dia,"ucap Bara dengan wajah malas, Sinta bangun!"
Berulang kali Bara membangunkan Sinta, pada akhirnya Sinta membuka kedua matanya.
Siapa kau?"tanya Sinta dengan nada pelan.
Pandanganya sedikit samar karena ia masih mengantuk.
'kau pikir aku siapa hah!"bentak Bara yang merasa jengkel.
Sinta hanya diam, untuk beberapa saat ia mengusap wajahnya.
"kerjamu hanya tidur saja,jangan merasa menjadi ratu di rumah ini,"ucap Bara.
"Oleh sebap itu kau harus memberiku pekerjaan,menyapu atau mengepel, terserah padamu,"sahut Sinta yang baru sadar jika di hadapannya sekarang adalah Bara.
"Dasar pemalas.
"seharusnya kau memberiku kepastian sebagai istri,pembantu atau hanya sekedar pemuas nafsu?aku tahu kau kaya,tapi aku juga berhak hidup atas diriku sendiri,"sahut Sinta membuat Bara terdiam.
Sekali lagi Sinta merasa muak pada Bara, merasa benci dan penuh dendam pada Anita .
Selain pasrah Sinta tidak bisa berbuat banyak karena pada kenyataannya Bara sudah memelihara dirinya.
"kau ingin bebas dari ku?"tanya Bara.
Burung yang di pelihara sekalipun ingin bebas apa lagi aku, manusia."jawab Sinta yang enggan menatap wajah Bara.
Tiba-tiba saja Bara mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya
Lalu ia melemparkan tepat di wajah Sinta.
"Tomo, panggil Bara.
"ya tuan.
"buang perempuan murahan ini di terminal !"titah Bara membuat Sinta tersenyum puas.
Sinta memungut uang tersebut kemudian mendongakan wajahnya.
"Terima kasih sudah membuangku. Luka yang kau tanam dalam hidupku tidak akan perna ku lupakan seumur hidupku,"ucap Sinta dengan mata berkaca-kaca.
Segera ia beranjak dari duduknya,pergi bersama Tomo sebelum Bara berubah pikiran. Padahal dalam hati Sinta sedang belajar mencintai Bara dan menerima semua perlakuan Bara pada dirinya.
Bara pergi ke salah satu ruangan,tempat di mana semua minuman alkohol mahal tersimpan rapih di rumahnya. Bara minum sampe mabuk,sampai ia bisa melupakan Sinta dan permasalahannya dengan Sofia yang selalu mengejar dirinya.
****
Di terminal bus saat ini,Tomo yang mengantar Sinta merasa ibah padanya. Dengan belas kasihan ia memberikan Sinta sejumlah uang yang ia punya di dompet.
"Ambillah sebagai biaya hidupmu,pergi sejauh mungkin dan jangan sampai tuan Bara menemukanmu,"ucap Tomo yang merasa kasihan pada nasib Sinta.
"Aku memiliki uang pemberian Bara,simpan saja uangmu,"tolak Sinta yang merasa tidak enak hati.
"tidak apa-apa, ambillah dan pergi yang jauh karena hari ini adalah satu-satunya kesempatan bagimu untuk lepas dari tuan Bara. Sifatnya beruh -ubah,bisa saja kau kembali di siksa atau di bunuhnya.
"terima kasih Tomo,"ucap Sinta yang merasa terharu.
Tomo mencarikan bus yang hendak berangkat secara acak,entah kemana tujuannya hanya Tomo dan Sinta yang tahu. Tanpa memikirkan apa pun,segera Sinta masuk ke dalam bus yang sudah siap berangkat.
"Aku bebas,"ucap Sinta dengan suara bergetar.
Entah apa yang ada dalam pikiran Bara Samapi ia mengusir Sinta, bahkan Bara melupakan tentang latar belakang Sinta yang baru saja ia cari tahu.